Impian setiap wanita adalah menikah dengan pria yang mencintai dan dicintainya. Namun takdir berkata lain untuk Azura, gadis cantik yang terpaksa menikah dengan pria pengidap gangguan jiwa demi kepentingan keluarga tirinya.
Meski sang ayah masih hidup, hidup Azura sepenuhnya digenggam oleh ibu tiri yang licik dan kejam. Akankah Azura mampu bertahan dalam pernikahan yang tak diinginkannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 25 - Di mandiin
"Bagaimana caranya membantu Rangga mandi?," batin Azura, seraya menatap dirinya sendiri di cermin kamar.
Azura berdiri di depan pintu kamar mandi dengan hati yang berdebar. Sementara Rangga masih duduk di tepi ranjang seolah bayi yang menunggu untuk di mandikan.
Setelah menyatakan keinginannya untuk mulai membantu keperluan pribadi Rangga, kini Azura dihadapkan pada tantangan yang sesungguhnya.
"Lebih baik aku tanyakan dulu pada orang-orang yang biasa membantu Rangga," gumamnya lalu menoleh sejenak ke arah Rangga dan berdesis, "Apa dia jadi bayi kembali?."
Kemudian Azura berjalan keluar kamar menuju ruang staf di sisi koridor, tempat para asisten biasa berkumpul untuk briefing pagi.
Sesampainya di sana, Azura disambut oleh Bu Sari dan dua asisten yang selama ini menangani keperluan Rangga, yaitu Mila dan Ayu.
"Maaf, bisa aku minta bantuan kalian?," tanya Azura dengan sedikit canggung.
"Tentu, Nona. Ada yang bisa kami bantu?," sahut Mila.
"Aku ingin tahu bagaimana kalian biasanya membantu Rangga mandi. Tolong ajarkan aku… prosedurnya."
Para asisten sempat saling pandang, lalu mengangguk dengan hormat.
"Baik, Nona. Kami akan jelaskan. Biasanya, kami mulai dengan menyiapkan semua perlengkapan mandi terlebih dahulu," kata Ayu, sambil menunjuk ke sebuah keranjang besar berisi handuk, sabun cair, sampo, dan pakaian bersih.
Mereka lalu berjalan ke kamar mandi khusus di bagian belakang vila yang memang biasa digunakan Rangga.
Sebuah ruangan luas yang berlantai marmer dengan pencahayaan lembut, dan semerbak aroma aromaterapi menenangkan dari diffuser di sudut ruangan.
"Saat kami mulai, Tuan Rangga biasanya hanya berdiri saja. Dia tidak menolak, tapi juga tidak benar-benar merespon," jelas Mila sambil menunjukkan posisi tempat duduk kayu panjang tempat Rangga biasa duduk.
"Kami mulai dengan menyapanya dulu, agar dia tidak kaget," tambah Ayu, lalu berdiri di depan bangku tersebut dan menirukan sapaannya, "Tuan Rangga, saatnya mandi ya…"
"Kemudian kami lepaskan bajunya dengan perlahan. Kalau dia tiba-tiba menarik tangan atau menepis, kami hanya menunduk dan mengulang sapaannya dengan nada lembut."
Azura menyimak penuturan dua asisten itu dengan seksama, meski jari-jarinya sedikit gemetar saat tangannya menggenggam ujung bajunya sendiri.
"Setelah itu, kami akan menyiram air hangat perlahan mulai dari kakinya ke atas. Baru setelah itu kami bantu bersihkan tubuhnya."
Mila mempraktekkan hal itu dengan boneka manekin yang biasa digunakan untuk pelatihan asisten medis. Azura pun sedikit terkejut saat menyadari betapa telitinya setiap gerakan mereka.
"Kami juga tidak pernah meninggalkannya sendirian, karena Tuan Rangga kadang bisa bingung atau merasa terancam. Kami harus pastikan dia merasa aman," jelas Mila.
"Dan saat selesai, kami akan memakaikannya baju sambil mengajaknya bicara ringan. Kadang dia senyum sendiri, kadang juga menangis... tapi itu tandanya dia merasakan sesuatu," tambah Ayu.
Sementara itu di kamar, Rangga hanya masih duduk diam di pinggir ranjang. Tatapannya kosong, tapi tangannya bermain-main dengan ujung selimut seolah benda itu adalah mainan masa kecilnya.
"Jika mereka sering memandikan Rangga, berarti mereka sudah melihat punya Rangga? Maksudku... Akh! Apa yang kamu pikirkan Azura!," batinnya.
**
Kini, Azura membawa Ayu dan Mila ke kamarnya dan menghampiri Rangga. Rencananya, Azura Ingin memandikan Rangga di kamar mereka.
Setelah segala persiapan di kamar mandi sudah siap mereka pun mengajak Rangga.
"Tuan Rangga… saatnya mandi ya," sapa Ayu lembut, sementara Mila mulai mengambil jubah mandi yang tergantung di dinding.
Rangga pun hanya menatap mereka namun tidak menolak. Ia lalu mengikuti langkah mereka menuju kamar mandi dan hanya berjalan pelan seolah sedang tidur sambil berjalan.
Sesampainya di kamar mandi, Azura berdiri agak gugup di sisi pintu hingga akhirnya asisten Mila pun menoleh padanya.
"Nona, kalau Anda sudah siap, kami bisa mendampingi saat pertama. Anda tidak perlu melakukan semuanya langsung, cukup awasi dan pelajari."
Azura pun mengangguk, karena ia merasa ini bukan hanya tentang membantu Rangga mandi, tapi juga melampaui batas ketakutan dan perasaannya sendiri.
Setelah beberapa saat, Azura pun memberanikan diri untuk mendekat. Kemudian ia menyentuh bahu Rangga dengan lembut sambil berkata, "Rangga… ini aku. Aku akan membantumu, ya."
Untuk sesaat, mata Rangga bergerak ke arah Azura namun segera berpaling dan menatap air yang mengalir di shower.
Untuk langkah selanjutnya, Azura mulai membuka baju Rangga dengan ragu. Namun ia semakin gugup ketika Rangga sudah telanjang dada.
"Apa ini? Bukankah dia sakit, tapi tubuhnya terlihat sehat dan normal," batin Azura sambil menatap perut Rangga yang seperti roti sobek.
Gllek!!
Secara naluriah Azura pun menelan ludahnya karena jiwa perempuannya bangkit, namun ia segera menggeleng dan memegangi dadanya.
"Apa? Jadi mereka melihat pemandangan seperti ini setiap hari?," batin Azura sambil menoleh ke arah Mila dan Ayu. "Bahkan yang ada di balik celana Rangga juga?!."
Mila dan Ayu hanya saling pandang melihat Azura yang seperti memikirkan sesuatu. "Nona...," panggil mereka.
"Oh iya," sahut Azura dan segera melanjutkan dengan membuka celana Rangga.
Deg deg deg deg deg deg!!
"Ya ampun! Azura, kamu pasti bisa. Anggap saja dia bayi yang baru lahir," gumam Azura sambil menurunkan celana Rangga. Namun tiba-tiba...
"Arghhh!." Azura sedikit memekik sambil mengangkat tangannya karena baru saja ia seperti menyentuh sesuatu, besar dan hangat.
Hal itu tentunya membuat dua asisten tadi terkejut juga. "Nona, apa Anda baik-baik saja?."
"Iya. Em... Aku... Aku baik-baik saja. Tapi... Apa itu harus di buka juga?," tanya Azura sambil menunjuk pada celana dalam Rangga.
Kedua asisten tadi menahan senyum mereka namun tidak berani menunjukkannya. "Tidak Nona... Kami tidak pernah membukanya. Kalau begitu, kami akan keluar dulu," ujar mereka pengertian.
"Oh, tidak usah. Kalian tetap disini saja. Lagi pula aku belum terbiasa. Dan untuk saat ini aku juga tidak akan membukanya," cegah Azura.
Kedua asisten itupun akhirnya tersenyum sambil menunduk.
Lalu, Azura mulai menyiramkan air hangat ke kaki Rangga seperti yang diajarkan. Sementara Mila dan Ayu berdiri tak jauh seraya mengamati dengan tatapan bangga.
“Bagus, Nona… tetap tenang saja. Sentuhan lembut sangat membantu,” bisik Mila dari belakang.
Adapun Rangga, ia masih duduk diam, hanya kadang menggeleng pelan atau menarik napas seperti anak kecil yang tenang dalam pelukan ibunya.
Ritual mandi Rangga pun berjalan dengan baik tanpa ada penolakan ataupun keributan. Meskipun yang ribut adalah hati Azura yang seakan meronta-ronta karena matanya sudah ternodai oleh suaminya sendiri 😁
Setelah selesai, Azura sendiri yang mengeringkan tubuh Rangga dan akan memakaikannya pakaian bersih.
"Nona Azura, Anda luar biasa…" ucap Ayu sambil tersenyum tulus.
Azura pun menoleh ke arah Rangga yang kini sudah bersih, dengan rambut yang masih sedikit basah, dan wajahnya yang tampak… lebih damai.
“Terima kasih sudah mengajarkan. Mulai sekarang… biar aku yang melakukannya.”
BERSAMBUNG...
tambah lagi doooooooong