NovelToon NovelToon
My Husband, The Mysterious Casanova

My Husband, The Mysterious Casanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Cintamanis
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Myra Eldane

Lovy Crisela Luwiys—gadis ceplas-ceplos yang dijuluki Cegil—dipaksa menikah dengan Adrian Kaelith Evander, pewaris dingin sekaligus Casanova kelas kakap.

Bagi Lovy, ini bencana. Wasiat Neneknya jelas: menikah atau kehilangan segalanya. Bagi Kael, hanya kewajiban keluarga. Namun di balik tatapan dinginnya, tersimpan rahasia masa lalu yang bisa menghancurkan siapa saja.

Niat Lovy membuat Kael ilfil justru berbalik arah. Sedikit demi sedikit, ia malah jatuh pada pesona pria yang katanya punya dua puluh lima mantan. Casanova sejati—atau sekadar topeng?

Di tengah intrik keluarga Evander, Lovy harus memilih: bertahan dengan keanehannya, atau tenggelam di dunia Kael yang berbahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myra Eldane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelayan Misterius

Siang itu ruang tamu mansion Evander berubah jadi ruang rapat. Sofa beludru dipenuhi katalog pernikahan: konsep dekorasi, bahkan contoh menu katering. Wedding organizer duduk manis di pojok, sementara Kael, Samuel, Isabelle, dan Lovy mendiskusikan detail pernikahan.

Kael duduk tegak di ujung sofa, wajahnya datar seperti CEO yang menutup rapat miliaran dolar. Samuel duduk di sampingnya, memainkan cangkir teh dengan ekspresi tenang.

Wedding organizer berambut bob lurus berdiri sendekat untuk menjelaskan isi tumpukan buku tebal di meja. Lovy duduk di sofa empuk seperti murid SD ikut rapat orang dewasa—diapit Kael. Ia memegang contoh buket bunga seperti sedang memilih camilan di minimarket.

Kael membuka satu katalog dengan nada super datar, "Tema klasik Eropa. Putih, krem, dan sedikit emas."

Lovy menatap desain pesta yang terlalu mewah, menelan ludah.

"Hm… kayak pesta kerajaan, ya."

Kael melirik. "Terlalu formal?"

"Formal sih nggak, tapi aku takut nanti semua tamu harus belajar cara makan pakai sendok salad yang beda sama sendok sup."

Samuel yang ikut duduk di kursi belakang hampir tersedak kopi. "Hahaha, Lovy, cuma kamu yang bisa bikin rapat keluarga miliarder terasa kayak talkshow."

Isabelle menghela napas tipis. "Lovy, pesta ini harus elegan. Tidak ada… kekonyolan."

Lovy mengangguk patuh, walau di kepalanya sempat terlintas ide pesta bertema cotton candy land dengan balon unicorn.

"Aku suka konsep rustic garden," kata Lovy sambil menunjuk halaman katalog. "Tapi jangan kebanyakan bunga matahari. Aku alergi kalau kebanyakan kuning."

Kael hanya menatap katalog. "Rustic garden berarti tamu kita akan menginjak rumput. Ada risiko sepatu wanita tersangkut. Aku tidak suka."

Lovy mengerucutkan bibir. "Terus kamu maunya apa?"

"Hitam dan putih. Elegan."

Lovy menatap Kael lama, lalu memutar bola mata. "Pernikahan apa itu… konferensi mafia?"

Samuel tertawa pelan. "Aku setuju sama Lovy. Setidaknya kasih sentuhan warna, Kael. Jangan bikin semua tamu merasa masuk ke rapat dewan direksi."

Lovy menepuk bahu Samuel. "Akhirnya ada yang berpihak padaku!"

Kael menatap sepupunya itu dengan wajah datar. "Samuel, kamu seharusnya netral."

"Aku netral," jawab Samuel, menyeruput tehnya. "Netral ke sisi yang benar."

Isabelle menghela napas kecil. "Kalian bertiga ini… seperti anak-anak." Tapi ada senyum tipis di bibirnya, seolah ia senang rumah besar ini akhirnya terasa hidup.

 ****

Rapat berakhir menjelang sore. Di sofa masih ada Samuel, Kael, dan orang tua Kael. Lovy bangkit dari sofa, membawa segunung katalog, hendak mengembalikan ke meja.

Tiba-tiba—BAM!

Seseorang menabraknya dari samping.

"Aduh!" Lovy hampir terpelanting dari sofa menjatuhkan semua katalog.

Seorang wanita berpakaian pelayan berlari terburu-buru, wajah pucat, dan penuh keringat. Ia hanya menunduk dalam, lalu lari tergesa tanpa menoleh atau meminta maaf. Ia hanya terus lari melewati lorong dan menghilang.

Lovy mengusap lengannya yang sakit. "Eh… dia kenapa? Kok kayak dikejar hantu?"

Kael bangkit menghampiri Lovy seraya berkata, "Kamu tidak apa apa?" tersirat akan kekhawatiran.

Lovy menggeleng tidak memjawab. Tapi kemudian mengerutkan kening. "Eh… pelayan itu barusan…" Ia menoleh ke Samuel yang juga menatapnya khawatir.

Samuel ikut menatap punggung pelayan yang menjauh. "Aneh. Dia nggak biasanya lewat koridor ini."

Lovy memicingkan mata. "Dia bahkan nggak minta maaf. Dan dia kayak… sembunyiin sesuatu di balik celemeknya."

Kael merasa sedikit di abaikan Lovy memilih kembali ke tempat duduknya, alisnya terangkat sedikit. "Kenapa kalian menatapnya begitu?"

"Kael, pelayan tadi!" kata Lovy, menunjuk lorong. "Dia suspicious banget!"

Samuel menambahkan dengan nada CEO-analisis, "Gerakannya terburu-buru. Bukan pembawa teh. Lebih seperti orang yang menyelundupkan sesuatu."

Kael menatap lorong kosong itu lama, wajahnya tetap dingin. Ia melihat kejadiannya dan seperti menyembunyikan sesuatu. "Aku akan cek daftar staf nanti. Tidak ada yang boleh bertindak mencurigakan di rumah ini."

Lovy menepuk dadanya. "Akh! Ternyata kamu juga perhatiin, ya? Aku pikir kamu bakal bilang aku kebanyakan drama."

Kael menoleh. "Kamu memang drama. Tapi untuk sekali ini, aku setuju kamu harus drama."

Samuel tersenyum miring. "Wow, Lovy. Itu hampir terdengar seperti pujian dari Kael."

Hari itu selesai dengan tumpukan pilihan konsep dari undangan sampai gaun. Lovy menyerah sambil merebahkan kepala di meja.

"Aku cuma minta satu hal. Tolong jangan ada patung cupid telanjang di taman, please."

Samuel menepuk pelan kepalanya. "Tenang, sepupu. Aku pastikan nggak ada cupid bugil, oke?"

Lovy menatap Samuel. "Kakak baik banget ya, kadang."

Samuel terkekeh, suara dinginnya jadi lebih lembut. "Kadang aja. Sisanya aku tetap CEO killer."

"Bos galak yang selalu nyuruh aku ngerjain tugas seguning es!" keluh Lovy mengingat kejadian masa lalu. Justru membuatnya semakin merindukan sahabatnya— Syagita Astoria, yang sering ia panggil Syegi. Dan selalu menemani keluh kesahnya menghadapi sepupunya ini.

"Kak," panggilnya tiba tiba ke Samuel.

"Kenapa, hm?"

"Syagi apa kabar?" tanyanya penasaran sekaligus kangen dengan sahabatnya itu. Bagaimanapun Syegi masih karyawan Samuel. Apalagi Syegi mencintai Samuel. Jadi harusnya sepupunya itu tau kabarnya kan? pikirnya.

"Sahabat kamu itu yah?"

Lovy mengangguk semangat. "Iya, Syagita."

"Nanti aku tanya orang di sana."

Mendengar jawaban itu, Lovy akhirnya sedikit lega karena akan mendapatkan kabar dari sahabat yang beberapa hari ini sangat sulit ia hubungi. Entah apa yang dikerjakan sahabatnya sampai sesibuk itu hanya untuk memberinya kabar. Padahal ia sangat ingin curhat dan mengeluarkan unek-uneknya yang membara di kepala.

****

Malamnya, Lovy tidak bisa tidur. Ia duduk di balkon kamarnya, mengawasi taman di bawah. Dan benar saja—pelayan yang sama terlihat lagi.

Samuel datang membawa secangkir kopi. "Aku tahu kamu bakal nongkrong di sini," katanya sambil duduk di kursi sebelah.

"Kak, lihat tuh!" Lovy menunjuk ke taman. "Dia jalan pelan-pelan, terus berhenti di dekat gudang. Dia ngapain malam-malam gitu?"

Samuel ikut menatap, matanya menyipit. "Dia bawa map cokelat. Bukan nampan teh."

"Kalau isinya foto aku waktu SD gimana?" bisik Lovy.

Samuel menatap Lovy datar. "Ngawur! Kenapa harus foto kamu waktu SD?"

Lovy mengangkat bahu. "Kan bisa aja dia kolektor aneh!"

Kael tiba-tiba muncul dari pintu balkon, membuat Lovy hampir menjatuhkan gelas. "Kalian dua ini kenapa ribut di balkon?"

Samuel menunjuk taman. "Pelayan itu. Dia bawa map. Dan kenapa dia masih keluyuran malam-malam?"

Kael menatap tajam ke arah yang dimaksud Samuel. "Itu mencurigakan."

Lovy menatap mereka berdua, jantungnya ikut deg-degan. "Dia… mata-mata?"

Samuel menghela napas. "Kalau iya, mata-mata dari mana? Dan kenapa ada di rumah inj?"

Mereka semua saling pandang. Angin malam berhembus, membawa ketegangan baru.

Kael akhirnya menoleh ke Lovy, membuka jasnya dan menyelimuti bahu Lovy yang nampak terlihat.

"Kamu sepertinya kedinginan! Dan untuk masalah pelayan itu, jangan takut. Ada aku. Dan Samuel."

Lovy menatap Kael. Kata-kata sederhana itu—dingin tapi protektif—membuat pipinya memanas.

Samuel menyikut Kael sambil smirk, "Hm, ternyata kamu juga bisa bersikap manis. Apa ini trikmu ketika menjadi casanova sepertu yang dikabarkan di surat kabar?"

Kael menatapnya dingin. "Jangan buat aku, berfikir untuk mendorongmu kebawah."

Lovy hanya bisa tertawa, walau di dalam hatinya muncul campuran rasa aneh: gemas karena Kael dan Samuel, tapi juga takut karena pelayan misterius itu.

"Oh ya baiklah, lupakan hal itu. Kembali ke topik utama. Terus gimana selanjutnya? Masa kita di sini terus dan hanya menyaksikan kepergian pelayan itu?" tanya Samuel kesal karena ancaman Kael.

Kael tidak banyak bicara. Ia hanya berkata, "Aku cek CCTV sekarang."

Lovy langsung meloncat kecil. "Aku ikut!"

Kael menatapnya datar. "Tidak! Kamu akan teriak kalau lihat sesuatu seperti sekarang ini!"

"Dan itu akan membuat kita langsung ketahuan!" tambah Samuel.

"Aku bisa diam kok!" protes Lovy.

Samuel mendecak. "Lovy, kamu nggak bisa diam bahkan waktu tidur."

Lovy menatap Samuel. "Jahat banget, Kak!"

Meski ada perdebatan sedikit tentang keterlibatan Lovy. Tapi ternyata mereka berdua tetap berjalan dengan Lovy yang mengikuti mereka.

Mereka berkumpul di ruang kerja Kael. Monitor besar menampilkan rekaman CCTV. Kael segera mengambil posisi duduk di kursi kerjanya dan menggerakkan mouse dengan tenang, Samuel memilih duduk dan bersandar di kursi. Sementara Lovy, ia justru dengan entengnya memilih duduk di pinggiran meja kerja Kael sambil mengayunkan kaki.

"Itu dia," kata Samuel, menunjuk layar. Pelayan tadi terlihat masuk ke gudang belakang, lalu hilang dari jangkauan kamera.

"Gudang belakang…" gumam Kael. "Besok aku akan periksa langsung."

Lovy mengangkat tangan seperti reporter. "Aku ikut!"

Kael menatapnya. "Satu syarat. Kamu harus diam."

Samuel langsung terkekeh. "Hah! Syarat yang mustahil."

Lovy melotot. "Aku bisa diam, tahu!"

Samuel menepuk bahu Lovy. "Kamu bisa diam… selama 3 detik."

Lovy memukul lengan Samuel. "Kak Sam! Jangan bikin aku malu di depan Kael!"

Samuel yang mendengar itu, melirik mereka berdua bergantian. "Hoaaam... sepertinya aku sudah mengantuk. Aku ke kamar duluan. Bye."

Setelah Samuel pamit tidur, ruangan hanya berisi Kael dan Lovy. Keheningan awalnya menyelimuti mereka berdua. Kael memilih kembali melihat lihat apa yang ada di atas mejanya. Sementara Lovy segera tersadar. Ia berfikir untuk membuat topik pembicaraaan agar terhindar dari suasana yang begitu kaku di antara mereka.

Lovy duduk di meja kerja, ayunan kakinya pelan. "Kael…"

Kael menoleh dari berkasnya. "Hm?"

"Kalau nanti kita nikah… rumah ini bakal tetap dingin kayak gini atau bakal ada kekacauan kecil? Bantal di sofa berantakan, aku nari di dapur, gitu?"

Kael menatapnya lama. "Kalau kamu ada di sini, mansion ini pasti kacau."

Lovy mengerucutkan bibir. "Itu pujian atau hinaan?"

Kael bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat. Langkahnya tenang, tapi membuat jantung Lovy berdetak lebih cepat. Ia berhenti tepat di depan Lovy, sangat dekat hingga membuat Lovy menahan nafas.

"Hmph," Lovy menatap intens wajah Kael dari mata sampai bibir. "Sungguh sangat tampan," batinnya.

Lalu tanpa berkata apa-apa, Kael mengusap perlahan rambut Lovy yang kusut.

"Itu… pujian," katanya dengan suara yang berat.

Wajah Lovy memanas. "Kamu tuh… suka bikin aku deg-degan."

Kael menatapnya datar, tapi kali ini ada senyum tipis di bibirnya. "Bagus. Berarti kamu sadar kalau aku di sini."

"Ah, aku tidak tahu harus berkata apa lagi."

Kael menjauhkan dirinya sebelum berkata, "Aku akan mengantarmu ke kamar."

"Ya..." ucap Lovy sambil menganggukkan kepalanya. Dan dalam hitungan detik, ia melompat dari meja dengan aman. Kemudian mengikuti Kael dari belakang.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya Lovy sadar… rumah Evander menyimpan lebih dari sekadar kemewahan. Ada rahasia. Ada ancaman. Dan mungkin, ada cinta yang mulai bersemi di tengah kekacauan.

.

.

.

1
Rihana
buset kaya bener 🤣🤣🤣
Rihana
seret bang muel adek mu itu 🤣
Rihana
kenapa yah yang baca kurang, padahal tulisannya bagus, rapi, sesuai peubi, typonya gak banyak, pokoknya bagus lah. dan updatenya juga rutin. aku suka banget, smoga makin banyak yang baca yah kak 🩷
Rihana
ini karakter lovy, cegil bucin 😭😭😭
Rihana
gak berasa udah sampai sini wkwk... penasaran. aku lanjut duluu. alurnya menarik
Rihana
awal yang menarik
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
aku udah kirim satu kopi yah, biar gak ngantuk thor
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
Si lovy gak nyangka sekeren ini tapi si kael kenapa yah perginya. aduhhh kasian banget di tinggal di hari pernikahan😭
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
up kak
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
Satpam😭 GGS INI MAH (ganteng ganteng satpam)/Drool/
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
nemu sampah di mana sih lovy 😭 kok bisa pacaran 8 tahun woy kayak kredit rumah
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
akhirnya putus, lagian kok sanggup sih pacaran 8 tahun?
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
syukur deh samuel. seret aja tuh lovy, dari pada makin akut bucinnya
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
bucin akut wehhh😭
Saidil M🍇
gilas banget bisa ngasi hadiah segitunya si donovan. berartu dia udah mempelajari kesukaan lovy aka targetnya? keren sih, suka banget kakak penulisnya creazy up terus.... jadi maraton bacanyaaa enak bangettt 😍😍😍 lanjut kak
Saidil M🍇
meskipun terlambat, kuucapkan selamat atas pernikahanmu lovy dan kael 😍 sekarang aku maratoon bacanya
Saidil M🍇
terharu gueee makk😭
Saidil M🍇
syegi ini jadi sahabat asik banget. bisa nyairin suasana woy.... mau sahabat kayak dia😭
Saidil M🍇
hahahaha mau ciuman gak jadi 🤣🤣🤣
Saidil M🍇
barang bawaan syegi astaga😭 inj orang gue kira kalem di awal. ternyata kalem kalem sama aja kayak lovy, pantesan sahabatan 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!