Mu Yao, seorang prajurit pasukan khusus, mengalami kecelakaan pesawat saat menjalankan misi. Secara tak terduga, ia menjelajah ruang dan waktu. Dari seorang yatim piatu tanpa ayah dan ibu, ia berubah menjadi anak yang disayangi oleh kedua orang tuanya. Ia bahkan memiliki seorang adik laki-laki yang sangat menyayanginya dan selalu mengikutinya ke mana pun pergi.
Mu Yao kecil secara tidak sengaja menyelamatkan seorang anak laki-laki yang terluka parah selama perjalanan berburu. Sejak saat itu, kehidupan barunya yang mendebarkan dan penuh kebahagiaan pun dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seira A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 : Penemuan Aneh di Gunung (Bagian 2)
Mu Yao memandangi mulut gua yang tiba-tiba muncul dan langsung kegirangan. Ada gua tersembunyi kayak begini, pasti ada sesuatu yang bagus di dalam, kan? Jangan-jangan ada kitab ilmu bela diri? Atau emas dan perhiasan?
Kalau soal kitab sih, Mu Yao nggak terlalu tertarik. Ilmu bela dirinya sendiri udah cukup tinggi, dia bisa jaga diri. Yang paling dia butuhin sekarang adalah... uang! Dia pengen banget punya rumah baru sendiri sekarang juga.
Dengan bantuan cahaya redup dari mulut gua, Mu Yao melihat kalau gua batu ini nggak terlalu luas—cukup buat satu orang dewasa masuk. Dindingnya halus dan nggak ada bekas-bekas digali manusia. Karena dia nggak bawa obor, Mu Yao cuma bermodalkan belati dan jalan pelan-pelan masuk. Setelah jalan sepuluh langkah lebih, lorong gua berbelok ke kanan. Dia terus melangkah, dan nggak lama kemudian, terlihat sebuah pintu batu. Pintu itu nggak berat, dan Mu Yao dengan mudah mendorongnya. Begitu terbuka, cahaya langsung memenuhi pandangannya!
Ruangan batu itu nggak besar. Di seberang ruangan ada sebuah ceruk tempat sebutir mutiara malam sebesar telur merpati bersinar terang. Beda banget sama mutiara yang dia dapet sebelumnya—mutiara malam ini bulat sempurna dan memancarkan cahaya lembut. Walaupun Mu Yao nggak tahu harga pastinya di dunia ini, dia yakin benda ini sangat berharga.
Di dalam ruangan cuma ada ranjang batu kecil, sebuah meja batu, dan bangku batu. Semuanya tertutup debu tebal. Di atas meja ada sebuah buku tua yang warnanya udah kekuningan, dan di sebelahnya ada kantong kulit kecil seukuran telapak tangan. Kantongnya keliatan kempes, entah isinya ada atau nggak.
Mu Yao memeriksa seluruh ruangan dan memastikan nggak ada barang lain.
Dia membuka buku tua itu dan ternyata isinya tentang cara menanam tanaman. Ada banyak gambar di dalamnya—beberapa sayur yang pernah dia makan tapi belum pernah lihat di dunia ini, dan juga beberapa tanaman obat langka, walaupun namanya agak beda.
Mu Yao lalu ambil kantong kulit tadi. Beratnya ringan banget. Waktu dia buka dan membalik isinya, keluar beberapa kantong kain besar. Wah, kantong kulit sekecil ini ternyata bisa muat banyak! Mu Yao buka satu per satu dan wajahnya langsung berseri-seri. Isinya adalah berbagai jenis benih sayuran dan tanaman obat langka! Termasuk cabai dan terong—sayuran yang nggak ada di sini. Yang paling mengejutkan, ada satu kantong berisi benih bunga teratai salju! Warnanya bagus banget, asli dan murni. Sayangnya, sekarang belum ada tempat yang cocok buat nanam. Tapi Mu Yao yakin, suatu saat nanti pasti bisa dipakai.
Setelah mengikat kembali semua kantong kain itu, Mu Yao baru sadar satu hal: kantong kulitnya kecil, tapi bisa muat semua kantong kain besar itu! Apa dia lagi mimpi? Dia gosok-gosok matanya, lihat lagi, kantong kulit tetap segitu ukurannya, dan kantong kainnya masih numpuk segitu banyak.
Mu Yao langsung gemetar: ini kan kantong penyimpanan! Dia pernah baca soal ini di novel—kantong atau cincin penyimpanan, yang luar kecil tapi dalamnya luas, bisa muat banyak barang. Bahkan ada yang bisa muat makhluk hidup. Dia nggak tahu kantong ini tipe yang mana, tapi walaupun nggak bisa muat makhluk hidup, ini udah luar biasa! Barang kayak gini nggak bisa dibeli cuma karena punya uang atau kekuasaan—harus ada takdir!
Mu Yao coba masukin satu kantong kain—bisa! Dia masukin semua kantong kembali ke kantong kulit, dan bahkan buku tua itu pun ikut dimasukin.
Dia periksa seluruh ruangan sekali lagi. Ranjang dan meja batu itu biasa aja. Udah nggak ada barang lain. Akhirnya, dia ambil juga mutiara malam itu dan masukin ke kantong kulit. Soalnya dia juga belum tahu cara pakai mutiara itu. Kalau dibiarkan kelihatan, bisa-bisa dilirik pencuri.
Yang nggak Mu Yao tahu, ternyata desanya beneran lagi diincar pencuri…
Begitu keluar dari gua, tiba-tiba terdengar suara duar duar duar! Mu Yao kaget dan langsung balik badan. Gua itu runtuh! Mulut gua tertutup total dan kembali seperti semula! Dia tepuk dadanya, untung aja tadi buru-buru keluar.
Mu Yao nggak mikirin lebih jauh, dia ambil belati lagi dan lanjut gali. Kali ini nggak terlalu susah, dia langsung bisa gali lubang kecil. Dari situ, dia bisa nginjak dan raih tali yang tadi digantung. Baru aja dia pegang talinya dengan erat, tiba-tiba terdengar suara krek! Dia lihat ke bawah—batu yang menonjol tadi jatuh! Kayak dipotong gitu. Mu Yao dalam hati mikir, mungkin gua itu memang nungguin orang yang berjodoh, dan begitu dia dapet harta itu, guanya pun "pamit".
Dia nggak mikirin lagi, dan mulai panjat ke atas lewat jalur turun tadi. Kali ini, dia juga nambah beberapa lubang pijakan buat jaga-jaga.
Setelah sampai di atas tebing, dia gulung kembali talinya. Mu Yao nggak langsung angkat keranjang bambunya. Dia pengen coba, kira-kira kantong penyimpanannya bisa muat barang sebanyak apa? Awalnya dia ambil ayam hutan, tapi habis mikir sebentar, dia masukin lagi ke keranjang. Terus dia coba masukin seluruh keranjang bambu ke kantong. Padahal kantongnya belum dibuka, tapi keranjangnya langsung hilang! Mu Yao bengong. Hah? Masuk sendiri?
Dia buru-buru buka kantong dan... iya bener, keranjangnya ada di dalam, utuh! Dia coba lagi beberapa kali, dan akhirnya paham. Ternyata cukup dengan niat, barang yang dia mau simpan bisa langsung masuk tanpa perlu buka kantong. Ambilnya juga tinggal niat aja. Mau masukin berapa banyak pun, kantongnya tetap kecil dan ringan! Kalau lagi dalam bahaya, ini bisa jadi penyelamat banget.
Tali pun dia masukin ke dalam kantong. Sekarang turun gunung jadi jauh lebih gampang. Cuma butuh setengah jam, dia udah sampai kaki gunung.
Tapi tiba-tiba… dari arah Desa Xiao Nan, terdengar suara derap kaki kuda—dadadadap!