Di langit berbintang, seorang pria misterius bertopeng perunggu duduk di atas perahu kecil, membawa rahasia yang mampu mengguncang alam semesta. Ia telah kehilangan segalanya. ayah, ibu, sahabat, dan Yin’er, wanita yang tak tergantikan di hatinya. Demi memenuhi janji pada Yin’er, ia mengorbankan setengah sumber kehidupannya untuk menciptakan sebuah Klon Dao, wujud sempurna dari gabungan hidup mereka.
Namun, keputusannya menimbulkan kemarahan Zingtian, pria berjubah merah yang memanggilnya bajingan dan memperingatkan bahaya besar yang mengintai. Terlepas dari peringatan itu, proses penyatuan berlangsung selama sebulan, melahirkan jiwa janin istimewa yang bahkan disentuh oleh Kitab Takdir.
Kini, jiwa itu akan dikirim ke dunia kecil ChangYuan, disegel kekuatannya, agar tumbuh merasakan pahitnya dunia kultivator. Di balik keputusan itu tersembunyi rencana besar, rahasia para dewa, dan masa depan yang akan mengubah seluruh tatanan langi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Pertama Sekte
Sekte Langit Cerah, Wilayah Divisi Disiplin.
Chen Yu kini tinggal di sebuah paviliun sederhana di tengah area latihan Divisi Disiplin. Tempat itu dihuni oleh murid-murid keras kepala, pembuat masalah, atau mereka yang "terlalu berisik" seperti dirinya.
Namun, berbeda dari bayangan kelam tentang penjara, Divisi Disiplin ternyata penuh murid-murid tangguh dan menarik. Di antaranya seorang murid bermata satu, wanita dingin yang dijuluki Pedang Salju, hingga seorang kakek tua pemabuk yang dulu adalah tetua sekte namun diturunkan pangkat karena "masalah wanita."
Dan tentu saja ada Chen Yu yang paling muda dan paling santai di antara mereka.
Chen Yu di Divisi Disiplin
Pagi itu, Chen Yu berlatih seperti biasa. Dengan pedang kayu di tangan, ia mengayunkan teknik dasar sembari tertawa-tawa sendiri mengingat wajah Xining yang merah padam saat itu.
Tak lama, pria gendut Puyou datang sambil membawa sekantong roti uap.
"Chen Yu! Kau terkenal sekarang! Semua murid bilang kau berani memeluk dan mencium senior Xining! Hahaha!"
"Kau harus ajarkan aku caranya! Meskipun aku tahu kau tak sengaja, tapi tetap saja kau seorang legenda!"
Chen Yu menggigit roti, "Legenda apa yang dihukum satu bulan. Kalau terus begini, aku bisa jadi kepala Divisi Disiplin."
Di kediaman Klan Mu
berita tentang Chen Yu dihukum karena menyentuh murid wanita di sekte akhirnya sampai ke Klan Mu.
Di aula keluarga, Mu Tuzhi (ayah mertuanya) meletakkan surat itu di meja dengan wajah masam.
"Huh! Baru beberapa minggu di sekte, sudah mencemarkan nama keluarga!" geramnya.
"Sungguh memalukan!"
Salah satu tetua Mu berbisik, “Tapi Ketua, kabarnya yang disentuh adalah Xining, murid genius dari Paviliun Azure. Ada kemungkinan hubungan mereka akan tumbuh.”
Mu Tuzhi menatap tetua itu tajam, “Tumbuh Pantat mu itu?! Itu penghinaan, bukan perjodohan!”
Di sisi lain, di kamar pribadi seorang wanita muda, Mu Wan duduk di depan cermin. Ia memandangi surat yang sama dengan tangan gemetar.
"Dia… dia berani menyentuh wanita lain?"
"Tapi… kenapa hatiku terasa sedikit kesal?"
Ia menarik napas panjang, meletakkan surat itu perlahan, lalu berbisik lirih.
“Chen Yu… kau bodoh… tapi kenapa aku memikirkanmu?”
Kembali ke Sekte di Malam Hari
Di kamar Chen Yu, ia duduk bersila. Lautan kesadarannya masih bergolak sejak mimpi tentang wanita di bawah pohon mulberry. Tapi malam ini pikirannya bercabang.
Ia teringat Xining, Mu Wan, dan tatapan orang-orang di sekte. Ia lalu menggenggam medali identitasnya.
“Aku harus tumbuh lebih kuat… bukan hanya untuk nama keluarga. Tapi untuk menyelesaikan keluhan dengan klan wen"
"Lagi pula ayah mertua menepati janjinya dengan memberiku kesempatan untuk ber kultivasi. Paling tidak aku tidak boleh membuat nya malu. "
Malam Hari di Divisi Disiplin
Di dalam paviliun kecilnya, Chen Yu duduk bersila dengan wajah tenang. Di hadapannya terdapat tiga batu spiritual tingkat rendah yang mulai retak karena energi di dalamnya tersedot habis.
Udara di sekelilingnya terasa berat, YuanQi berkumpul secara alami membentuk pusaran lembut di atas kepalanya. Lautan kesadarannya kembali menunjukkan riak-riak tak wajar.
Dan di detik berikutnya!
BOOM!
Gelombang YuanQi mengalir liar, tubuh Chen Yu berguncang seketika, dan napasnya tercekat.
Namun tatapannya tetap tajam.
“Ini saatnya…”
Lautan kesadaran miliknya membentuk satu inti tipis berwarna biru keperakan. tanda bahwa ia telah menembus ke Tahap Akhir Ranah Jujing!
Tubuhnya memanas, meridian terasa luas, dan aliran energi jauh lebih stabil.
“Kekuatan ini jauh berbeda dari sebelumnya…”
Keesokan Harinya . Arena Divisi Disiplin
Setiap bulan, para murid di Divisi Disiplin diwajibkan mengikuti sparring internal untuk menunjukkan kemajuan masing-masing dan sekaligus menghibur para tetua yang bosan.
Chen Yu masuk arena dengan santai, mengenakan pakaian abu-abu sederhana. Banyak murid mengerutkan kening saat melihatnya.
“Itu dia si mesum dari Paviliun Azure.”
“Kabarnya, dia bahkan berhasil menerobos ke tahap akhir jujing kemarin malam!”
“Apa? Baru di sekte sebentar dan sudah naik tingkat?!”
Banyak orang tercengang dengan terobosan Chen Yu.
Saat ini.!!!
Lawannya adalah murid bertubuh besar bernama Hei Lang, terkenal dengan teknik tinju batu-nya yang brutal.
Begitu pertarungan dimulai, Hei Lang langsung menerjang maju, tinjunya menghantam udara dengan ledakan mini.
BOOM!
Chen Yu memiringkan badan dan menendang ke arah rusuk. Itu murni refleks dari pelatihan dasarnya.
Dush!
Seketika Hei Lang terpental ke tanah, dan mengerang. Sorakan dan gumaman tercengang mengisi udara.
“Dia… dia hanya butuh satu gerakan?!”
Tiba-tiba Xining Datang
Saat Chen Yu hendak turun dari arena, sosok anggun dengan pakaian biru berdiri di tepi lapangan.
Itu Xining.
Kecantikannya masih sama menawan, dan aroma semerbak bunga masih melingkupi langkahnya. Para murid langsung terdiam melihatnya datang ke area disiplin.
“Senior Xining... kenapa bisa di tempat seperti ini?”
“Bukannya dia dari Paviliun Azure?”
Xining menatap Chen Yu tajam. Pipinya sedikit merah, tapi ia tetap berusaha mempertahankan ekspresi datarnya.
“Kau...!!! kata Xining dengan lantang, “Berani-beraninya kau membuat rumor bahwa aku menyukaimu?!”
Chen Yu mengangkat alis. “Aku bilang begitu? Aku hanya berkata aku tak sengaja menciumu senior. Kalau itu terdengar seperti kau menyukaiku, itu masalah persepsi, bukan fakta.”
“Kau.....!!! Xining bergetar, wajahnya semakin merah.
“Hari ini aku akan membuatmu berlutut dan minta maaf!”
Tanpa aba-aba, Xining melepaskan energi tajam miliknya, menciptakan angin membelah arena.
Chen Yu menghindar cepat, menangkis serangan-serangan tajam dengan kekuatan barunya yang jauh meningkat.
Sesekali mereka terlibat adu tubuh, dan seperti takdir yang mengejek mereka, beberapa kali mereka jatuh berdekatan, bahkan satu kali momen bibir mereka hampir bersentuhan lagi.
“Kau benar-benar mesum!” Kata Xining
“Aku yang seharusnya bilang begitu! Aku hanya bertahan!” kata Chen Yu membela diri.
Teriakan-teriakan itu memancing tawa dari para murid dan bahkan beberapa tetua yang diam-diam menonton.
Namun, di tengah semua kekacauan itu. satu hal menjadi jelas: kekuatan Chen Yu kini tak bisa dianggap remeh.
Pada akhirnya...!!!
Pertarungan itu tak berakhir dengan pemenang jelas. Xining pergi dengan pipi merah dan amarah membuncah. Tapi semua murid kini tahu.
Chen Yu, murid Divisi Disiplin, bukan hanya penghibur semata. dia adalah ancaman nyata.
Setelah kejadian memalukan di arena Divisi Disiplin antara Chen Yu dan Xining, suasana di Sekte Langit Cerah kembali diwarnai kabar baru. Sebuah pengumuman resmi disampaikan oleh para tetua di depan para murid yang berkumpul di lapangan utama.
“Misi tingkat menengah akan dilaksanakan. Dua murid akan dikirim ke Hutan Kabut Hitam untuk mengambil Kristal Es Gelap, bunga kristal langka yang hanya mekar selama tiga hari dalam setahun.”
Bisik-bisik segera memenuhi udara. Hutan Kabut Hitam adalah tempat berbahaya yang penuh dengan binatang buas, kabut beracun, dan rumor tentang kultivator pemburu manusia. Bahkan murid-murid tingkat menengah jarang berani masuk terlalu dalam.
Keputusan para tetua kali ini mengejutkan banyak pihak. Tetua Qingwei, dengan tatapan datar namun tajam, melanjutkan,
“Chen Yu… dan Xining, kalian berdua akan menjalankan misi ini bersama.”
Xining yang berdiri di barisan depan langsung melangkah maju, wajahnya berubah menjadi merah padam.
“Apa? Kenapa harus aku yang pergi bersama dia?!”
Tetua Qingwei menatapnya tanpa emosi.
“Karena kau perlu belajar kesabaran. Dan dia… perlu belajar bertahan hidup.”
Suasana menjadi hening sejenak sebelum Chen Yu menyunggingkan senyum santai yang membuat Xining semakin kesal.
“Terima kasih atas kesempatan manis ini, Tetua.”
“KAU!!!” Xining nyaris berteriak, tapi menahan diri di depan para tetua.
Chen Yu berbalik, melangkah pergi dengan santai, seolah keputusan itu adalah berkah yang sudah ia rencanakan sejak awal. Xining hanya bisa mengepalkan tinju, kemudian dengan enggan menyusulnya.
Perjalanan Menuju Hutan Kabut Hitam
Perjalanan cukup panjang. namun mereka terus berjalan menelusuri jalan setapak. tidak ada obrolan sama sekali. hanya sesekali saling pandang, namun tidak ada kata yang di ucapkan.
Udara di antara keduanya terasa sedingin es. Xining berjalan beberapa langkah di depan, punggungnya tegang. Setiap kali Chen Yu mulai berbicara, ia menoleh dengan tatapan tajam seolah pedangnya siap ditebaskan kapan saja.
“Jangan terlalu pikirkan kejadian waktu itu,” ucap Chen Yu dengan nada ringan, seolah mereka hanya sedang membicarakan cuaca. “Aku bahkan hampir lupa… rasa bibirmu.”
Langkah Xining langsung terhenti. Pipi mulusnya memerah seperti buah delima masak.
“KAU!!!”
Tangannya sudah hampir menyentuh gagang pedang, namun ia menarik napas panjang, menahan diri. Misi ini terlalu penting untuk diacaukan oleh amarah pribadi.
“Huh… dasar menjijikkan,” gumamnya pelan.
Chen Yu hanya tersenyum samar, matanya menyipit nakal. lalu terus melanjutkan langkahnya.
Langkah mereka terhenti di tepi hutan. Kabut tebal seperti tirai putih menggantung di udara, mengaburkan pandangan bahkan hanya beberapa langkah ke depan. Aroma lembap dan tanah busuk memenuhi udara, bercampur dengan aura jahat yang membuat bulu kuduk berdiri.
Chen Yu menarik napas perlahan, mengaktifkan YuanQi-nya untuk mempertajam pendengaran dan penglihatannya.
“Kita sedang diawasi,” bisiknya.
Belum sempat Xining bertanya, tiga sosok hitam muncul dari balik kabut. Mereka mengenakan jubah gelap, wajah tertutup topeng besi tipis, dan di dada mereka terdapat simbol pusaran api berwarna ungu.
“Itu… simbol Klan Wen,” ucap Chen Yu dengan suara rendah namun penuh ketegangan.
Musuh tidak memberi waktu untuk berbicara. Dalam sekejap, pedang dan tombak berkilat di udara, menyerang tanpa ampun.
Chen Yu segera mengangkat pedang sederhana miliknya, sedangkan Xining menarik pedang putih yang bersinar lembut dari cincin penyimpanan. Pedangnya memancarkan aura dingin yang menusuk tulang.
Chen Yu langsung menahan dua lawan sekaligus. Gerakannya tidak seanggun Xining, namun setiap tebasan membawa kekuatan dan efisiensi, YuanQi-nya mengalir di sepanjang bilah pedang. Sementara itu, Xining melawan satu lawan dengan langkah ringan seperti angin, gerakannya cepat dan presisi.
Suara logam beradu memenuhi hutan, diselingi dentuman energi YuanQi yang membuat kabut di sekitar mereka terhempas sesaat.
Chen Yu masih bisa menguasai keadaan meski tertekan. Namun bahaya datang tiba-tiba. Xining terpeleset karena tanah yang licin, tubuhnya sedikit miring ke belakang, dan dari balik kabut tombak musuh melesat menuju punggungnya.
Tanpa berpikir panjang, Chen Yu melompat dan menarik Xining ke dalam pelukannya.
Suara logam menembus daging terdengar jelas.
Pedang musuh menusuk bahu Chen Yu, darah mengalir membasahi pakaiannya.
“Bodoh! Kenapa kau malah melindungiku?!” seru Xining dengan mata membelalak.
“Kalau kau mati,” Chen Yu tersenyum lemah meski wajahnya pucat, “aku akan dituduh mesum… dan pembunuh.”
Xining menggigit bibir, matanya bergetar. Ada sesuatu yang ia rasakan, tapi tak bisa diungkapkan.
Kemarahannya terhadap musuh tiba-tiba meledak. Pedang putihnya bergetar, memancarkan aura YuanQi yang melonjak dahsyat. Dalam satu gerakan, ia melesat seperti cahaya, menebas dua lawan sekaligus. Tubuh mereka jatuh terpisah, membasahi tanah dengan darah pekat.
Musuh terakhir segera menyerang, namun Xining tidak memberi kesempatan. Tebasan pedangnya memutuskan perlawanan, mengakhiri pertarungan.
Kabut malam di Hutan Kabut Hitam mengandung racun berbahaya. Mereka memutuskan mencari perlindungan. Sebuah goa kecil ditemukan tidak jauh dari lokasi pertempuran.
Chen Yu menyandarkan tubuhnya yang terluka di dinding batu, napasnya berat. Xining duduk di sebelahnya, tangannya cekatan membalut luka menggunakan rumput obat yang diambil dari kantong penyimpanan.
Keheningan mengisi goa, hanya suara napas mereka yang terdengar.
“Chen Yu…” suara Xining nyaris seperti bisikan.
“Hm?” Chen Yu membuka satu mata, menatapnya.
Xining berkata dengan lembut. “Lain kali… jangan sembarangan melindungiku. Aku bisa menjaga diriku sendiri.”
Chen Yu tersenyum lemah. “Kalau begitu… lain kali kau yang lindungi aku.”
Xining menoleh cepat, wajahnya memerah lagi. “KAU!!!”
Chen Yu berbicara setengah berbisik.
“Ssst… jangan berisik. Kita belum tahu apakah mereka punya teman.”
Xining menelan ludah, lalu mengangguk.
Suasana sempat hening beberapa waktu. hanya bunyi tetesan air dari langit langit goa.
“Senior,” ucap Chen Yu memecah sunyi, “ayo kita cari Kristal Es Gelap itu.”
Xining menatapnya sebentar, lalu berkata, “Istirahatlah dulu. Besok kita lanjutkan.”
Chen Yu mengangguk. “Baiklah, Senior.”
Malam itu, di bawah cahaya redup dalam goa, dua murid yang awalnya saling bertikai kini mulai terikat oleh darah, pertarungan, dan rahasia yang belum terungkap.
apakah Xu Hao yang di novel satu lagi Thor?
tekejut awak Ruoying hamil. berarti yang malam dihutan itu Ruoying beneran kikuk kikukin Chen Yu yang lagi tidur/Plusone//Facepalm/