Setelah kematian kedua orang tuanya, Farhana baru tahu jika mereka bukanlah orang tua kandungnya.
Mereka berdua meninggal akibat kecelakaan. Dan ternyata yang menabrak adalah putri kandungnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KE RUMAH SAKIT
Selesai makan malam Farhana berkumpul bersama tuan Pratama dan kedua kakaknya. Farhana duduk disamping Papanya..
"Bagaimana hari pertama di sekolah?" tanya Tuan Pratama dengan perhatian.
"Lumayan."
"Tidak ada yang membuat masalah denganmu kan?"
Farhana mengingat kejadian saat ia akan pergi ke toilet. Apa ia harus bercerita?
Melihat ekspresi bigung Farhana, Tuan Pratama langsung khawatir.
"Apa ada yang menindasmu?" tanya Bang Reza dengan serius.
"Tidak juga sih. Hanya sedikit peringatan katanya," jawab Farhana dengan jujur. Ia bukannya ingin mengadukan apa yang terjadi. Namun ia mencoba untuk berbicara jujur.
"Peringatan?"
"Iya. Katanya Aku tidak boleh mendekati Dzaki."
"Siapa Dzaki?"
"Teman sebangkuku."
"Apa Kalian dekat?"
"Dibilang dekat ya memang dekat. Kan satu bangku," gurau Farhana sambil tersenyum.
"Benar juga katamu. Kenapa nggak pindah saja duduknya?" kata Bang Atta khawatir. Ia tidak bisa mendampinginya ke sekolah. Kondisi Farhana juga belum baik. Kalau sampai anak itu kembali membulinya bagaimana?
"Papa sama Abang tidak usah khawatir. Farhana tidak salah.Yang meminta Farhana duduk di samping Dzaki juga Pak Guru. Lagian Farhana sama Dzaki juga jarang ngobrol. Orangnya pendiam banget."
"Kayak Kamu dong," celetuk Raza spontan.
"Ha????"
"Ngak usah dengerin ucapan Reza. Siapa siswa yang sudah membuat ulah itu, biar Papa kasih pelajaran tu orang."
"Tidak usah Pa. Hana cerita bukan untuk mengadu, tetapi berbagi cerita. Tenang saja , Hana masih bisa mengatasinya, " bujuk Farhana dengan lembut.
Meski belum lama, Ia sudah bisa menerima kehadiran Papa dan juga kedua kakaknya. Perlakuannya juga tidak seperti sebelumnya yang terkesan dingin.
Mereka berbincang cukup lama sebelum Farhana pamit ke kamar lebih dulu. Ia masih punya tugas yang harus diselesaikan. Selain itu ia masih harus melakukan akupuntur dikakai kakinya.
Malam ini merupakan malam ketiga Farhana melakukan akupuntur. Kondisinya juga semakin membaik. Besok ia harus pergi ke rumah sakit seperti yang sudah dijadwalkan dengan Dokter Amelia.
Saat hendak tidur ponselnya berbunyi. Setelah dilihat ternyata dari gurunya.
"Halo....."
"...."
"Baik Guru."
"Maaf...Hana tidak berniat menyembunyikannya. Namun Hana menunggu waktu yang tepat."
"...."
Farhana berbicara cukup lama dengan Gurunya. Setelah panggilan berakhir, ia pun bergegas untuk tidur.
Keesokan harinya, Farhana tidak masuk sekolah. Ia pergi ke rumah sakit diantar Bang Reza. Karena tuan Pratama harus melakukan perjalan bisnis ke luar Negeri.
Sebelum berangkat Farhana meminta izin kepada wali kelasnya untuk berobat.
"Bang Reza antar sampai sini saja. Biar Hana masuk sendiri ke dalam."
"Tidak bisa. Bang Raza akan antar sampai kedalam."
"Kuliah Bang Raza bagaimana?"
"Abang sudah izin. Jadi kamu tidak perlu khawatir.
Bang reza membawa Farhana langsung ke ruang Dokter Amelia. Karena belum ada pasien lain. Suster yang sedang berjaga langsung memintanya untuk masuk kedalam ruangan.
"Masnya tunggu diluar dulu ya? Nanti kalau sudah selesai bisa masuk ke dalam," kata suster begitu melihat Bang Reza hendak ikut masuk kedalam.
"Ikut tidak boleh?"
" Maaf ...tapi dokter meminta begitu."
"Baiklah kalau begitu. Aku akan tunggu disini saja."
"terima kasih pengertiannya."
Di dalam ruangan Farhana berbincang sebentar dengan Dokter Amelia sebelum melakukan pemeriksaan. Setelah melakukan pemeriksaan Dokter Amelia takjub dengan hasilnya.
"Ternyata kemampuanmu bagus juga. Tidak heran Kamu tidak meminta bantuan Gurumu, " kata Dokter Amelia dengan antusias.
"Pasti Bibi Dokter yang sudah bilang sama Guru, " kata Farhana dengan cemberut.
"Maaf... tapi Bibi tidak nyaman jika harus menyimpan rahasia sebesar itu. "
"Sudahlah, Bibi Dokter tidak salah. Seharusnya Aku berterima kasih karena Dokter sudah cerita pada Guru. Jadi Aku tidak perlu bingung lagi memikirkan caranya. "
"Baguslah kalau begitu. Bibi takut Kamu marah. "
"Mau marah juga percuma. "
"Sekarang bagaimana? "
"Bilang sejujurnya. Aku sudah mulai bisa berdiri. Tapi untuk berjalan masih butuh waktu. "
Dokter Amelia mengatakan sejujurnya pada Bang Reza. Tentu saja Bang Reza senang mendengarnya. Apalagi saat melihat Farhana bediri. Ia dengan antusias mengambil gambar dan mengirimkannya pada Papa dan juga kakaknya.
Sepulangnya dari rumah sakit, Bang Reza membawa Farhana ke perusahaan . Tuan Pratama yang memintanya. Ia melihat secara langsung saat Farhana berdiri.
"Kita mau kemana Bang?"
"Ke Kantor. Papa sama Bang Atta sudah menunggu. Mereka tidak bisa kesini karena masih ada pertemuan. Jadi mereka meminta Kita yang kesana. Kamu tidak keberatan kan?"
"Tidak. Aku juga penasaran dimana tempat kerja Papa dan Bang Reza."
Butuh waktu tiga puluh menita untuk sampai ke perusahaan.
Sesampainya di perusahaan Bang Raza langsung membawa Farhana untuk masuk kedalam Lift. Tidak ada yang mengusir mereka, karena mereka sudah hafal dengan Bang Reza.
hana dn kluarganya pst bhgia bgt....
slain hana udh smbuh,nnek shir jg bkln d hkum mti....
jd pgn mkan nasi padang jg....ngiler.....🤤🤤🤤
slain msih khilangn orngtua angktnya,dia jg kcewa dgn kluarga kndungnya....tp mngkn dgn brjalnnya wktu,dia jg mau mmaafkn kluarganya.....
yg mstinya malu tu klian kaleee....
ngaku2 dkt sm dzaki,pdhl mh knal jg kagak.....