NovelToon NovelToon
Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:15.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

Dia adalah darah dagingnya. Tapi sejak kecil, kasih ibu tak pernah benar-benar untuknya. Sang ibu lebih memilih memperjuangkan anak tiri—anak dari suami barunya—dan mengorbankan putrinya sendiri.

Tumbuh dengan luka dan kecewa, wanita muda itu membangun dirinya menjadi sosok yang kuat, cantik, dan penuh percaya diri. Namun luka masa lalu tetap membara. Hingga takdir mempertemukannya dengan pria yang hampir saja menjadi bagian dari keluarga tirinya.

Sebuah permainan cinta dan dendam pun dimulai.
Bukan sekadar balas dendam biasa—ini adalah perjuangan mengembalikan harga diri yang direbut sejak lama.

Karena jika ibunya memilih orang lain sebagai anaknya…
…maka dia pun berhak merebut seseorang yang paling berharga bagi mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Putri Yang Kembali

Hana membuka tas mungil berwarna pastel milik Malika.

Dengan anggun, ia mengeluarkan sebuah amplop putih tebal dan menyerahkannya langsung ke tangan Burhan.

“Silakan dibaca, Pak. Sebelum aku bacakan sendiri di depan semua tamu.”

Burhan menyambar amplop itu.

Tangannya gemetar membuka isinya, dan begitu matanya membaca deretan kalimat yang familiar, wajahnya seketika memerah, lalu memucat.

Tatapannya langsung berpaling ke Sri, yang sedari tadi menunduk, tak berani menatap siapa pun.

Keringat dingin menetes dari pelipisnya.

“Apa ini?!” geram Burhan, suaranya tertahan marah.

“Kau bilang dokumen ini sudah hilang!”

Sri tak menjawab. Bahunya berguncang, napasnya pendek.

“Kau… kau bilang semua aman, Sri!” Burhan mulai kehilangan kendali, wajahnya mendekat, tangannya mengepal.

Namun Hana menyela dengan tenang, suaranya tenang, tapi menusuk:

“Aku bisa bacakan seluruh isi surat itu sekarang juga. Dengan mikrofon. Di halaman depan. Di depan para tamu yang kalian undang dengan uang haram.”

Sri menahan napas. Malika menatap ibunya, bingung dan penuh kecurigaan.

“Atau…” lanjut Hana, langkahnya pelan mengitari ruangan.

“…ibu bisa naik ke atas panggung, dan mengakui satu hal sederhana: bahwa aku adalah anak kandungmu. Bahwa kamu menelantarkanku demi suamimu dan anak tirimu.”

Tatapan Hana tajam.

“Dan bahwa kamu telah menipu nenekku dengan janji-janji palsu.”

Sunyi.

Burhan mencengkeram amplop itu seakan ingin meremuknya.

Malika hanya memandangi semua ini dengan kepala pening, jantungnya berdetak tak beraturan.

Sri terdiam lama.

Lalu akhirnya, dengan suara serak dan napas berat, dia menatap Hana.

Matanya basah, bukan karena iba, tapi karena amarah yang tak bisa keluar.

“Kamu kejam sekali, Hana…” gumamnya lirih.

“Bukan aku yang kejam, Bu,” jawab Hana pelan, tapi mantap.

“Kalian yang memulainya. Aku cuma menyelesaikannya.”

Crakk!

Burhan menyobek kertas itu dengan gerakan kasar dan penuh emosi.

Potongan-potongan dokumen terlempar ke lantai seperti serpihan harga diri yang coba dia singkirkan.

“Kau pikir aku takut dengan ancaman murahanmu?” suaranya meledak, menggema di kamar.

“Silakan! Mau bicara apa pun, bicara saja! Aku tidak takut!”

Sri menoleh panik, “Burhan, jangan!”

Tapi sudah terlambat.

Burhan sedang dalam mode bertahan harga diri.

Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya masih mengendalikan rumah ini.

Masih menjadi raja kecil yang dihormati semua orang.

Namun Hana hanya menatap sobekan itu tanpa reaksi.

Dia menghela napas pendek, lalu dengan senyum tenang, membuka kembali tasnya.

“Aku sudah duga kau akan melakukan itu.”

Sri dan Burhan terdiam.

Malika menegang.

Hana mengambil satu amplop lain, lebih tebal, lebih berat.

Ia mengangkatnya perlahan, seolah memperlihatkan trofi kemenangan.

“Yang kamu sobek tadi hanya salinan, Pak.”

Dia berjalan menuju pintu.

“Yang asli, lengkap dengan salinan materai dan surat pengakuan hutang, masih aman di tangan saya.”

Dia membuka pintu kamar perlahan.

Suara musik dari luar mengalun kembali. Gelak tawa tamu-tamu terdengar jelas.

Hana menoleh sebentar, melihat tiga wajah yang membeku di belakangnya, lumpuh, tak bisa mencegah.

“Kalian pikir aku hanya datang untuk bikin onar?”

“Aku datang untuk menagih janji, menyusun ulang posisi, dan menuntut hak.”

Dia melangkah keluar.

Sepatunya berderap di lantai marmer, langkah penuh percaya diri.

Gaun mahal Malika yang melekat di tubuhnya berkibar anggun.

Sri ingin mengejar, tapi Burhan menarik tangannya. Malika tercekat, tak tahu harus berbuat apa.

“Jangan… biarkan saja,” gumam Burhan yang akhirnya mulai sadar bahwa mereka benar-benar dalam bahaya. Tapi mencegah Hana sekarang hanya akan memposisikan dirinya semakin terpojok.

Dan pesta itu, kini hanya tinggal hitungan detik untuk menjadi panggung kehancuran.

Langkah kaki Hana baru saja menyentuh tangga kecil menuju panggung, ketika sebuah tangan hangat menggenggam pergelangannya.

Sri.

Wajahnya, berbeda.

Sumringah. Hangat. Bersinar seperti seorang ibu yang baru bertemu kembali dengan anak tercintanya.

“Ayo, sayang. Kita naik bersama,” ucapnya lembut, nyaris gemetar, bukan karena takut, tapi karena memainkan perannya.

Hana tertegun.

Langkahnya goyah. Tapi sebelum sempat menarik tangannya, Sri sudah menggandengnya erat dan membawanya naik ke atas panggung kecil di tengah halaman pesta.

Para tamu mulai berbisik pelan.

Pemandangan ini, ibu dan anak berdiri berdampingan, mengenakan gaun anggun, terlihat seperti adegan reuni keluarga yang manis.

Tapi hanya Hana yang tahu jika ini adalah cerita fiksi murahan.

Sri mengambil mikrofon.

Senyumnya mengembang, air mata mulai menetes indah dari matanya.

Dan di hadapan semua orang, dia mulai berbicara:

“Sahabat, kerabat, dan semua yang kami cintai… izinkan saya memperkenalkan tamu paling spesial malam ini.”

“Putri kandung saya. Hana.”

Gemuruh tepuk tangan dan bisikan terkejut menyebar. Mereka seolah lupa tentang cerita jika Hana adalah anak seorang teman yang datang dari luar kota.

“Selama ini, banyak dari kalian yang mungkin bertanya-tanya… dan kini, saya dengan bahagia mengabarkan bahwa Hana telah kembali. Setelah bertahun-tahun tinggal bersama ayahnya di luar negeri, akhirnya dia pulang.”

Hana membeku.

Kebohongan itu… keluar begitu saja dari bibir seorang ibu.

Dan lebih parahnya, dia mengucapkannya dengan air mata yang nyaris meyakinkan.

Sri menarik Hana ke dalam pelukan.

Tangisnya makin keras.

“Maafkan ibu, nak… ibu sangat merindukanmu selama ini…”

Suara parau itu menggema melalui pengeras suara, membuat sebagian tamu mulai ikut terharu.

Hana hampir tergelak.

Dia bahkan menahan tawanya, pahit dan getir di balik pundak ibunya yang penuh kebohongan.

“Sungguh, Bu… kamu seharusnya kamu jadi artis,” gumamnya lirih, penuh ejekan.

Sri malah semakin mengeratkan pelukannya. Namun tak ada aura keibuan yang Hana rasakan, melainkan pelukan untuk mengajak berperang.

 

Suasana pesta berubah total.

Dekorasi balon dan spanduk bertuliskan "Happy Birthday Malika" masih tergantung,

namun perhatian semua orang berpindah arah,

bukan pada sang ratu pesta,

tapi pada gadis bergaun elegan yang sebelumnya tak dikenal siapa pun: Hana.

Tamu-tamu berbondong-bondong menghampiri Sri dan Hana.

Ucapan selamat, pelukan hangat, hingga pertanyaan penasaran tentang kehidupan di luar negeri berdatangan silih berganti.

Hana tersenyum. Anggun. Penuh kendali.

Tak satu pun dari mereka tahu kalau semua yang mereka dengar adalah kisah fiksi.

Sri pun larut dalam perannya.

Dia menangis lagi saat seorang sahabat lama memeluknya sambil berkata,

“Kau beruntung sekali, Sri. Tuhan mengembalikan anakmu dalam keadaan begitu cantik dan sukses.”

Sementara itu.

Di pojok taman belakang,

Malika berdiri membeku.

Bibirnya mengatup rapat, tangan menggenggam erat pinggiran mejanya.

Matanya merah.

Pandangannya menusuk lurus ke arah panggung yang seharusnya miliknya.

Burhan duduk di sebelahnya, raut wajahnya kelam, rahangnya mengeras.

Dia meneguk air dengan cepat, seolah ingin meredam bara di dalam dadanya.

“Papa…” bisik Malika, suaranya getir.

“Dia mencuri pestaku…”

“Tenang,” jawab Burhan tanpa menoleh,

“Ini belum selesai.”

Namun dalam hati mereka berdua tahu

mau tidak mau, mereka harus menerima keberadaan Hana.

Karena membantah cerita Sri berarti membongkar aib mereka sendiri.

Dan mereka tak siap untuk kehilangan segalanya karena satu kebenaran.

1
moominRJ
Lanjuttt kaa 😍
moominRJ
Mamam tah burhan😝
moominRJ
Ya allah ka keren bngt novelnya🫶🫶👏🏻
moominRJ
Hana👍👍
moominRJ
Kerennn pak pol😍
Fittar
duh disaat hana mau berdamai, musuhnya kok malah siap menyerang lagi... klo hana tau mereka bersiasat buruk pasti hana lebih murka
semoga hana masih tetap waspada...jangan sampai hana jadi menikah dengan pria paruh baya yang kejam pilihan si Burhan
Novi Galuh
jangan sampai Hana terjebak ya, thor. kasihan....
Yenni Ajah Lah
/Good//Good//Good//Heart//Heart/
Novi Galuh
nggak sabar lihatnya nanti saat Rendy ketahuan... burhan pusing tujuh keliling🤣
Aningrum
haduhh,, dah mulai deg²an nih..
Novi Galuh
pradipta, langsung aja ajak nikah Hana.
Nar Sih
karya kak almaira semua nya bagus alur nya pun ngak ribet dan aku udh bca semua yg di nt semagat kak 👍🥰
Nar Sih
hati,,dan tetap waspada dgn mereka hana ,burhan udah siap kan rencana jht nya pada mu ,semoga aja gagal ya
Novi Galuh
ini emg cocok bgt kalo malika sama rendy😄
Jelo Muda
sehari menemukan novel ini...sehari langsung kelar sampai bab 24... daaaannnn... keren habisss....mantabbb


good job thorr...sehat sehat..up nya yg bnyk ya ..
Aningrum: semua karya author yang satu ini memang the best
total 1 replies
Jelo Muda
mantul...mantab..keren .. bagus bngttt .istimewaaa ..luwaaarrr biyaasaaaaa.
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
Dan semoga pradipta si paling peka, menempatkan mata² disekitar Hana.
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
Rubah pola pikirmu hana, Bersama mereka kamu punya keluarga baru. Yang siap menerima segala kekurangan dan kelebihanmu
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
Good pak polisi, Jangan termakan omongan Malika. Nyatanya dia sudah bermain api dengan Rendy
Vay
🥰🥰😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!