Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Malah Dekat.
Keduanya saling menatap satu sama lain, ini jarak terdekat di antara mereka dan bahkan berada di ranjang yang sama.
Pernikahan yang sudah begitu lama dan hal ini tidak pernah terjadi di antara keduanya.
"Jangan pikirkan apa yang terjadi. Kau harus tahu saat ini aku sedang masa pemilihan dan banyak orang-orang yang bersaing denganku ingin menjatuhkan ku dan mencoba mencari-cari tahu tentang pernikahanku. Mereka menjadikan semua itu senjata dan mungkin itu yang terjadi padamu," ucap Arvin.
Tidak bisa bohong jika dia menyangkutkan semua dengan para pesaingnya dan istrinya menjadi korban atas semua itu.
"Ini adalah tanggung jawabku dan aku yang akan menyelesaikannya. Ini tidak akan terjadi lagi," ucap Arvin dengan sangat meyakinkan.
Vanisa tidak mengatakan apa-apa, namun perkataan Arvin seolah semangat untuknya dan memberikan ketenangan kepadanya.
"Tidurlah!" titah Arvin yang membuat Vanisa perlahan memejamkan matanya.
Arvin merasa lega dan dia juga memejamkan matanya perlahan. Tetapi baru saja memejamkan mata dan Arvin kembali membuka matanya yang melihat Vanisa tertidur begitu sangat cantik.
Entah apa yang di dalam pikirannya, hanya menatap begitu lama dan sampai akhirnya matanya juga ikut terpejam.
Kamar itu menjadi saksi pasangan suami istri itu pertama kali tidur 1 ranjang, kamar itu terasa begitu adem dan sangat hening yang tidak terdengar suara apapun dan hanya dipenuhi dengan ketenangan.
****
Pinta terbuka.
Sarah dengan langkah buru-buru memasuki Apartemen Vanisa dengan wajahnya tampak kesal.
"Anak ini benar-benar hanya bisa membuat malu saja. Tidak pernah sama sekali mendengarkan ku dan mau berapa banyak lagi masalah yang akan dia lakukan!" umpat Sarah yang menuju kamar Vanisa.
Saat tangannya ingin membuka pintu kamar itu dan sudah terbuka terlebih dahulu dan ternyata yang membuka adalah Arvin. Hal itu mengejutkan Sarah.
"Kenapa Mama ada di sini?" tanya Arvin dengan dahi mengkerut.
"Hmmm, Mama.." Sarah tidak tahu mau berbicara apa dengan jarinya yang menggaruk kepalanya dan mencoba untuk mengintip ke dalam yang mana bisa melihat Vanisa yang masih tertidur lelap.
Mata Sarah juga melihat Arvin yang menggunakan kemeja tampak berantakan dengan bagian kancingnya di bagian atas sudah terbuka. Sarah tiba-tiba saja malah tersenyum yang membuat Arvin mengerutkan dahi.
"Mama kenapa?" tanya Arvin.
"Mama khawatir pada Vanisa, tadi malam Vanisa tidak terlihat di acara keluarga kamu dan Mama sangat mencemaskannya dan makanya ingin memastikan dengan langsung melihatnya," jawab Sarah yang sejak tadi hanya tersenyum saja.
"Vanisa sudah baik-baik saja, dia hanya mengalami insiden sedikit dan hanya luka saja. Dia masih lelah dan beristirahat, jadi biarkan dia istirahat," ucap Arvin yang membuat Sarah menganggukkan kepala.
Sarah memundurkan langkahnya ketika Arvin keluar dari kamar itu dan menutup pintu.
"What jangan-jangan hubungan mereka memang sudah membaik," batin Sarah.
Dia sebenarnya mengetahui bahwa Vanisa dan Arvin tidak tinggal satu kamar. Tetapi Sarah masih saja pernah berharap bahwa Vanisa hamil dan semua harapan itu dipatahkan Dokter saat dia masuk rumah sakit.
Mual-mual yang diderita Vanisa juga karena berhubungan dengan kondisi mentalnya dan alergi yang dialami. Sarah cukup malu di keluarga Arvin karena sudah berharap banyak tentang kehamilan Vanisa.
Arvin yang berjalan menuju dapur yang terlihat mengambil air putih dan meneguknya.
"Terima kasih Arvin kamu sudah menjaga Vanisa. Mama berharap hubungan kalian semakin baik," ucap Sarah.
Arvin tidak merespon yang masih tetap minum dan selesai minum dia langsung mencuci gelasnya.
"Lain kali sebaiknya masuk rumah ini memencet bel terlebih dahulu atau mengabari terlebih dahulu," ucap Arvin dengan sangat hati-hati memberi ingat kepada ibu mertuanya.
Mungkin Sarah sudah keterlaluan yang masuk sembarangan rumahnya, meski mengetahui sandi Apartemen mereka. Tetapi tetap saja Vanisa tidak tinggal sendiri dan ada dirinya yang juga harus memiliki privasi. Menurut Arvin itu sama sekali tidak sopan.
"Namanya juga seorang ibu yang mengkhawatirkan putrinya dan bukankah sangat wajar jika ingin memastikan langsung," Sarah tetap saja memberikan alasan yang tidak pernah ingin disalahkan.
"Aku dengan terpaksa harus mengganti passwordnya. Vanisa saat ini sangat tidak baik-baik saja dan ini untuk kenyamanannya," ucap Arvin.
"Kamu memiliki hak untuk melakukan semua itu," sahut Sarah.
"Ternyata kekesalanku hari ini dapat terbayarkan. Anak itu akhirnya ada kemajuan juga. Ini merupakan kabar baik yang pada akhirnya Vanisa akan dipublikasikan," batin Sarah.
Tadinya dia sudah mengumpulkan semua yang ingin dia ungkapkan kepada Vanisa atas kebodohan Vanisa, dia mungkin saja bertemu dengan Vanisa dan langsung memberikan tamparan yang sudah sangat ringan sekali tangannya itu melayang ke pipi anaknya.
Suasana hati Sarah yang langsung berubah ketika melihat Arvin yang muncul dari dalam kamar Vanisa.
"Baiklah Arvin. Mama pulang dulu. Permisi!" Sarah dengan suasana hati yang baik langsung pergi.
Arvin melihat kepergian ibu mertuanya tuh dengan ekspresi yang tidak terbaca. Arvin melihat ke arah pintu kamar yang ternyata Vanisa baru saja bangun.
Vanisa menguap yang terlihat begitu sangat mengantuk dengan rambut yang berantakan. Arvin terus saja memperhatikannya dan sampai akhirnya Vanisa menyadari hal itu dan membuatnya terkejut dengan mata melotot dan bahkan hampir saja jatuh.
"Kenapa? kau melihat setan?" tanya Arvin. Vanisa menggelengkan kepala.
"Apa dia tidak bekerja. Ini sudah jam 09.00. Jangan-jangan dia juga baru bangun tidur," Vanisa bertanya-tanya yang melihat penampilan Arvin yang memang sangat terlihat jelas baru bangun tidur.
"Tadi Mama datang, dia mempertanyakan keadaanmu dan karena kamu tidur. Beliau tidak jadi menemui mu," ucap Arvin.
"Mama!"
"Mama pasti datang ingin membahas masalah undangan itu," batin Vanisa yang sudah bisa menduga.
"Aku lapar," ucap Arvin.
"Apa maksudnya? Apa dia menyuruhku untuk membuatkan makanan?" tanya Vanisa.
"Cucilah mukamu agar terlihat fresh," ucap Arvin.
Vanisa yang langsung memegang pipinya, dia juga tidak akan keluar kamar dalam keadaan seperti itu kalau tahu ada Arvin. Vanisa yang tidak ingin dilihat wajah khas bangun tidur yang akhirnya kembali memasuki kamar.
Dia sudah dapat melihat betapa jeleknya wajahnya saat bangun tidur dengan rambut yang berantakan dan padahal dia tidak menyadari bahwa dia sangat cantik.
Walau tidak mandi dan hanya mencuci wajah dan menggosok gigi dia terlihat cantik di pagi hari ini dan kembali keluar dari kamar. Arvin yang ternyata masih berada di dapur.
"Di mana kamu menyimpan wajan?" tanya Arvin yang sedang mengeluarkan bahan makanan dari dalam kulkas.
Vanisa buru-buru ke dapur dan membuka laci untuk mengambil wajan tersebut.
"Hidupkan kompornya!" titah Arvin yang membuat Vanisa menganggukkan kepala dan langsung melakukan hal itu.
Vanisa yang kerap kali mendapatkan perintah dari Arvin untuk membantunya memasak. Vanisa yang menurut saja dan juga tidak tahu sejak kapan Arvin bisa memasak dan selama ini dia memang selalu melakukan sendiri dan Arvin juga tidak pernah memakan masakan yang telah dia buat.
Vanisa mengingat jelas saat awal-awal pernikahan mereka, walau dia tahu Arvin sangat tidak menyukainya tetapi dia tetap saja berusaha untuk menjadi seorang istri dan berusaha mencuri hati Arvin sesuai dengan perintah Sarah dan siapa sangka Arvin justru marah dan tidak pernah menghargai apa yang dia buat.
Sejak saat itu Vanisa tidak lagi pernah membuatkan makanan untuk Arvin dan hanya membuat untuk diri sendiri.
Bersambung.....
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku
ketegasan dari Vanisa 👍👍
ternyata vanisa sdh mendengar dan bisa bicara
skrng jg anggela sdh datang sdh saatnya km pergi jauh, sekalian km berobat biar km bisa ngomong lg dan buktiin km busa sukses