Lanjutan Chelsea and The Ghosts
Bermula dari Seiichi Park yang dihantui oleh arwah gadis koma bernama Sasikirana, membuat dirinya terlibat kasus kejahatan yang sadis, terstruktur hingga tidak memperdulikan nyawa manusia.
Kasus Sasikirana membuat Seiichi bersama dengan Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya berhadapan dengan mafia hukum yang bukan hanya dari kejaksaan tapi juga kehakiman.
Puncaknya, saat ada korban, Klan Pratomo pun turun membantu para polisi-polisi yang masih lurus dan berdedikasi.
Generasi ke delapan klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dokter Jung Ji-woo
"Dengar dik Fariz bukan RM, saingan lu itu cucunya ustadz yang sudah lama kenal dengan keluarganya dik Steven. Dulu ibunya Ji-woo pacaran dengan Ustadz Fahreza tapi putus dan mbak Radhia menikah dengan seorang dosen berkebangsaan Korea bernama Jung Jae-woon. Ji-woo punya saudara kembar cowok namanya Dae-hyun yang sekarang jadi aktor di Seoul. Terus sekarang kamu mau jadi pekesor ( perebut kekasih orang )?" pendelik AKBP Nana.
"Selama janur kuning belum melengkung dan belum ada ijab kabul, sah sah aja kan? Aku sudah 32 tahun, mbak Nana. Sudah cukup umur untuk berumahtangga tho? Ji-woo umur berapa?" eyel Iptu Fariz.
"Ji-woo kayaknya 26 atau 27 deh. Sepantaran Shea," jawab AKP Steven.
"Nah kan. Sudah sama-sama pas usianya untuk serius!"
"Hei, hei, hei ...." AKBP Victor yang baru datang tampak sebal dengan keributan unfaedah di pagi hari. "Sekarang si Lenny dimana?"
"Masih di sel, dipantau Ji-woo dan Suster Lia," jawab Iptu Fariz.
"Lalu, kenapa kamu disini? Temani sana, kalau mau pedekate!" usir AKBP Atikah.
Iptu Fariz pun langsung kabur ke sel namun dia balik lagi untuk mengambil minum dan roti lalu dia keluar dari ruang kerjanya.
Keempat rekannya saling berpandangan. "Yakin si Fariz bukan RM itu bakalan menang sama cucu ustadz?" tanya AKBP Nana ke semua orang.
"Kita lihat saja siapa yang dijabah doanya," jawab AKBP Atikah kalem.
AKP Arief yang baru datang, melihat empat rekannya sedang berkumpul, memasang wajah bertanya. "Ada apa?"
"Fariz mau jadi pekesor," jawab AKBP Nana.
"Ceweknya siapa?"
"Dokter Nadhif Muhammad."
AKP Arief melongo. "Cucunya Ustadz Amir?"
***
Ruang Sel Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya Jakarta
"Dok Ji-woo ngantuk?" tanya Suster Lia saat melihat Ji-woo menguap.
"Jaga malam kan begini, suster Lia. Oh, aku kok dapat cerita macam-macam soal Hana dan Oom Lucky? Katanya nggak pernah akur ya?" senyum Ji-woo.
"Hah, bapaknya Kenzie dan emaknya Arnawa itu mana pernah akur Dok! Apa aja bisa jadi bahan ribut. Tapi kalau sudah di ruang operasi atau menyelamatkan pasien, jangan ditanya dedikasinya dan seriusnya. Pernah dok, mereka berdua berjibaku menyelamatkan seorang ibu hamil yang mengalami kecelakaan. Sayangnya, ibu dan bayinya meninggal. Mereka nangis lho dok. Sampai-sampai dok Daisy dan mas Madhava datang demi menenangkan mereka berdua," cerita suster Lia.
"Oom Lucky itu sensitif ya?"
"Paket komplit deh! Kalau lagi keluar galaknya ... Beuuu, mending kita diam deh! Kalau lagi njelehi, yaaaa puuuooollll! Tapi satu yang kita semua di Bhayangkara salut. Dok Lucky itu bucin maksimal ke Dok Daisy, Kenzie dan Elina. Pokoknya jangan sekali-kali nyenggol keluarganya, bisa dibanting!"
Ji-woo tersenyum. "Syukurlah mbak Daisy dapat suami yang cintanya ugal-ugalan. Padahal mbak Daisy itu dulu kakunya minta ampun. A ya A, B ya B."
"Sekarang Dok Daisy ga macam dulu awal-awal datang, judesnya minta ampun!" kekeh Suster Lia.
"Bener kan?" cengir Ji-woo.
"Dok Ji-woo mau menikah dengan dok Nadhif?" tanya Suster Lia yang tahu mereka pacaran sejak di Seoul. Suster Lia tahu dari Daisy saat Hana mengumumkan akan mengundurkan diri dari Bhayangkara dan penggantinya adalah sepupunya. Ji-woo datang bersama dengan Nadhif di acara perkenalan. Kekasih Ji-woo dokter di RSCM dan dulu mengambil spesialis paru di Seoul National University, bersama dengan Ji-woo yang mengambil bedah.
"Insyaallah ... Hanya saja aku belum siap berhijab Sus."
"Iya ya. Susah karena Dok Nadhif cucunya Ustadz Amir, bisa kena omongan kan?" gumam Suster Lia. "Dok Nadhif sendiri gimana?"
"Mas Nadhif sih tidak pernah memaksa karena berhijab itu panggilan hati kan? Berhijab juga harus memperbaiki semuanya, adab, manner, ucapan dan tindakan. Lha aku sendiri masih suka ngomong shibal sekiya... "
Suster Lia terbahak.
Ji-woo memeriksa kondisi Lenny yang tadi harus dia beri penenang dari infusnya karena wanita itu histeris parah.
"Tensinya sudah normal dan aku rasa sebentar lagi dia akan sadar. Sebenarnya Bu Lenny kena kasus apa?"
"Pembunuhan berantai," jawab Iptu Fariz sambil membawakan roti dan minuman dingin. "Kopi, teh atau air mineral?"
"Pak Fariz beli?" tanya Ji-woo sambil menerima kaleng kopi dingin.
"Nggak lah. Divisi kami kan macam mini market khusus camilan." Iptu Fariz memberikan botol teh dingin ke Suster Lia dan roti. "Rotinya baru kok ... Expired nya juga masih ada."
"Terima kasih pak Fariz."
"Tunggu pak Fariz. Pembunuh berantai? Ya ampun, jarang lho perempuan jadi pembunuh berantai. Yang dibunuh siapa pak?" tanya Ji-woo sambil minum kopinya.
"Suaminya. Total ada 12 orang korban. Dok Lucky sempat diincar juga pas dia di Bandung," jawab Iptu Fariz.
Ji-woo dan Suster Lia melongo. "Oom Lucky juga diincar? Gimana ceritanya?"
Iptu Fariz pun bercerita dan memperlihatkan rekaman CCTV saat di cafe. Ji-woo menoleh ke arah Lenny Martina yang mulai sadar.
"Wah, Bu ... Masih untung ibu saat di Bandung tidak dibawa ke kamar mayat oleh sepupu saya yang suaminya anda goda," senyum Ji-woo.
"A ... apa maksud kamu?" tanya Lenny Martina bingung.
Ji-woo mengambil ponsel Iptu Fariz dan memperlihatkan pada Lenny. "Ibu masih selamat karena tidak macam-macam karena, wanita yang menggendong bayi ini, adalah seorang dokter forensik dan ibu tidak terbujur kaku di lemari es ruang jenazah sekarang."
Lenny Martina melongo. Apa?
***
Ruang Kerja Divisi Kasus Dingin
"Lenny bisa diinterogasi kan, Ji-woo?" tanya AKBP Nana.
"Bisa Tante, meskipun sempat shock aku bilang kalau dia hampir masuk lemari jenazah karena menggoda Oom Lucky," senyum Ji-woo.
"Yang senang Hana nanti dapat ginjal," kekeh AKBP Victor.
"Oh, Lenny Martina itu mirip dengan Belle Gunness ya. Pembunuh berantai wanita di Amerika yang membunuh 14 pria bahkan diperkirakan sekitar 40 orang korbannya. Modus operandi nya juga sama, diracun, kecelakaan dan macam-macam. Semua harta pria itu juga diambil. Apa ... Dia ingin jadi Belle?" tanya Ji-woo.
"Itu yang masih belum kita ketahui motifnya karena kita butuh dua tahun buat nangkap dia," jawab AKP Arief.
Ji-woo mengangguk. "Kalau begitu, aku dan suster Lia tinggal dulu ya. Lenny Martina sudah bisa kalian interogasi."
"Terima kasih lho Ji-woo," senyum AKBP Atikah.
Ponsel Ji-woo pun berbunyi dan gadis itu menerimanya. "Assalamualaikum mas Nadhif ...."
Semua orang melihat ke arah Iptu Fariz yang cemberut dan mereka menatap dengan tatapan yang sama. Jalan kamu berat.
Iptu Fariz menatap datar ke semua orang. Entah kenapa lagu lawas milik Sophie B Hawkins terngiang-ngiang di telinganya.
Damn, I wish I was your lover
I'll rock you 'til the daylight comes
Make sure you are smilin' and warm
I am everything, tonight I'll be your father
I'll do such things to ease your pain
Free your mind and you won't feel ashamed
Damn I wish I was Your Lover
***
Yuhuuuu up Pagi Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️
Berkat didikan pak Hoshi bon cabe level 100 😝😝😝😝
Dulu sabrina sdh punya ardiona, skrg ji woo udh sama dr. Nadhif
Belajar sama ikan teri, fariz bkn rm
Meskipun per"dummy"an hanya punya terry seekor 😂😂😂😂