Seorang mafia kejam yang ingin memiliki keturunan. Namun sang istri hanya memiliki sedikit kemungkinan agar dia dapat mengandung. Begitu tipis kesabaran yang di miliki oleh pria tersebut pada akhirnya dia mengambil jalan tengah untuk memiliki keturunan dari wanita lain. Apakah nantinya sang Istri dapat menerima dengan senang hati merawat anak dari wanita lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritasaya22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RENCANA LICIK NARAYA
Kenyataan tersebut, membuat Naraya melempar alat tes kehamilan itu dengan kasar, ke lantai granit kamar mandi.
Berjalan mondar-mandir , Naraya benar-benar panik. Ia tidak dapat menyampaikan tentang kehamilannya. Sebab, sudah lama ia tidak berhubungan dengan suaminya itu. Setelah berhubungan dengan Ferry, Naraya sama sekali tidak berniat memohon kehangatan dari suami bajingan nya itu.
Namun, seakan takdir mempermainkannya. Vonis dokter adalah ia akan sulit hamil. Sulit, bukan tidak bisa. Sialnya, ia tidak dapat hamil dengan suaminya dan hamil dengan selingkuhannya.
Naraya mendudukkan bokongnya di atas closet yang tertutup. Ia menggigit jari, karena panik dan takut. Ia tidak berencana perselingkuhannya ketahuan.
Naraya tidak ingin hal itu terjadi. Seandainya, anak ini adalah milik Darren Arshaq Ryzadrd, maka semuanya akan sempurna. Andai saja.
Pikiran itu, membuat sebuah ide muncul di benak Naraya. la langsung berdiri dan tersenyum lebar. Ia dapat membuat anak ini menjadi anak suaminya bukan? Ia hanya perlu bercinta satu kali dengan suaminya dan kemudian menyatakan bahwa anak yang dikandungnya adalah milik suaminya .
Sempurna, ini adalah ide yang sempurna. Namun, agar itu dapat terjadi maka butuh sebuah rencana matang. Sebab, saat ini Darren sama sekali tidak lagi tertarik untuk bercinta dengannya. Semua gara-gara gadis sewaan itu.
"Dasar gadis jalang."batinnya tersenyum sinis .
Naraya mulai bersemangat dan kekhawatiran yang dirasakan tadi langsung menguap. Ini adalah jawaban atas kelangsungan pernikahannya dengan Darren Arshaq Ryzadrd.
Buru-buru, ia menyimpan alat tes kehamilan di salah satu laci yang ada di dalam kamar mandi. Kemudian, ia segera keluar dari ruangan itu dan mengambil ponsel.
la melakukan panggilan kepada salah satu kenalannya dan setelah itu kepada Ferry . Naraya segera berganti pakaian.
Ferry sudah bersiap di halaman depan dan akan mengantar dirinya, untuk melakukan suatu transaksi. Semua harus dilakukan secara langsung dan diam-diam, agar tidak meninggalkan jejak.
Naraya masuk ke dalam mobil, duduk di kursi penumpang bagian belakang. Ia tidak lagi memperhatikan Ferry , yang duduk di balik kemudi dan menatapnya dari pantulan kaca spion.
"Tunggu apalagi? Ayo, segera jalankan mobil ini!" seru Naraya sangat kesal, saat menyadari bahwa mobil sedari tadi tidak dijalankan.
"Baik Nyonya," jawab Ferry dengan kaku. la bodoh, karena begitu tergila-gila dengan kehangatan sang Nyonya. Tadi, hasratnya langsung membuncah saat mendapat panggilan dari sang Nyonya.
la mengira, mereka akan bercinta kembali. Sudah hampir satu minggu, ia tidak memuaskan wanita cantik itu. Yang ia tahu, bahwa beberapa hari belakang sang Nyonya kurang sehat.
"Apakah kita akan ke rumah sakit?" tanya Ferry saat melajukan mobil keluar dari pekarangan kediaman Ryzadrd.
"Untuk apa ke rumah sakit? Antar aku ke festival bazar yang diadakan di pusat kota!" tandas Naraya , jelas tidak senang.
Ia tidak bodoh dan tidak berencana mengakui, bahwa sedang mengandung anak pria itu. Jika itu dilakukan maka selamanya ia akan terikat dan memelihara pria tidak berguna itu, agar kenyataan ini tidak terbongkar di kemudian hari.
Tidak! la tidak bodoh. Setelah rencananya terlaksana, maka pernikahannya akan baik-baik saja dan ia akan memecat pengawal itu. Itulah, rencana Naraya .
Selama perjalanan, Ferry terus mencuri pandang ke arah sang Nyonya yang terlihat sibuk dengan ponselnya. la ingin meminta sang Nyonya agar pergi ke rumah sakit terlebih dahulu, daripada pergi ke tempat ramai seperti festival bazar tahunan.
Namun, keinginan itu dipendam dalam hati. Ferry sadar diri, akan statusnya saat ini. Ia hanya seorang pengawal yang merangkap sebagai pemuas nafsu sang Nyonya.
Hanya itu, yang artinya ia tidak memiliki hak untuk mengutarakan pendapat. Lima belas menit kemudian, mobil yang ditumpangi Naraya berhenti di area parkir tempat di mana festival bazar tahunan diselenggarakan.
"Tunggu aku! Aku hanya sebentar," ujar Naraya sambil mengenakan kacamata hitam sebelum turun dari mobil.
"Baik Nyonya." Naraya berjalan, membelah lautan manusia yang begitu antusias terlibat dalam bazar tersebut.
la sengaja memilih tempat ini untuk melakukan transaksi. Ia menghentikan langkah dan mengedarkan pandang, mencari kursi merah yang ada di depan air mancur, yang merupakan tempat di mana transaksi akan dilaksanakan.
Tidak sulit menemukannya dan ia langsung berjalan cepat, ke arah itu. Naraya duduk dan segera seseorang datang, lalu duduk di sampingnya.
"Ini titipan dari Bos," ujar seorang pria yang mengenakan pakaian kasual, sambil menyerahkan sebuah bungkusan kecil secara sembunyi-sembunyi.
Naraya menerima bungkusan itu dan menyerahkan amplop berisi uang tunai, yang telah ia siapkan dari kediaman.
Setelah itu, Naraya berdiri dari duduknya dan kembali berjalan membelah keramaian, menuju tempat parkir. Tidak sampai sepuluh menit, Naraya sudah kembali duduk di dalam mobil.
"Kembali ke kediaman!" perintah Naraya .
"Baik Nyonya."
Mobil pun kembali melaju, membelah keramaian lalu lintas kota. Di dalam perjalanan, Naraya mengeluarkan bungkusan kecil tadi dan membukanya.
Senyum lebar terpatri di wajah cantiknya, saat menatap botol kaca kecil yang berisi obat perangsang. Ia hanya perlu membuat Darren bercinta dengannya satu kali.
"Ferry" panggil Naraya dengan suara lembut.
Panggilan mesra itu, segera membuat Ferry melambatkan laju mobil. Panggilan seperti itu bahkan mampu menyalakan hasrat nya.
"Jangan hentikan mobil! Aku buru-buru ingin kembali ke kediaman," lanjut Naraya yang paham bahwa pria itu mengira, panggilannya tadi untuk mengajak bercinta.
"Ehem, baik Nyonya," jawab Ferry , sambil berusaha menekan hasratnya.
"Apakah kamu mencintaiku? Hmm, bukan! Maksudku, apakah kamu menyukai diriku atau uang yang aku miliki?" tanya Naraya .
Tatapan mereka bertemu di kaca spion mobil ini.
"Nyonya, Nyonya adalah wanita paling memukau, yang pernah aku temui. Hatiku dan tubuhku, sudah dikuasai oleh Nyonya. Aku bahkan, tidak lagi mampu menatap wanita lain. Jadi, dapat aku simpulkan bahwa perasaanku lebih dari kata suka. Aku mencintai Nyonya dengan seluruh jiwa dan ragaku," ujar Ferry , apa adanya.
Nyonya nya itu adalah wanita terhebat yang pernah ia temui dan membuatnya tergila-gila. Tergila-gila akan yang namanya bercinta , serta uang yang terus diberikan padanya.
Di mana lagi ia dapat menemukan seorang dewi seperti itu?.
"Jika begitu, apakah kamu bersedia melakukan apa saja untukku?" tanya Naraya lirih.
Ferry menelan salvina Pembahasan mereka cukup dalam dan menggetarkan jiwa.
"Tentu, Nyonya. Aku akan melakukan apa saja yang Nyonya perintahkan. Aku juga akan menyerahkan nyawaku, jika itu yang Nyonya inginkan," tandas Ferry sedikit dilebih-lebihkan.
"Nyawamu?" tanya Naraya . Pertanyaan itu, membuat wajah Ferry memucat. Apakah sang Nyonya ingin ia mati?
Tentu reaksi wajah Ferry yang memucat, tidak luput dari perhatian Naraya . Naraya tertawa sinis .
"Aku tidak butuh nyawamu. Yang aku inginkan hanyalah kesetiaan dan tekadmu, untuk melakukan apa yang aku perintahkan."
"T-Terima kasih Nyonya," jawab Naraya terbata-bata.
"Aku akan langsung ke inti permasalahan. Aku ingin kamu menyelinap ke kamar suamiku dan menuangkan cairan ini, ke dalam botol wine yang ada di meja bulat dekat jendela.
Tentu ini harus dilakukan diam-diam dan setelah itu, saat tengah malam aku ingin kamu menukar botol wine itu dengan yang baru agar tidak ada bukti yang tertinggal. Apakah kamu bisa? Hmmm, apakah kamu berani?" tanya Naraya ringan, sambil menunjukkan botol kaca yang ada dalam genggamannya.
Ferry kembali menelan salvinanya dengan sekuat tenaga. Namun, kali ini karena takut dan gugup. Ia tahu hubungan sang Nyonya dengan sang suami tidak akur. Apakah itu racun? Apakah sang Nyonya ingin merenggut nyawa suaminya itu? dengan raut wajah yang semakin pucat.
"Tenanglah! Ini bukan racun, lagipula aku tidak berencana menjanda di usia muda. Ini hanya sedikit obat untuk menghangatkan kehidupan pernikahan kami. Apakah kamu cemburu?" tanya Naraya.
Ferry segera menggelengkan kepala dan mulai merasa sedikit tenang. "Tidak, Nyonya. Aku sadar akan statusku dan hanya akan mematuhi keinginan Nyonya," jawab Ferry .
"Bagus! Jika begitu, maka tolong bantu aku," ujar Naraya , sambil memajukan tubuh dan mengecup cuping telinga Ferry dari arah belakang.
Sedikit rangsangan diberikan Naraya , agar pria kampungan ini lebih bersemangat dan patuh .
"Tidak boleh ketahuan. Sebab, jika itu terjadi maka aku akan berada dalam masalah, begitu juga dengan dirimu," bisik Naraya setelah menjilati cuping telinga pria itu.
Dengan gugup karena hasrat yang memuncak, Ferry hanya mampu menganggukkan kepala dan tidak dapat berkata-kata.
Tidak ada yang terjadi, selama perjalanan kembali ke kediaman Ryzadrd. Ferry hanya dapat menggigit jari karena hasratnya tidak terpenuhi dan hanya mendapat rayuan panas.
Tiba di kediaman Ryzadrd, Ferry pun membukakan pintu mobil untuk sang Nyonya. Naraya turun dan sebelum melangkah masuk ke dalam kediaman
"Aku mengandalkan dirimu." Ferry mengangguk dan menatap majikannya melenggang masuk ke dalam kediaman, tanpa menoleh ke arahnya satu kali pun.
Ferry menjalankan perintah Naraya . la diam-diam menyusup ke kamar sang Tuan dan menuangkan isi botol kecil ke dalam botol wine, yang ada di meja tepat samping jendela.
Semua isi botol, dituangkan tak bersisa. Lalu, tidak lupa ia memastikan untuk tidak meninggalkan jejak di dalam kamar sang Tuan. Setelah itu, ia pergi membeli minuman keras yang sama persis dengan milik Tuannya itu.