Serra gadis 24 tahun harus menerima takdirnya menikah dengan seorang pria yang bernama Damar. Tetapi tidak pernah di anggap sebagai istri. Tinggal bersama mertua dan juga adik ipar yang ternyata selama pernikahan Serra hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelayan di rumah itu.
Hatinya semakin hancur mengetahui perselingkuhan suaminya dengan sepupu sang suami yang juga tinggal di rumah yang sama dengannya. Segala usaha telah dia lakukan agar keluarga suaminya bisa berpihak kepadanya. Tetapi di saat membongkar hubungan itu dan justru dia yang disalahkan.
Serra merasa sudah cukup dengan semua penderitaan yang dia dapatkan selama pernikahan, Akhirnya memutuskan untuk membalas secara impas semuanya dengan menggunakan Askara paman dari suaminya yang bersedia membantunya memberi pelajaran kepada orang-orang yang hanya memanfaatkannya.
Jangan lupa untuk terus baca dari bab 1 sampai akhir agar mengetahui ceritanya.
follow ainuncefeniss.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17 Menjadi Penolong.
Serra yang ingin kondisi ibunya baik-baik saja yang yang akhirnya dengan buru-buru Serra menghampiri kasir.
"Suster saya ingin menandatangani operasi Mama saya," ucap Serra yang terlihat tergesa-gesa.
"Atas nama siapa, Mbak dan kamar nomor berapa?" tanya Suster itu.
"Ibu Widya dengan kamar 96," jawab Serra.
"Baiklah sebentar saya cek dulu," Suster tersebut melihat komputernya.
"Baiklah. Mbak silahkan tanda tangan di sini dan juga silahkan bayar semua administrasinya," ucap Suster tersebut yang membuat Serra langsung melihat pembayarannya.
"80 juta," ucapnya yang cukup kaget melihat nominal yang tertera di sana.
"Benar sekali, mbak langsung melakukan pembayaran agar operasi segera dilaksanakan," jawab Suster.
"Maaf Suster, saya belum bisa membayar saat ini. Saya belum memegang uang. Saya akan kembali lagi ke rumah sakit dengan membawa uangnya. Tetapi saya mohon tolong langsung operasi Mama saya agar beliau bisa cepat sadar," ucap Serra.
"Maaf Mbak, sesuai dengan prosedur di rumah sakit ini. Jika pasien ingin dioperasi maka harus segera melakukan pembayaran baru akan operasi bisa dilaksanakan," ucap Suster.
"Tapi Suster Saya tidak memiliki uang untuk saat ini. Tetapi Dokter mengatakan Mama saya harus secepatnya dioperasi. Saya mohon tolong jangan tunda-tunda hal ini," ucap Serra.
"Kami tidak menunda dan justru yang membuat lama proses ini adalah Mbak sendiri. Sesuai dengan prosedur yang ada maka operasi bisa dilaksanakan jika semua pembayarannya sudah dibereskan," tegas Suster tersebut.
"Baiklah sebentar saya akan hubungi keluarga saya," ucap Serra yang bagaimanapun semua tidak bisa sesuai dengan kehendaknya. Serra yang langsung menghubungi Niken.
"Ada apa? Kamu itu kenapa suka sekali mengganggu istirahat saya hah!" ucap Niken yang terlihat begitu kesal dari panggilan telepon itu.
"Ma tolong Serra. Serra butuh uang 80 juta, tolong Mama segera transfer ke rekening Serra," ucap Serra yang sejak tadi berbicara sangat buruk-buru sekali dengan suaranya bergetar.
"Apa. 80 juta!" pekik Niken dengan wajah kagetnya.
"Heh Serra kamu pikir uang segitu daun hah! Lagi pula kamu seenaknya meminta uang kepada saya. Kamu pikir saya bank berjalan, tadi kamu memaksa saya untuk memberikan uang kepada keluarga kamu dan sekarang kamu meminta lagi dengan jumlah yang tidak masuk akal. Saya tidak ada uang!" tegas Niken.
"Saya harus berapa kali kau mengatakan kepada kamu suruh keluarga kamu kerja agar tidak minta-minta terus kepada saya!" umpat Niken yang semakin emosi mendengar permintaan menantunya itu yang di luar nalar.
"Ma tapi ini sangat penting. Jika uang itu tidak ada maka...."
Tut-tut-tut-tut-tut.
Belum sempat Serra memberikan alasan kepada ibu mertua akhirnya telepon itu terputus di matikan secara sepihak.
"Ma!"
"Ma!"
Serra yang terlihat semakin panik yang sekarang dia sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya agar mendapatkan uang.
"Ya Allah bagaimana ini?" ucapnya dengan cemas menyibak rambutnya kebelakang.
"Suster maafkan saya, saya belum bisa mendapatkan uang itu sekarang. Saya akan pergi mencari uang itu, tapi saya mohon langsung tangani Mama saya!" Serra kembali meminta yang berusaha mendapatkan belas kasihan.
"Seperti apa yang saya katakan sebelumnya. Pasien akan ditangani dan operasi akan dilaksanakan jika seluruh pembayarannya sudah dibayarkan," jawab Suster yang sejak tadi tidak mengubah prosedurnya.
"Tapi kondisi Mama saya bisa semakin parah, saya tidak bisa mendapatkan uang itu sekarang, saya mohon Suster tolong saya!" pinta Serra dengan air matanya yang sudah jatuh.
Dari wajah Suster terlihat simpatik, tetapi dia juga hanya bekerja dan mengikuti apa bagaimana prosedur yang ada di rumah sakit yang pasti semua bukan sesuai dengan keinginannya.
"Lakukan operasinya saya akan membayarnya....!" Serra menoleh ke arah suara berat itu dan betapa terkejutnya Serra saat mendengar pria yang memberi pernyataan itu yang tak lain adalah Askara
"Tuan...." ucapnya lirihnya.
Askara tidak banyak berbicara yang langsung mengeluarkan kartu ATM yang kemudian melakukan transaksi pembayaran. Suster itu juga memberikan arahan kepada askara untuk mendatangani beberapa berkas sebagai orang yang bertanggung jawab atas operasi pasien.
Sementara Serra kita tetap berdiam di tempatnya yang mungkin tidak menyangka di saat dia membutuhkan pertolongan ada seseorang datang yang menolongnya di saat yang tepat.
"Masih ada lagi yang harus ditandatangani?" tanya Askara.
"Sudah cukup tuan," jawab Suster tersebut.
"Kalau begitu segera lakukan operasinya dan berikan fasilitas yang terbaik untuk pasien!" tegas Askara memberikan perintah.
"Baik tuan! Kami akan segera melakukannya," jawab Suster itu.
Askara menganggukkan kepala yang menyerahkan semua kepada pihak rumah sakit. Askara menghadap ke arah Serra.
"Tuan terima kasih sudah membantu saya, saya pasti akan mengganti uang tuan, saya akan meminta kepada Mama," ucap Serra yang sadar diri yang pasti uang yang diberikan Askara begitu banyak dan tidak asal diberikan saja tanpa diganti.
"Bukankah kamu sudah menghubungi ibu mertua kamu bak seorang dewa itu dan apa dia memberikannya?" tanya Askara yang mampu membuat Serra terdiam.
"Saya akan membicarakan masalah ini dengan serius terhadap Mama dan Papa dan juga Mas Damar. Saya pasti akan mengembalikan uang tuan," ucap Serra.
"Benarkah mereka akan memberikan kamu uang?" tanya Damar yang membuat Serra kembali terdiam yang juga tidak yakin dengan hal itu.
"Dari pada kamu memikirkan bagaimana cara mengembalikan uang saya dan lebih baik kamu merubah diri kamu untuk tidak terlalu patuh pada mereka yang tidak memberikan apapun kepadamu!" tegas Askara yang sepertinya memberikan pencerahan kepada Serra agar dirinya secepatnya sadar.
"Kak Serra!" di tengah pembicaraan dua orang itu tiba-tiba saja Roni akhirnya menyesal ke rumah sakit.
"Roni kamu dari mana saja? Kenapa kamu tidak ada di rumah di saat ibu sedang mengalami insiden seperti ini hah!" ucap Serra yang pasti marah akan sifat adiknya.
"Maaf. Kak, tadi Roni belum mendapat izin untuk pulang bekerja," jawabnya membuat Serra mengerutkan dahi.
"Kamu bilang apa! Kamu belum mendapatkan izin pulang bekerja. Apa kamu bekerja?" tanya Serra yang cukup kaget dengan pernyataan sang adik.
Roni sepertinya keceplosan yang membuat matanya terpejam.
"Roni jawab Kakak!" tegas Serra yang memegang kedua bahu adiknya itu.
"Iya kak. Roni memang harus bekerja setelah pulang sekolah untuk makan di rumah. Kita tidak pernah mendapatkan uang lagi dari Kakak," jawab Roni yang membuat Serra semakin frustasi yang tidak percaya jika ibu dan adiknya juga menderita karena tidak adanya pemasukan yang diberikan keluarga dari suaminya.
Semua pembicaraan ekonomi keluarga itu harus didengarkan Askara.
"Mereka benar-benar keterlaluan, mereka yang mengatakan semuanya akan mereka kendalikan dan seharusnya memberikan hakku. Tetapi mereka membuat keluargaku menderita seperti ini," batin Serra dengan memejamkan mata yang terlihat begitu kecewa dengan keluarga suaminya.
"Maafkan Roni Kak. Roni hanya berusaha mengeluarkan tenaga untuk membantu perekonomian keluarga," ucap Roni.
"Kakak yang salah yang seharusnya tidak mengabaikan kalian dan terus memantau dan kakak tidak menyangka jika semua ini kalian alami," ucap Serra.
"Ya sudah kamu sekarang temui Rara," ucap Serra yang membuat Roni menganggukkan kepala.
Serra melihat ke arah Askara yang sejak tadi menjadi pendengar setia antara pembicaraan adik dan kakak itu.
Serra yang tidak mengatakan apa-apa kepada pria itu dan langsung berlalu dari hadapan Askara.
Bersambung....