Pengkhianatan itu bukan datang dari musuh, tapi dari orang yang paling dia percaya.
Vilya Ariestha Elora — dihancurkan secara perlahan oleh pacarnya sendiri, dan sahabat yang selama ini ia anggap rumah. Luka-luka itu bukan sekadar fisik, tapi juga jiwa yang dipaksa hancur dalam diam.
Saat kematian nyaris menjemputnya, Vilya menyeret ke duanya untuk ikut bersamanya.
Di saat semua orang tidak peduli padanya, ada satu sosok yang tak pernah ia lupakan—pria asing yang sempat menyelamatkannya, tapi menghilang begitu saja.
Saat takdir memberinya kesempatan kedua, Vilya tahu… ia tak boleh kehilangan siapa pun lagi.
Terutama dia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 01. Hancur Bersama
Malam hari, hujan deras mulai turun membasahi jalanan yang sepi dan gelap.
Lampu depan sebuah mobil menerangi jalan sepi, dan menyoroti tubuh seorang wanita yang terbaring diam dalam genangan air.
Napasnya tersengal-sengal dan tidak beraturan. Tubuhnya dipenuhi luka dan darah mengalir keluar dari tubuhnya.
Ia lemah dan tidak berdaya, jemarinya hanya bisa mencengkram erat-erat jalan.
Dan darah mulai merembes keluar dari kukunya serta rambutnya yang berantakan menutupi wajahnya.
"Dia sudah mati?" tanya seorang wanita dari dalam mobil, dia bersandar manja di dada pria yang memeluknya.
Pria itu menatap ke depan dan melihat banyak darah yang bersimbah di tubuh wanita tersebut.
Meski pria dan wanita di dalam mobil itu telah lama ingin membunuhnya, ini merupakan kali pertama nya melakukan sesuatu yang besar dan senekat ini.
Mereka masih merasa khawatir dan takut.
Namun, pria itu menyela. "Kita harus segera pergi!"
Wanita tersebut kemudian berkata, "Dia sahabatku, tetapi kita malah menghancurkan hidupnya. Apa kita tidak terlalu kejam padanya?"
Pria itu mencium kening wanita tersebut dan kemudian memutar kunci mobil. "Jika dia ingin menyalahkan seseorang, dia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri karena menjadi orang yang bodoh."
Pria tersebut kemudian menginjak pedal gas. Wanita malang itu hanya dijadikan pion untuk balas dendamnya.
Setelah dia memanfaatkannya, dia tidak akan membutuhkannya lagi.
Tiba-tiba, ban mobil yang berputar tanpa ampun berguling di atas lengan kanan wanita tersebut. Terdengar sedikit suara benturan dan wanita tersebut menjerit kesakitan.
Suara petir bergema dan rasa sakit yang di alaminya membuatnya tidak ingin mati begitu saja. Dia selalu merasa menjadi pengecut seumur hidupnya, bagaimana mungkin dia harus mati dengan cara yang menyedihkan seperti ini?
Namun saat ia ingin berteriak meminta bantuan, ia hanya bisa memuntahkan darah.
Saat itu, ada mobil yang berhenti di depannya. Seorang pengawal memegang payung dan membungkuk di samping wanita tersebut untuk memeriksa keadaannya, lalu kembali berlari ke mobil dan berkata, "Tuan, ini nona Vilya. Lukanya sangat serius dan saya khawatir dia tidak akan selamat."
"Vilya?" Pria di dalam mobil tersebut sedikit mengernyitkan keningnya. "Bawa dia ke rumah sakit!"
Pengawal itu sedikit bingung. Nona Vilya telah mengkhianati tuannya dan jatuh cinta dengan pria lain.
Wanita itu telah membuat tuannya kehilangan harga dirinya, namun tuannya justru ingin menyelamatkannya sekarang.
Apa yang sedang terjadi?
......................
Setelah setengah tahun kemudian.
Di sebuah gedung megah di pusat kota, upacara pernikahan sedang diadakan.
Di sana karpet merah membentang dan bunga-bunga mahal menghiasi setiap sudut ruangan, bahkan tamu penting semua hadir di acara tersebut.
Pendeta tersenyum bahagia dan mengumumkan, "Sekarang, silahkan mencium mempelai—"
Ucapan pendeta tersebut terpotong saat suara tawa wanita terdengar.
Acara tersebut seketika hening sesaat dan semua orang menoleh dan merasa terkejut. "Bukankah itu nona Vilya?" Ujar para tamu yang berada di sana.
Karina, sang pengantin tersentak "Bagaimana bisa, bukan kah kita udah—"
"Kalian pikir aku udah mati ya?"
Sebelumnya, untuk menghindari kecurigaan, mereka berangkat ke Amerika. Bahkan mobil yang menyebabkan kecelakaan itu pun hancur. Mereka tidak menyangka ia ternyata tidak mati.
"Ansel, bukankah kamu mengatakan bahwa kamu hanya akan mencintaiku seumur hidupmu?" ucap wanita tersebut yang tak lain adalah Vilya Ariestha Elora.
Hari ini adalah awal musim dingin.
Tapi suasana di ruangan itu terasa mencekam sejak kemunculannya.
Ia mengenakan mantel bulu seputih salju dan gaun merah serta riasannya terlihat sangat indah. Dia menggunakan tangan kirinya untuk menutupi bibir merahnya dengan halus dan tersenyum manis.
Ansel juga terkejut. Dia menatapnya sesaat dan menyadari bahwa wanita tersebut begitu cantik, namun karakternya sangat membosankan baginya. Namun, kali ini ia tampak berbeda.
Seorang wanita tak lain, Karina, menahan amarah di dalam hatinya dan memasang penampilan polos dan lemah. Lalu berkata, "Kami saling mencintai."
Ia perlahan mulai berjalan dan mendorong pendeta itu agar menjauh. Lalu, dia melepaskan ikatan mantel bulunya. "Karena kamu sangat mencintainya, maka kita bertiga harus mati bersama!"
Diri nya telah memberi kesabaran dan sepuluh tahun cinta tulus pada Ansel, namun apa yang dia terima hanyalah rasa sakit karena sebuah pengkhianatan.
Dia telah menunggu momen seperti ini terlalu lama. Seberapa bagusnya jika segalanya bisa dimulai kembali? Jika bisa, dia bersumpah bahwa ia akan membuat gerombolan sampah ini mati dengan mengerikan.
Ia menjatuhkan mantelnya dan mulai mendekat ke arah mereka. Lalu, ia dengan cepat menyalakan bahan peledak mini yang di ikatkan di tubuhnya.
Di tengah keterkejutan semua orang, para tamu yang hadir segera berlari untuk menyelamatkan diri.
Sementara itu, ia hanya menatap Ansel dan Karina.
“Jika hidupku bisa di ulang kembali, aku tidak ingin menjadi sosok gadis yang baik untuk kalian injak-injak.”
Ia tersenyum lembut untuk terakhir kalinya, tapi perasaan nya hancur. “Sampai mati pun, aku akan ingat semuanya.”
Dan saat itu juga mereka bertiga hancur bersamaan dengan ledakan itu. Adegan pernikahan yang awalnya indah langsung dipenuhi darah.