"Kalian siapa? Kenapa perut kalian kecil sekali? Apa kalian tidak makan?" tanya seorang perempuan dengan tatapan bingungnya, dia adalah Margaretha Arisya.
"Matanan tami dimatan cama cacing," ucap seorang bocah laki-laki dengan tatapan polosnya.
"Memang tami ndak dikacih matan cama ibu," ceplos seorang bocah laki-laki satunya yang berwajah sama, namun tatapannya sangat tajam dan ucapannya sangat pedas.
"Astaga..."
Seorang perempuan yang baru bangun dari tidurnya itu kebingungan. Ia yang semalam menyelamatkan seorang wanita paruh baya dari pencopet dan berakhir pingsan atau mungkin meninggal dunia.
Ternyata ia baru sadar jika masuk ke dalam tubuh seorang perempuan dengan status janda bernama Naura Arisya Maure. Setelah menerima keadaan, ia berupaya mengubah semuanya. Namun kedatangan orang-orang di masa lalu pemilik tubuh ini membuat semuanya semakin rumit.
Bagaimakah Arisya bertahan pada tubuh seorang janda dengan dua orang anak? Apakah Arisya bisa kembali ke tubuh aslinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harta Karun
"Theo, Gheo... Kalian di sini saja ya. Ibu mau ambil sesuatu di rumah lama," Arisya berpamitan pada Theo dan Gheo untuk pergi ke rumah lama pemilik tubuh aslinya.
Sudah lama ia merencanakan untuk pergi ke rumah itu, namun selalu saja banyak halangan. Dimulai dari harus bertemu Pak Michael dan menolong Papa Tama. Seakan waktu belum mengijinkan dia untuk membongkar rahasia di rumah lama milik Arisya itu.
Hari ini Arisya dan kedua anaknya kembali ke tempat tinggal mereka yang lama. Arisya langsung menuju ke toko sembako untuk menitipkan kedua anaknya pada Mega dan Yufi. Ia akan pergi sendiri ke rumah lama Arisya.
"Ibu yakin mau sendilian ke sana? Ndak Theo temani caja? Ciapa tahu Ibu butuh bantuan di cana?" Theo menawarkan diri untuk menemani Arisya. Ia khawatir dengan Ibunya yang mungkin saja bisa bertemu dengan Seno dan Ibu Anjani.
"Yakin. Ibu mah bisa menghadapi siapapun atau apapun yang datang menghadang. Theo tenang saja ya, Ibu pasti pulang dalam keadaan baik-baik saja." Arisya terlihat bersemangat membuat Theo akhirnya menganggukkan kepalanya.
"Kalau beltemu Bapak dan nenek lampil, tendang caja itu mulutna bial meleka ndak ngomong cembalangan." perintah Gheo yang sedari tadi diam.
"Gheo, ndak boleh begitu ya. Mereka tetap ayah dan nenek kamu."
"Tapi kalau mereka keterlaluan, laporkan polisi saja. Biar dipenjara, nggak usah dibalas pakai kekerasan." Arisya memberi pesan pada Theo dan Gheo agar tak melakukan kekerasan. Jika hanya omongan, bisa dibalas balik dengan ucapan pedas juga. Ingat, itu hanya berlaku untuk kedua anaknya. Berbeda dengan dia.
"Ibu ndak asyik," Gheo melengoskan wajahnya kemudian duduk di samping Mega yang tengah memeriksa barang jualan.
Mega dan Yufi memilih diam daripada ikut berdebat dengan Arisya juga kedua anaknya. Keduanya sibuk dengan berbagai barang dagangan yang akan dipajang. Arisya yang melihat itu hanya tersenyum.
"Mega, Yufi... Mbak titip mereka sebentar ya," pesan Arisya pada kedua karyawannya.
"Siap, Mbak."
***
"Besar juga ini rumah," gumam Arisya saat melihat rumah lama milik tubuh aslinya.
Bangunan rumah lantai 2 dengan cat putih dan halaman luas. Hanya saja halaman kotor karena daun kering berserakan dan rumput mulai tinggi. Arisya masuk ke dalam halaman rumah itu dengan perlahan. Ia harus waspada karena siapa tahu ada jebakan yang terpasang.
"Sandal siapa ini?" Arisya melihat ada dua pasang sandal di depan pintu utama rumahnya. Sandal laki-laki jika dilihat dari model dan ukurannya.
"Masih bagus dan terlihat baru," gumamnya setelah memeriksa sandal itu.
"Berarti ada orang di dalam. Aku harus hati-hati. Siapa tahu itu Seno dan orang suruhannya yang lagi cari sesuatu di rumah ini,"
Arisya akhirnya memilih berjalan mengendap-endap menuju pintu belakang. Berkat ingatan pemilik tubuhnya, Arisya bisa mengetahui seluk beluk rumah ini. Terlihat ada dua bayangan orang dari jendela, membuat Arisya semakin berhati-hati. Bahkan Arisya bisa mendengar pembicaraan mereka.
"Sudah tidak ada barang berharga di sini? Yang bisa kita jual untuk membayar hutangnya si Seno itu,"
"Tidak ada, Bos. Rumah ini juga tidak bisa kita jual begitu saja. Suratnya masih dibawa Seno dan atas nama mantan istrinya,"
"Sialan... Gue butuh duit buat modal lagi. Ini malah Seno nggak bisa dihubungi dan hilang begitu saja,"
"Astaga... Ternyata dua orang di dalam itu penagih hutangnya Seno. Oh... Rumah ini mau dijual untuk bayar hutang. Dasar laki-laki nggak waras," gumam Arisya yang tahu tujuan Seno menjual rumah ini agar bisa melunasi hutangnya.
"Aku takkan pernah membiarkan rumah ini jatuh di tangan kalian," lanjutnya penuh tekad.
"Cari Seno dimanapun dia berada. Tekan dia biar segera mencari mantan istrinya. Buat apa kita rumah sebesar ini? Listrik saja tagihannya mahal dan tidak bisa dijual. Tidak berguna sama sekali, yang kita perlukan hanya uangnya."
"Baik, Bos."
Suara langkah kaki terlihat menjauh dan pintu utama pun terbuka. Sepertinya dua orang laki-laki itu pergi dari rumah ini. Bahkan mereka langsung menguncinya kembali.
"Ternyata mereka punya kunci cadangan rumah ini," gumam Arisya sambil menghela nafasnya kasar.
Ceklek...
Woah...
"Tidak dikunci," Arisya mencoba membuka pintu belakang dan ternyata tidak dikunci sama sekali.
Arisya masuk dan menyusuri rumah mewah ini. Sudah kosong, tidak ada perabotan atau barang elektronik sama sekali. Hal itu membuat Arisya mendengus sebal.
"Ini mah udah pada dijualin semua," gerutu Arisya saat tak melihat ada kulkas, kompor, alat dapur, kursi, dan TV disana. Benar-benar rumah kosong.
"Barang apa yang bisa aku ambil dan dijual? Ish... Cari uang tambahan modal, ternyata sesulit ini. Apa aku kerja aja?" Arisya terdiam sambil mengetuk dagunya berulangkali untuk berpikir.
"Kamar..." Seketika raut wajah Arisya tampak berbinar cerah. Saat kemarin pingsan, ia mendapatkan ingatan baru dari Arisya asli. Kamar yang penuh rahasia dan dia diminta untuk memeriksanya.
"Sakit kepala sampai pingsan, nggak masalah. Setidaknya aku nggak kaya orang dongo di sini," gumamnya yang kemudian berjalan ke lantai 2 untuk menuju kamarnya.
Ceklek...
"Kosong," Arisya berdecak kesal karena melihat kamar itu sudah seperti ruangan kosong. Tak ada lemari dan ranjang sama sekali.
"Semuanya dijual? Emang dasar tuh orang-orang serakah," gerutunya.
Arisya terdiam sambil melihat ke arah ruangan kosong yang dulunya adalah kamar. Rasanya ia sangat lelah dan lesu melihat tak ada tanda-tanda barang yang bisa dimanfaatkan. Memulai semuanya dari awal, membuat Arisya sudah lelah duluan tanpa bisa berpikir.
"Itu apa?" Seketika tatapan mata Arisya terpaku pada sebuah tombol kecil di pojok bawah sudut kamar. Jika tak diperhatikan dengan seksama, takkan terlihat. Sudah seperti benjolan kerikil atau semen dari tembok.
Klik..
Srettt...
Woah...
"Brankas," seru Arisya setelah menekan tombol itu dan seketika terlihat sebuah brankas yang muncul pada tembok.
"Ini passwordnya apa? Emm... Tanggal lahir, mungkin. Tapi kan tanggal lahir Arisya asli, aku nggak tahu," gumamnya namun tetap mencobanya.
Tit... Tit... Tit...
Benar...
"Syukurlah," Arisya tampak lega saat berhasil membuka brankas itu dengan tanggal lahirnya. Padahal ia sendiri tidak tahu tanggal lahir dari pemilik tubuh ini. Sangat aneh, namun Arisya menepis hal itu.
Emas batangan,
Duit cash dolar,
Perhiasan,
Sertifikat,
Arisya memeriksa semua barang yang ada di brankas itu. Setelah melihatnya, ia sangat terkejut. Sertifikat rumah lama dan baru, ruko, kebun, juga sawah ada di sana. Seketika ia langsung berpikir bahwa sertifikat rumah yang dipegang oleh Seno saat ini kemungkinan adalah palsu.
"Aku harus bertemu Pak Michael untuk membahas ini. Aku ingin tahu, ini sertifikat asli atau palsu." gumam Arisya yang kini seakan punya kekuatan lebih setelah menemukan harta karun.
Jadi janda kaya dong aku,
Nggak perlu kerja, udah punya banyak aset.
Tinggal kembangin aja, terus leha-leha tapi duit ngalir terus.
Kaya si Ricko perjaka tua itu. Duduk santai, tapi duit ngalir.
Eh...
Kok jadi ingat si perjaka tua nyebelin itu,
KOK ISO²NE DADI MANG OJEK TO KOOOOOOOOO RICKOOOO
lucu banget theo dan gheo
lanjut thor please
ke SKAK sama anak kecil iniJUDULNYA👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏