NovelToon NovelToon
Kehidupan Baru Sebagai Istri

Kehidupan Baru Sebagai Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO / Selingkuh / Pelakor / Cinta Seiring Waktu / Saudara palsu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: AgviRa

Seorang wanita muda bernama Misha, meninggal karena tertembak. Namun, jiwanya tidak ingin meninggalkan dunia ini dan meminta kesempatan kedua.

Misha kemudian terbangun dalam tubuh seorang wanita lain, bernama Vienna, yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Rian. Vienna meninggal karena Rian dan Misha harus mengambil alih kehidupannya.

Bagaimana kisahnya? Simak yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tubuh baru

"Huaaaa." Misha tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Dia berteriak tidak jelas karena terbawa oleh suasana dalam mimpinya.

"Huah, ternyata cuma mimpi. Bagus bagus. Eh eh eh. Tapi, kok."

Dia menyadari kalau dirinya sedang berada di sebuah kamar dan dia merasa itu bukan kamar kontrakannya karena ruangan tersebut lebih luas. Dia menatap sekeliling ruangan, terlihat asing. Dia mengerjapkan matanya. Tak ada yang berubah, lalu dia mengucek mata. Tetap saja, yang dia lihat tak berubah.

Misha mencoba memahami situasinya. Dia masih terdiam, mencoba mengingat apa yang telah terjadi sebelumnya. Seingatnya dia telah terkena luka tembak di perutnya tapi, disaat dirinya meraba-raba perutnya, dia tak merasakan sesuatu.

"Ini gue dimana? Kamar siapa ini?"

Lagi-lagi dia menatap sekeliling ruangan tersebut.

Tiba-tiba pintu terbuka. Dewi masuk bersama dengan Tika.

"Heh, Vienna. Setelah pingsan selama dua hari akhirnya sadar juga kamu! Teriakan kamu sampai ke ruang tamu tahu gak? Tapi, bagus kalau kamu sudah sadar, jadi kita gak akan kerepotan lagi. Cepetan bangun dan kerjakan tugasmu."

Misha menatap keduanya dengan bengong.

'Dia manggil gue siapa? Vienna?' Batin Misha.

"Wah, Ma. Sepertinya dia sedikit linglung. Wajar sih, mungkin nyawanya juga belum ngumpul, apalagi dia kan emang O0n." Imbuh Tika.

Misha mengerutkan kening.

"Heh, loe ngatain gue apa? Oon? Siapa loe berani ngatain gue Oon?" Tanya Misha sewot.

Dewi dan Tika terkejut, mereka berdua saling pandang.

"Ma, kenapa dia berubah begitu? Apa kepalanya kemarin terbentur dengan sangat keras ya?" Bisik Tika.

Dewi hanya menggelengkan kepalanya.

"Loe berdua, keluar sana. Ganggu aja." Ucap Misha yang merasa terganggu karena kehadiran dua wanita yang tidak dia kenal lalu dia pun mengusirnya.

"Tuh kan, Ma. Dia aneh." Bisik Tika merasa aneh dengan sikap Vienna.

Mereka menatap Vienna sinis.

"Tanpa kamu usir, kita juga akan keluar. Ya kan, Ma?"

Dewi mengangguk dan mereka berdua pun keluar dari kamar.

Misha beranjak dari tempat tidur dan menutup pintu kamar dengan kuat sehingga menimbulkan suara yang keras.

Jegler.

Dewi dan Tika yang belum jauh dari kamar Vienna terlonjak kaget.

"Astaga, sepertinya dia kesurupan, Ma."

"Kita laporin ke Rian. Biar tahu rasa dia."

Tika mengangguk.

Sementara Misha tiba-tiba merasa pandangannya berputar, kepalanya terasa begitu sakit, dia memegangi kepalanya yang hampir mau pecah. Disaat itu muncul sekelebat ingatan yang menurutnya begitu asing.

*Kamu wanita gak tahu diuntung. Asal kamu tahu saja. Aku gak pernah mencintai kamu. Untuk menyentuhmu pun aku juga jijik. Aku mau menikah denganmu karna hartamu. Kamu itu wanita bod0h. Kalau bisa m4ti saja kamu sekalian. Biar semua hartamu bisa menjadi milikku sepenuhnya. Merepotkan saja.*

Misha merasa lemas, hatinya begitu sakit melihat sekelebat memori yang barusan muncul. Dia memegangi dadanya dan mulai mengatur nafasnya.

Dia mendekati cermin. Dia mematung sesaat begitu melihat pantulan bayangannya di cermin.

Terlihat dengan jelas, wajah seorang wanita cantik dan manis sehingga tidak akan merasa bosan untuk dipandang, bibirnya merah muda natural.

"Wheladhalah, ini siapa? Kenapa muka gue berubah? In-ini juga bukan tubuh gue?"

Misha bolak balik membolak balikkan wajahnya didepan cermin. Menyentuh wajah yang begitu asing baginya.

"Sik sik. Jam berapa ini?" Misha menatap jam yang menempel di dinding kamar menunjukkan pukul 11.45 WIB.

"Wallah, masih siang. Jangan-jangan mimpi tadi itu?" Misha mencoba mengingat mimpinya.

Flashback On

"Gusti, ini gue dimana kok gelap banget?" Misha nampak kebingungan karena berada di tempat yang begitu gelap dan sunyi.

"Misha."

Terdengar seseorang memanggil namanya. Misha membalikkan badan dan melihat siapa yang telah memanggilnya.

Matanya menyipit menatap wanita cantik yang berada di depannya.

"Mbak, kenal sama gue?" Tanya Misha.

"Namamu Misha kan? Entah kenapa aku tiba-tiba memanggil nama itu."

"Embak iki sapa? Kita ini ada dimana?" Tanya Misha yang merasa tak mengenal siapa wanita yang ada dihadapannya serta bingung dengan keberadaannya.

"Namaku Vienna. Kita seumuran. Kita sedang di alam bawah sadar. Aku kesini hanya ingin menitip pesan. Kamu sekarang akan hidup menjadi diriku. Tolong jaga diriku. Balaskan dendamku. Aku sudah begitu lelah dengan semua ini. Dan tolong jaga hartaku dari orang-orang serakah itu. Setelah ini, bukalah lukisan yang berada disamping almari, kodenya tanggal lahir kita. Aku percayakan semuanya sama kamu."

"Hah, sik sik. Gue gak paham ini. Ini maksudnya gimana?" Misha tak mengerti dengan maksud Vienna.

"Perlahan kamu akan tahu. Waktuku tidak banyak. Yang terpenting, selamatkan lah hartaku terlebih dahulu."

Misha menunduk nampak berfikir.

"Har-ta?" Baru saja ingin bertanya, Vienna sudah menghilang.

"Woy, Mbak. Loe pergi kemana? Aduhh. Cepat sekali dia menghilang."

Tiba-tiba dari arah samping ada sinar putih yang membuat matanya silau.

Flashback Off

"Jadi, gue nyasar ketubuh Mbaknya tadi? Terus yang gue rasakan tadi itu secuil ingatannya, Mbaknya. Terus tubuh gue?" Lagi-lagi Misha berfikir.

Dia kembali menatap cermin. Dia berulang kali melihat wajah yang terlihat baru disana, memastikan kalau apa yang dia lihat tidak salah.

"Wuah, ini namanya musibah atau berkah ya? Gue fiks m4ti nih ini namanya musibah, huaaa astaga diri gue beneran udah tiada, cuma berkahnya utang gue jadi lunas. Berkah lagi gue nyasar ke tubuh Mbaknya yang ayu manis begini. Cuma kok agak kurang terawat gini ya? Mana tubuhnya krempeng begini, wis jan kaya orang kurang gizi. Aduh Mbaknya ini gimana sih? Rugi banget."

Misha nampak melihat meja rias Vienna. Tak ada satu pun peralatan kecantikan.

"Wah, Mbaknya payah banget ini. Masak bedak atau lipstik aja gak punya. Wis jan." Misha menepuk dahinya dan geleng-geleng kepala.

Dia melangkah menuju almari disamping meja rias, membuka satu persatu laci yang ada di almari.

Dia menemukan beberapa surat. Dia membukanya satu persatu dan menelitinya.

"Emb, bukan ini yang gue cari."

Lalu mata Misha menatap lukisan yang berada di samping almari. Ingatannya kembali pada mimpinya. Dia membuka lukisan tersebut dan mengingat kode dan hal itu begitu mudah baginya.

"Nah, ini nih yang gue cari, sertifikat tanah dan rumah. Kudu tak amankan. Wah kaya sekali Mbaknya ini."

Misha membuka lembaran kertas.

"Nah, ini kartu keluarga. Rian Aji ini berarti suaminya Mbaknya. Welleh, umur 34 tahun, tua banget. Terus nama Mbaknya Cantika Rumaisha Vienna. Astaga." Misha membekap mulutnya tak percaya. "Tanggal bulan tahun bener-bener sama persis sama gue. Kebukti sih dari membuka kode aja udah bener tadi, kebetulan sekali. Woalah Mbak, masih muda kok ya mau-maunya nikah muda, sama laki-laki tuaan pula. Gue aja masih ribet ngurusin utang." Misha sibuk sendiri mengomentari Vienna.

"Oke, mulai sekarang, gue akan menjadi mbaknya dan nama panggilan gue sepertinya gak usah diubah, lagian disini nama Mbaknya ada Rumaisha, bisa juga dipanggil Misha. Ah Misha lama, selamat tinggal. Gue pasti akan merindukan lo."

Misha akan beradaptasi dengan keadaan ini, hidup sebagai Misha yang baru.

Misha pun gegas merapikan semuanya, dia mengambil yang dia perlukan saja lalu menyimpannya ditempat yang sekiranya aman. Nanti dia akan pergi ke Bank untuk mengamankan harta milik Misha yang asli.

Merasa tubuhnya bau asem dan lengket, Misha berniat untuk mandi. Dia pun membuka almari untuk mencari pakaian untuk ganti.

"Lha lha lha, isinya kok daster semua. Gak ada yang lain apa ya, yang lebih modern gitu? Gusti, apa ya gue harus pake daster begini. Aduh. Ya wis lah yang penting gue gak tel4njang."

Akhirnya Misha pun mengambil salah satu daster dengan potongan pendek bercorak polkadot dan masuk ke dalam kamar mandi.

1
Nyai Suketi
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!