Antara Luka Dan Cinta (Pernikahan Yang Terluka)

Ayunda duduk di atas kasur nafasnya memburu karena terlalu marah dan sekaligus malu dengan keadaan yang baru saja menimpa.

Bagimana tidak? ia sudah matang merencanakan nya, malah Umi dan Abahnya Gus Kais memergokinya di tambah mereka nampak begitu berpihak pada Zakia.

"Ini ngak bisa di biarkan!" Ayunda meremas selimut tebal di tangannya.

"Siapa sih sebenarnya wanita itu sampai berani-beraninya dia meluluhkan hati Umi dan Abahnya Kais" Ayunda begitu kesal dengan Zakia padahal dia sendiri yang tidak sadar dan tidak tahu diri.

Bahkan setelah rencana yang ini gagal, ia masih merencanakan rencana lainya yang lebih jahat lagi.

.

.

Zakia terbaring di samping Gus Kais, Adzan Subuh Berkumandang, namun ia masih belum beranjak memandang wajah Gus Kais yang damai terpejam di sampingnya.

"Mungkin setelah tersadar ia bisa saja lupa kejadian semalam." Zakia terseyum getir bekas ciuman Gus Kais masih terasa di bibirnya.

Pagi Ini selesai sarapan mereka langsung pulang karena sudah empat hari mereka berlibur

Pagi Ini mereka sengaja tidak menegur Gus Kais, meskipun wajah Gus Kais nampak sedikit kikuk, karena ia kaget saat terbangun sudah berada di kamar Hotel padahal kemarin sehabis magrib ia datang ke Caffe menemui Ayunda.

"Umi, Abah Kais minta maaf..." Gus Kais langsung membuka pembicaraan, karena ia menangkap wajah kedua orang tuanya yang sangat tidak sedap di pandang pagi ini, wajah mereka nampak culas dan judes tidak senang menatapnya.

"Wis-toh Le, kenapa harus di ulangi lagi!" Ucap Abah.

Sementara itu Zakia hanya bisa terdiam, saat pagi-pagi Gus Kais sudah dapat sarapan sedap dari kedua orang tuanya, ya itu berupa protesan!

Gus Kais menunduk dalam, tidak berani menatap Umi dan juga Abahnya. "Kamu bilang waktu itu kamu ngak bakalan mengulangi lagi, harusnya kamu bersyukur punya istri kaya Zakia, biarpun semalam kamu sudah nekat menemui wanita lain, tapi istri kamu masih mau melayani kamu sebagai suami." Imbuh Umi tanpa Ekspresi.

Di balik singgungan Umi untuk Gus Kais, ada hati Zakia yang merekah, pipinya juga nampak bersemu mengingat kejadian semalam di pergoki Abah dan Umi.

Gus Kais melirik Zakia dari samping, karena wanita itu nampak tersenyum sambil menunduk. "Kia kenapa malah senyum-senyum sendiri?" batin Gus Kais.

"Wis Le, kali ini Abah ngak mau lagi nutupi kebohongan kamu di balik bojo mu ini." Abah mengintimidasi Gus Kais. "Jadi sebelumnya Gus Kais punya pacar Nak, namanya Ayunda dan yang semalam di ajakin ketemu itu iku. Pacarnya Kais, tapi Abah salut sama awak mu yang masih diam ngak marah-marah apa lagi menghajar balik sumi mu ini." Timpal Abah lagi, sambil wajahnya nampak greget melihat Gus Kais.

"Jadi tolong kamu jangan marah Yah Nak, apa-pun yang terjadi Umi sama Abah tetap milih kamu jadi menantu kami." Umi meraih tangan Zakia dan langsung menggenggam nya lembut.

Zakia menganguk, ia pura-pura baru tahu nama wanita itu, padahal aslinya sudah tahu dari sebelum Abah dan Umi bercerita itu juga tahu dari Melani.

Zakia tidak marah, tapi bisa di pastikan setiap malam yang panjang saat dimana hari di nyatakan ia sebagai istri dan sampai sekarang hari itu ada, Zakia selalu menutup rapih semua lukanya dan juga semua tangisannya setiap malam.

Gus Kais mengigit dalam bibir bawahnya, ia begitu merasa bersalah yang di katakan Abah dan Uminya ada benarnya juga. tapi entah mengapa ia juga sebenarnya masih belum bisa Move-on dari Ayunda.

"Kalu kamu masih nekat menemui Ayunda! Abah bakalan tarik semua usaha kamu Kai!" Abah menekan telunjuknya di meja, menegaskan nada bicaranya.

Gus Kais malah tambah kesal dalam hati, lagi-lagi ia merasa di sudutkan oleh Umi dan Abah sejak Ada Zakia, ia fikir setelah menikah, Umi dan Abah bakalan tidak lagi mengurusi kehidupannya. Tapi nyatanya dugaannya salah semua sama saja tidak ada yang pernah berubah.

"Umi, Abah maaf Kia permisi mau ke kamar mandi dulu." Zakia beranjak dari duduknya, aslinya ia merasa kasih dengan Gus Kais namun mau bagimana lagi itu semua juga berawal dari kesalahannya.

"Iya-iya monggo" ujar Umi dan Abah serentak.

Keduanya berniat menasehati Gus Kais lagi, namun makanan yang mereka pesan sudah datang, alhasil ucapan Umi dan Abah tertunda karena tidak enak jika sedang berbicara ada orang lain yang mendengarkan.

Saat pesanan sampai Gus Kais memanfaatkan keadaan, ia juga izin kebelakang, namun sebenarnya disana ia ingin menghardik Zakia.

Gus Kais berjalan kearah Toilet Umum disana ia melihat Zakia yang sudah selesai, nampaknya Zakia sedang merapihkan jilbabnya.

"Puas kamu hah? bikin aku di marahin Abah sama Umi?" Sifat Gus Kais lebih mirip seperti anak-anak saat sedang berhadapan dengan Zakia karena ia lebih banyak menyalahkan.

"Apa sih Gus, kok ngomongnya kaya gitu?" Zakia melirik Gus Kais dari pantulan cermin kebetulan Gus Kais ada di belakangnya.

"Kamu sengaja kan ngadu ke Abah sama Umi?" Gus Kais mendengus kesal, matanya juga tampak mendelik.

Zakia menarik nafas dalam ia berusaha tenang, dan menoleh ke belakang agar mereka bicara saling tatap. "Kan Umi sama Abah marah karena Gus semalam ketemu Ayunda Gus! kenapa sekarang Gus malah marahnya ke saya?" Zakia menatap mimik wajah Gus Kais.

Gus Kais memutar bola matanya, bukanya meneruskan marah ia malah nampak gugup saat di tatap balik oleh Zakia.

"Yak-Pokonya Mas ngak mau kalau setiap saat harus di salahkan Abah dan Umi!"

Zakia mengerutkan keningnya, tidak menyangka Gus Kais akan menyebut dirinya Mas. biasanya sebuah itu hanya berlaku di hadapan Umi dan Abah saja.

Gus Kais nampak semakin salah tingkah, untuk membuang rasa gugupnya ia langsung masuk kedalam kamar mandi meningalkan Zakia yang masih mematung.

Zakia menarik nafas dalam, melihat pundak laki-laki tegap itu masuk kedalam toilet umum.

"Ya-Ampun ada-ada saja Gus Kais, dia yang bikin kesalahan kok malah aku lagi yang di salain." Zakia mengeleng pelan, hatinya tentu saja sakit tapi tidak bisa kembali menangisi.

Saat Ia hendak melangkah keluar Toilet Umum, telinganya menangkap suara Gus Kais yang berteriak gaduh Zakia yang panik langsung menghampirinya karena saking takutnya terjadi sesuatu pada Gus Kais, di tambah disini adalah toilet umum.

"Gus ada-apa Gus?" tidak ada siapa pun, hanya ada Zakia dan Gus Kais disini.

"Ada kecoa dikamar mandi." Gus Kais terlihat bergidik ngeri, lebih tepatnya mungkin jijik karena kaget sampai-sampai ia lupa menutup retsleting celana Jensnya.

Zakia lemas, ia fikir tadi ada hewan melata lainya, ternyata hanya kecoa namun Gus Kais takut sampai berlari keluar Toilet.

"Hah... Gus itu retsleting nya ngak di tutup." Zakia langsung memejamkan matanya, entahlah rasanya menjadi satu sedih bercampur haru menghadapi konyolnya Gus Kais.