Ratih gadis miskin yang lugu dari Desa Cempaka yang di cintai oleh sosok Siluman ular yang berusia ribuan tahun----Setelah cintanya dikhianati oleh Arya, anak kepala Desa dusun Cempaka. Ratih Dipaksa membuat Perjanjian pernikahan dengan Pangeran Naga Seta yang sudah terobsesi pada Ratih----demi keamanan desanya lewat pernikahan gaib.
Warga Desa yang kembali terikat dengan Siluman ular penghuni aliran Sungai Seta harus memberikan sayeba setiap sebulan sekali untuk Siluman ular penghuni sungai, akankah warga desa terlepas dari perjanjian gaib ini.
Mengisahkan Dendam, Sakit hati, dan Perjanjian gaib di jadikan satu dalam novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Sabina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Siang ini Mbah Suti duduk bersila di rumahnya----dirinya menutup jendela kamar dan matanya menghadap cermin, di depannya terdapat sesajen, asap dupa membumbung ke udara.
Wanita tua itu akan masuk ke gerbang alam siluman melalui ritual menggunakan cermin.
Di depannya sudah ada kopi pahit warna hitam pekat, bunga tujuh rupa, kelapa hijau dan lilin.
Lilin berfungsi untuk mempermudah manusia masuk lewat dimensi lain, Mbah Suti masuk ke alam siluman ular penunggu sungai Seta dari rumahnya.
Karena sesuai persetujuan Prabu Naga Seta, wanita tua yang mengenakan kaos warna hijau dan jarik batik lusuh----akhirnya bisa masuk ke alam siluman atas persetujuan Naga Seta.
Mbah Suti bisa masuk ke alam siluman lewat dimensi cermin, tubuhnya di tarik lewat cermin dengan di tuntun Senopati Welang Kama.
Suti membuka mata----Dirinya sudah tiba di gerbang istana dengan ukiran bunga dan gapura menjulang tinggi, para prajurit membuka gerbang itu.
Patih Chandra welang dengan wujud manusia sampai pinggang, dan dari pinggang bawah sampai kaki berwujud ular welang warna hitam kuning.
"Suti...Mari aku antarkan kamu ke aula singgasana, disana Yang Mulia sudah menunggu," ujarnya.
Chandra welang dengan kakinya melata mengantarkan Suti yang berjalan di sampingnya----menuju ke aula singgasana.
Keduanya berjalan menuju lorong-lorong istana dengan hiasan ukiran naga dan bunga khas ala kerajaan nusantara di setiap tiang.
"Yang Mulia Patih...saya mau berdiskusi, soal para warga desa mengusulkan bagaimana jika persembahan di ganti dengan Babi saja."
Mbah Suti berjalan di samping Chandra welang----Chandra melata dengan kakinya---wujudnya ular welang raksasa.
"Suti dengarkan aku, aku ini hanya utusan dan aku bertugas memimpin wilayah desamu itu di alam siluman----untuk sayeba biar kamu dan Gusti Prabu bicarakan saja," ujar Chandra Welang yang tak mau mengambil keputusan sepihak, karena takut jika Naga Seta akan menghukumnya.
Di sebuah pintu yang besar dan di sana terdapat ukiran naga dengan ukiran bunga, pintu itu di bantu buka oleh para prajurit yang bertelanjang dada dan membawa tombak.
Suti ikut melangkah masuk di sampingnya, di ruang singgasana ada---dua singgasana megah, satunya milik raja dan satunya milik Ratu.
Suti masuk dengan menuruni tangga dulu baru bisa menghadap, Chandra welang mengubah wujudnya menjadi manusia---lalu mengajarkan cara Suti memberikan salam hormat.
"Salam yang mulia Prabu hari ini, ada yang ingin mendiskusikan pada Gusti---Mohon dengarkan keluhan manusia ini," ujar Chandra welang memberikan hormat dengan berlutut.
"Patih silangkan duduk di kursi," suruh Naga Seta kepada patihnya, duduk di kursi dewan dekat tahta.
Suti tetap berdiri sampai menunggu Naga Seta bicara, "silahkan duduk," ujar Naga Seta mengeluarkan kekuatannya lewat jari telunjuk dan munculah kursi di belakang Suti.
Sejenak wanita tua itu tertegun, lalu duduk.
"Bisa tunggu sebentar tunggu Ratuku, selain aku dia juga berhak mengatur pemerintahan," ucap Naga Seta yang duduk sendirian tanpa ada Ratih.
"Dayang!" panggil Naga Seta.
"Iya Gusti," sahut Dayang itu yang berjalan menghadap Naga Seta.
"Panggilkan Yang Mulia Ratu kesini," kata Naga Seta.
"Baik Gusti akan saya panggilkan."
Dayang itu segera berjalan menuju kamar Ratih, melewati lorong.
Ratih saat ini sedang ada di kamarnya, dirinya tengah belajar membaca menggunakan huruf sansekerta seperti tulisan Thailand.
Ratih duduk di kursi kayu dengan ukiran bunga yang lebih indah----di atas meja depannya tumpukan kertas perkamen----di kamarnya juga para Dayang sedang sibuk merapikan kamar, dan menyalakan dupa sebagai wewangian.
"Kanjeng Ratu," sapa sayang suruhan Naga Seta.
"Ya katakanlah cepat aku sibuk," kata Ratih yang tengah fokus.
"Yang mulia Raja ingin memanggil Gusti ke ruang istana," ujar Dayang itu.
Ratih menaruh pena yang terbuat dari bambu, lalu menatap dayang di depannya.
"Kenapa Kakang Naga Seta mendadak memanggilku," heran Ratih.
"Dayang bantu aku pakai perhiasan," pinta Ratih.
"Baik gusti," patuhnya.
Ratih segera bangkit dari duduknya lalu ke depan meja rias, para dayang memakaikan kalung, gelang, mahkota kebesaran yang biasa digunakan untuk para ratu.
Setelah itu Ratih di tuntun menuju aula istana, ke ruang singgasana depan melihat suaminya sedang duduk. Pintu terbuka lebar dan Naga Seta langsung berdiri.
"Kemarilah Permaisuriku...Mari kita akan bahas ini," ujar Naga Seta dengan lembut, namun suaranya nampak penuh wibawa.
Semua orang dan termasuk Mbah Suti menoleh ke arah Ratih---matanya sejenak tertegun lalu kembali sikap profesional.
Ratih awalnya tak tahu siapa yang datang menemuinya di aula istana ini, Ratih duduk di samping Naga Seta.
"Suti lanjutkan apa keluh kesahmu," ujar Naga Seta.
Suti menengadahkan kepalanya menatap Ratih, dan Ratih yang awalnya tak sadar itu Suti langsung kaget---ekspresinya amat tak bisa menebak.
"Mbah Suti?" bisik Ratih membeo sambil menatap heran.
"Dinda kau kenal dia?" tanya Naga Seta. "Dia adalah warga desa dusun Cempaka---warga desamu dulu saat hidup dengan manusia," tambah Naga Seta.
Ratih tersenyum canggung berusaha menyembunyikan keterkejutannya, wanita yang sudah memiliki kekuatan siluman ular ini takut jika semalam dirinya menyambangi---Hani.
"Duh Gusti aku takut kalo Mbah Suti akan ngasih tahu kalo, kemarin sebelum ritual aku menemui Mbak Hani buat minta pertolongan," batin Ratih yang duduk di singgasana dan bercucuran keringat.
Mbah Suti menghela napas dalam.
"Mohon Gusti Prabu Naga Seta menerima keluh kesah Hamba," ujar Suti bersimpuh.
"Kamu mau berkeluh kesah apa Suti, katakanlah." Naga Seta duduk di singgasana membuat Ratih bercucuran keringat.
"Para warga desa menginginkan pengganti tumbal, apa bisa diganti dengan Babi?" pinta Suti.
Mendengar itu Ratih bisa bernapas lega, lantaran Mbah Suti tak memberitahu kepada Naga Seta jika semalam dia menemui Hani.
Naga Seta memejamkan mata dan menimbang, dirinya akan menjawab ini.
"Beri aku waktu sampai besok, aku akan berdiskusi dengan para Senopati dan Patih---juga Ratuku ini."
Ratih hanya tersenyum canggung, dirinya akan mencari cara agar bisa berbicara dengan Mbah Suti.
*
*
*
hais sebel deh klo kyk gini
lanjutkan kk
tp klo ini bgg gmn mau jadi manusia lahi tih ratih
harus yakin dong jagn goyaho
Minta dibantuin sm Ambarwati aja Ratih buat kluar dri alam itu.
Pasti Ambarwati mau mnolongmu, karena dia mencintai Seta.
Tp ko rapat istana ga dilibatkan Ratih nya, dan juga Ratih dibentak ddepan orang banyak.
Gak kbayang sedih dan hancur nya hati Ratih ya, baru juga bermesraan, stelah nya Seta seakan lupa. 😭😭😭
Gimana ya klo Ratih hamil, waduh gawat juga klo gitu.
Para siluman memang sangat perkasa klo soal hubungan suami istri, brbeda sm manusia. 😁
Syukur deh Ratih meminta tolong pada bulan Suti, smoga beliau bisa bantu.
Dan syukur juga Seta percaya perkataan Ratih tanpa mnaruh curiga, dia memang mncintai Ratih tp cara x salah.
Knpa harus melarang Ratih pulang ke dunia x coba, dan bukan kh Ratih dsana juga demi desa x, trus knp lg hrus mminta tumbal sgala. 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
Itu namanya gak ada keuntungan x buat Ratih.
Lama2 mereka tidak hnya minta tumbal babi, tp minta tumbal manusia lg.
Karena smakin dturuti, mka semakin mereka serakah.
Ujung ujungnya gak bisa lepas dri mereka klo udh bersekutu begitu, kecuali mati.
Dan yg bnyk rugi manusia x, bukan mereka. 😞😞😔
Klo berfikir secara logika sih, gak ada untung x bersekutu sm iblis, yg ada hidup selalu dlm bayang bayang ketakutan dan tekanan, dan lebih miris x Allah sangat murka dan tobatnya pun tidak diterima lg. 😭
Seharusnya klo jtuh miskin ya hrus berubah, ini malah sebaliknya.
Pasti tuh bkl diteror oleh jelmaan ular itu nanti, kan udah main nyuruh2 para antek x untuk mmbunuh ular itu.
Aq tuh semenjak baca yg horor2 gini, sering mimpi yang aneh2 thor, 😔ke mimpi ke dunia lain gitu, mlihat wujud yang aneh-aneh juga sering, bahkan mimpi diperlihatkan pesugihan pun pernah 😬😩.
Mimpi ketemu gelang emas, pas aku pegang tiba-tiba berubah jd mata uang yang aneh, trus dimata uang itu ada gambar raja yg serem bngt rambut gimbal, dan bersuara aaaaaaa bergema gitu.
Trus tidak lama keluar asap hitam pekat dri mata uang itu, tiba-tiba berubah jd sebuah peta, dimana dipeta itu aku diperlihatkan ke singgasana kerajaan gitu, terus aku melihat ada bnyk mas berlian permata yg berkilauan, serta sesajen di wadah bundar besar.
Dan aku melihat para kunti berbaris rapi , lupa ada brp barisan.
Aku lihat aura mereka juga berbeda beda, bermacam-macam warna, kecuali putih.
Aku sangat takut mlihat begituan, trs aku bca ayat kursi dlm hati kemudian kebangun deh. 😫😫😫😫
Mimpi x udh sangat lama bngt.