"Meski kau adalah satu-satunya lelaki di dunia ini, aku tetap tidak akan mau denganmu!" Britney menolak tegas cowok yang menyatakan cinta padanya.
Tapi bagaimana kalau di hari Britney mengatakan itu, terjadi invasi virus zombie? Seketika satu per satu manusia berubah menjadi zombie. Keadaan Zayden High School jadi kacau balau. Pertumpahan darah terjadi dimana-mana.
Untungnya Britney mampu bertahan hidup dengan bersembunyi. Setelah keadaan aman, dia mulai mencari teman. Dari semua orang, satu-satunya orang yang berhasil ditemukan Britney hanyalah Clay. Lelaki yang sudah dirinya tolak cintanya.
Bagaimana perjalanan survival Britney dan Clay di hari kiamat? Apakah ada orang lain yang masih hidup selain mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter ³⁰ - gone
Malam turun seperti selimut berat yang menekan setiap dinding mansion. Angin menerobos celah jendela, menggoyangkan tirai lusuh hingga membuat suara gesekan seperti bisikan.
Clay dan Britney akhirnya tertidur di sofa panjang setelah hari yang penuh emosi. Clay memeluk Britney dari belakang, tangannya berada di atas perutnya tanpa sadar, seolah nalurinya tahu ia sedang melindungi sesuatu yang sangat rapuh.
Di kamar yang lain, Jennifer duduk membungkuk, punggungnya menempel pada dinding dingin. Rantai pada kakinya longgar, bukan karena Clay melemah dalam mengikat, tapi karena tubuh Jennifer kini lebih kuat daripada sebelumnya. Ia tampak berbeda malam itu. Kulitnya lebih pucat dari beberapa jam lalu, seolah cahaya bulan menyerap ke tubuhnya. Matanya terbuka lebar, hitam pekat dengan kilatan aneh.
“Oh… tidak… bukan lagi…”
Ia memegangi kepalanya.
Sebuah suara berbisik tepat di dalam rongga pikirannya, suara yang dingin, ribuan gema dalam satu nada, menyusup seperti kabut beracun.
“Datang… pulang… kembali ke kami…”
Jennifer menggertakkan gigi, menarik napas cepat.
“Tidak… aku tidak mau… aku bukan bagian kalian…”
Namun suara itu semakin keras, lebih jelas.
“Kau adalah milik kami. Kau telah berubah… dan perubahanmu belum selesai. Datang… ke tempat asalmu…”
Suhu udara di ruangan seperti turun drastis. Jennifer merinding. Ia menutup telinganya, tapi suara itu bukan suara fisik, itu berasal dari dalam.
Tiba-tiba, sebuah gambar muncul di kepalanya, kilasan seperti mimpi buruk, bangunan tua seperti laboratorium, lampu-lampu pecah, meja-meja logam berlumur darah. Lalu sebuah pintu baja besar, berkarat, dengan simbol aneh di tengahnya.
Jennifer tersentak, napasnya memburu. Gambar itu hilang, tetapi sensasinya menempel seperti bekas luka.
“Aku… harus pergi…”
Ia berdiri perlahan. Rantai di kakinya meluncur jatuh ke lantai, tidak patah, namun terlepas seperti logam yang kehilangan kekuatan. Jennifer memandangnya dengan ketakutan.
“Apa yang terjadi padaku…?”
Jennifer melangkah menuju pintu, membuka kunci dengan mudah. Ia tidak tahu apakah kekuatan baru ini harus dipuji atau ditakuti. Dengan langkah sunyi, ia menuruni tangga, menyelinap melewati Clay dan Britney yang tertidur. Jennifer berhenti sejenak, menatap mereka dengan mata yang berkunang-kunang.
“Aku… aku tidak akan menyakiti kalian… aku hanya… harus mengetahui ini.”
Dan tanpa suara lain, Jennifer keluar ke malam yang pekat. Kabut menelan tubuhnya. Bayangannya memudar. Dalam hitungan detik, ia menghilang seperti tidak pernah ada di sana.
...***...
Fajar pertama menembus jendela dengan warna kelabu. Clay adalah orang pertama yang terbangun. Ia bangkit perlahan, mengusap wajahnya, lalu melihat ke kamar tempat Jennifer dikurung.
“Brit? Aku periksa Jennifer dulu.”
Britney mengangguk sambil meregangkan badan, wajahnya masih terlihat lelah.
Clay berjalan menuju kamar itu, dan begitu membuka pintu, darahnya seperti berhenti mengalir. Rantai tergeletak di lantai. Pintu jendela terbuka lebar. Jennifer hilang.
“Britney!” Clay memanggil dengan suara yang sangat tegang.
Britney buru-buru datang. Saat melihat ruangan itu, wajahnya langsung memucat.
“Clay… dia kabur?”
“Sepertinya bukan kabur,” gumam Clay, memungut rantai yang kini terasa dingin. “Rantai ini… tidak rusak. Seperti dia melepaskannya dengan mudah.”
“Bagaimana mungkin? Kemarin dia bahkan kesulitan menggerakkan lengan, Clay.”
Clay menggeleng, rahangnya mengeras. “Dia berkembang lagi. Lebih cepat daripada dugaan kita.”
Britney menggigit bibir. “Ini buruk, Clay. Jika dia kembali… dalam keadaan berbeda…”
“Kita harus temukan dia!"
Clay meraih pedang anggarnya. Britney mengambil tas kecil yang berisi air dan dua senter.
Saat mereka membuka pintu depan mansion, kabut masih tebal, menyelimuti semua seperti dunia tanpa bentuk.
Britney memeluk lengannya sendiri. “Dia meninggalkan jejak?”
Clay memeriksa tanah. Beberapa rumput terinjak. Ada bekas tapak kecil sampai batas kabut. Namun setelah jarak sepuluh meter, jejak itu hilang.
“Tidak mungkin…” Clay menggumam. “Dia bergerak cepat.”
“Kemana dia pergi?”
Clay menatap jauh, mencoba menembus kabut yang seperti lautan abu.
“Britney… apa dia bilang sesuatu sebelum aku pergi tadi malam?”
Britney perlahan mengangguk. “Dia bilang… dia bisa mendengar lebih kuat sekarang. Bahkan hal-hal yang bukan suara fisik.”
Clay merasakan punggungnya meremang. “Suara-suara itu bisa saja memanggilnya. Mengarahkannya.”
“Siapa yang bisa memanggilnya, Clay?”
Clay menatap Britney, tatapannya gelap dan penuh firasat buruk.
“Entah itu kelompok zombie tertentu… atau sesuatu yang menciptakan mutasi seperti dia.”
Mereka berjalan menyusuri jalan yang remuk, memeriksa setiap sudut, tapi suasana terlalu sunyi. Tidak ada sisa jejak. Tidak ada darah. Tidak ada tanda perlawanan. Seolah Jennifer dihapus dari dunia.
Britney menggenggam tangan Clay. “Aku takut.”
“Aku juga,” ujar Clay jujur. “Tapi kita harus tetap mencari.”
Mereka melewati deretan toko tua, pintu-pintu yang roboh, kaca pecah berserakan seperti kristal kusam. Sampai akhirnya Britney berhenti tiba-tiba.
“Clay… lihat itu.”
Pada dinding sebuah bangunan, tertulis sesuatu dengan tulisan tangan yang gemetaran, menggunakan sesuatu yang tampak seperti arang.
‘Jangan cari aku.’
Clay memicingkan mata. “Ini tulisan Jennifer…”
Britney menelan ludah. “Ini… berarti dia sadar saat menulis ini.”
Clay mengusap tulisan itu. “Dia ingin kita tetap aman.”
Namun di bawah tulisan itu, terlihat goresan lain, jauh lebih kasar, lebih dalam, seperti seseorang melukisnya dengan kuku.
‘Tapi mereka memanggilku.’
Britney mundur dua langkah, suara gemetar. “Clay… apa maksudnya ‘mereka’? Zombie? Atau… sesuatu lainnya?”
Clay tidak menjawab. Tatapannya terpaku pada goresan itu. Goresan yang terlalu dalam untuk dibuat jari manusia biasa.
“Kita kembali ke mansion dulu,” katanya akhirnya, nada tegas. “Jika dia kembali, kita harus ada di sana. Dan kita harus pikirkan rencana… sebelum kita menghadapi sesuatu yang kita belum mengerti.”
Britney mengangguk. Dia dan Clay kembali ke mansion.
SELAMAT DATANG peradaban baru.
Itulah kalimat yang layak diucapkan saat ini.
Manusia ditakdirkan menjadi khalifah, pembawa perubahan dan pembentuk peradaban di muka bumi.
Mengubahnya dan memicu lahirnya peradaban baru bagi umat manusia.
Virus zombie yang mewabah di hampir semua daerah ini telah mengubah hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat bahkan sangat tidak siap dengan kehadiran wabah yang mematikan ini.
Manusia hadir untuk bertindak melakukan perubahan dan membangun peradaban yang diamanatkan oleh Allah SWT.
Dimana semua orang bisa hidup damai, membuat sebuah daerah mampu bangkit dan berkontribusi dalam peta peradaban...🤩🥰