Arunika seorang novelis khusus romansa terpaksa meninggalkan lelaki yang sudah 7 tahun menjalin cinta dengannya. Robin telah tega berselingkuh dengan temannya semasa kuliah, hal tersebut diketahuinya saat datang ke acara reuni kampus.
Merasa dikhianati, Arunikapun meninggalkan tempat reuni dalam keadaan sakit hati. Sepanjang jalan dia tak henti meratapi nasibnya, dia adalah novelis spesialis percintaan, sudah puluhan novel romantis yang ia tulis, dan semuanya best seller. Sementara itu, kehidupan percintaannya sendiri hancur, berbanding terbalik dengan karya yang ia tulis.
Malam kelabu yang ia jalani menuntunnya ke sebuah taman kota, tak sengaja dia berjumpa dengan remaja tampan yang masih mengenakan seragam sekolah di sana. Perjumpaannya yang tak sengaja, menimbulkan percikan cinta bagi Sandykala, remaja tampan berusia 18 tahun yang sedang mencari kesembuhan atas trauma percintaan masa lalunya. Akankah romansa akan terjalin antara keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asih Nurfitriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GODAAN TIADA HENTI
Aku sampai diparkiran fakultas tempat Sandy berkuliah. Bangunan megah dan mewah dengan puluhan mobil import. Sepertinya aku hanya bisa gigit jari jika ingin kuliah di sini. Aku segera mengirim pesan ke Sandy, katanya dia akan segera datang begitu aku sampai.
Segera aku keluar dari mobi, sebelumnya aku memperbaiki make upku sebentar, polesan bedak dan sentuhan akhir lipbalm rasa cherry. Aku rasa wajahku masih segar walau di kantor tadi pikiranku kusut.
"Sayang...!" sapanya sambil memelukku, dia lupa jika ini tempat umum. Aku hanya tersenyum melihat aksinya kali ini.Aku pun sempat melihat beberapa mahasiswi bergerombol dan berbisik-bisik karena melihat adegan pelukan antara aku dan Sandy.
"Sandy, banyak mahasiswa yang melihat kita..!" ujarku sambil melonggarkan pelukanku. Wajahnya terlihat kecewa, dengan bibirnya yang mengerucut. Semakin dilihat bukannya makin terlihat dewasa malah justru makin menggemaskan.
"Kita kan manusia dewasa, siapa juga yang akan peduli dengan hal seperti ini. Aku sangat merindukanmu.." ujarnya,kepalanya bersandar di bahuku, aroma wangi rambutnya menyibak wajahku. Dasar anak kecil manja, badannya saja yang besar.
"Oh ya, kamu pikir aku tidak rindu? Aku yang lebih rindu tahu..." balasku sambil mengacak-acak rambutnya. Dia hanya tertawa seperti biasa.
Dari kejauhan nampak sosok yang aku kenal, sedang menuju ke mari. Itu Jimmy, adik Jihan. Wah, dia pun makin tampan dari terakhir aku bertemu dengannya di rumah sakit dulu.
"Heii setan! Aku mencarimu sedari tadi!" sapa Jimmy begitu bertemu Sandy. Dia pasti memberikan senyuman manis jika berjumpa denganku.
"Hai kak,Apa kabar? Lama tidak berjumpa!" sapanya sopan,melihat perlakuan Jimmy yang berbeda, Sandy sedikit emosi.
"Jangan terlalu sok akrab dengan pacar orang lain!" sindir Sandy dengan wajah seram. Bukan seram kalau aku melihatnya, tapi cemburu yang sangat berlebihan.
"Coba lihat kak, apa kakak tidak berencana untuk ganti pacar? Lihatlah dia kasar sekali kepadaku..!" kata Jimmy mencari simpatiku.Aku hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka berdua.
"Lalu apa yang dilihat si Tasya bule itu darimu? Bisa-bisanya dia mau berpacaran denganmu!" ledek Sandy kembali. Romansa percintaan Jimmy memang sedikit mengejutkan. Perkenalan dari aplikasi dating online berlanjut ke dunia nyata. Tasya Levoronka adalah gadis Rusia yang masih memiliki darah Indonesia, berusia 2 tahun lebih tua dari Jimmy.
"Kamu pikir aku tidak punya wajah tampan? Lihatlah aku,aku tidak kalah denganmu!" sanggah Jimmy, masih saja mereka berdebat hal yang sepele seperti ini, mereka benar-benar anak kecil, batinku terkekeh. Dan saat kedua pria ini beradu pendapat, muncullah sosok mahasiswi cantik berambut panjang dengan tubuh mungil mendekati mereka. Di belakangnya ada dua mahasiswi yang berwajah cantik juga mengekorinya.
"Permisi, Sandy. Apa ada waktu sebentar?" tanyanya, dan hal tersebut membuat kedua manusia yang sedang berdebat itu menghentikan aksinya. Sandy menoleh ke arah suara tadi.
"Oh, Diana. Ada apa? Sepertinya aku belum tahu masuk klub mana.Aku mau membahasnya dulu dengan pacarku.." katanya spontan. Wajah gadis bernama Diana sedikit terkejut saat mendengar kata *pacar* barusan.
"Kan hanya klub kampus biasa, apa harus sampai pacarmu ikut campur?" tanya gadis lainnya, sedari tadi mereka hanya diam.
"Kalian dari jurusan apa memangnya?" jimmy bertanya, dia suka ikut campur juga sepertinya.
"Kami dari jurusan Sastra Prancis, sama dengan Sandy..!" jawab Diana, dia tampak sedikit kecewa begitu tahu saat Sandy berkata bahwa dia punya pacar.
"Senang sekali ada teman wanita yang memperhatikanmu tentang urusan klub. Aku tidak diperhatikan seperti itu di kelasku..!" oceh Jimmy.
"Apa kamu mau tukar kelas denganku?" tanya Sandy dengan santainya. Dan membuat tiga mahasiswi itu sedikit malu.
"Kemarin aku kirim pesan, tapi tidak kamu balas. Aku dapat nomermu dari ketua kelas.." kata Diana lagi, sepertinya dia mempunyai perasaan kepada Sandy, dan Jimmy pun menyadari hal tersebut.
"Bukannya kamu mau pergi kencan dengan pacarmu, kasihan sudah di sini lo orangnya..!" kata Jimmy mengingatkan. seketika Diana dan teman-temannya menatapku yang sejak tadi tidak dihiraukan oleh mereka. Aku pun hanya menyapa mereka sekedarnya saja.
"Oh Hai, jangan hiraukan aku. Aku tunggu di dalam mobil saja!" ujarku, aku pun hendak membuka pintu mobil tapi Sandy menghentikanku.
"Di sini saja!" cegahnya sambil menggenggam tanganku. Jimmy yang melihat kami bergandengan tangan hanya tersenyum simpul.
"Oh, kakak ini pacar Sandy?" tanya teman Diana memastikan lagi,dia melihatku dari atas ke bawah.
"Memang pacar siapa lagi, kalau pacarku ada di Rusia..!" celoteh Jimmy.
"Kalau ada yang mau kalian bicarakan, aku bisa menunggu dengan Jimmy di taman sebelah sana!" kataku kepada Sandy, dia awalnya menggeleng, tapi aku meyakinkan kalau sepertinya ada sesuatu yang ingin gadis tersebut sampaikan.
"Benar juga, ayo Kak! " ajak Jimmy, aku pun meninggalkan Sandy, dan berjalan ke arah taman bersama Jimmy.
...*****...
"Apa ada yang mau kamu sampaikan? Aku barusan bilang ada urusan setelah ini..!" kata Sandy membuka pembicaraan.
"Diana ingin memberikan sesuatu, tapi mungkin lebih baik jika dia mengatakannya langsung!" jawab teman Diana.
Diana nampak gugup, wajahnya memerah seperti menahan malu. Tangannya sedikit gemetaran sambil menyerahkan sebuah kotak dengan pita warna merah di atasnya.
"Apa ini?" tanya Sandykala keheranan. Dia enggan menerimanya karena tidak mau dianggap seolah-olah mempermainkan perasaan orang lain.
"Kamu bisa membacanya di rumah,aku harap kamu mau menerimanya, aku pamit dulu, ayo teman-teman!" katanya menyerahkan kotak tersebut,mereka langsung pergi begitu saja tanpa memberikan Sandy kesempatan untuk berbicara.
"Ah, aku malas kalau begini..!" batin Sandy. Dia pun segera menyusulku dan Jimmy, dengan sedimit raut wajah tidak menyenangkan.
"Kenapa wajahmu masam begitu?" tanya Jimmy, tanpa menjawab Sandy menyerahkan kotak tersebut kepadaku.
"Eh,.kamu dapat kado dari teman wanitamu tadi?" tanyaku memastikan, tapi aku justru melihat wajahnya nampak tidak senang.
Aku penasaran apa isinya, akhirnya aku memutuskan untuk membukanya. Rupanya isinya parfum untuk pria, dan sebuah surat dengan warna pink tersemat di sana.
Untuk Sandykala,
Sejak pertama kali berjumpa aku merasakan rasa yang tidak biasa, akhirnya aku memberanikan diri untuk mengatakannya. Meskipun kita baru beberapa minggu berkenalan, aku harap perasaanku sampai kepadamu. Aku memberikan parfum ini,karena aroma ini yang aku kenang saat awal berjumpa denganmu.
Semoga kamu menyukainya.
Salam dariku
Diana Permata Sari
Aku dan Jimmy saling pandang begitu selesai membacanya. Rupanya ini surat pernyataan cinta. Bukannya tadi Sandy juga sudah mengatakan bahwa aku ini pacarnya. Rupanya si Diana ini tipe yang masa bodoh.
"Mau kau apakan surat ini? Parfumnya lumayan juga.." tanya Jimmy. Si empunya surat hanya bersandar di bahuku sambil memainkan jemariku.
"Ambil saja kalau kamu mau!" jawabnya datar. Dia tidak tertarik sekalipun untuk membaca isi surat tersebut.
"Serius? Wah, aku tidak perlu beli parfum kalau begitu.." kata Jimmy, dia nampak senang mendapatkan parfum gratis.
"Baiklah, biar Jimmy yang nerima parfumnya! Ayo kita keluar untuk makan malam!" ajakku, akupun menggandeng tangannya. Aku memberikan kode kepada Jimmy agar menyimpan surat dan parfum tersebut, Jimmy dengan senang hati menyimpannya. Dengan langkah sedikit gontai Sandy berjalan di sebelahku. Namun seketika dia berbalik dan berlari ke arah Jimmy, aku pikir dia mau mengambil parfum tersebut, ternyata tebakanku salah.
"Tolong bawa motorku, kamu bawa pulang ke rumahmu pun terserah, Kak Aruni bawa mobil ke sini!" ucap Sandy sambil memberikan kunci motornya ke Jimmy.
"Lalu ini?" tanya Jimmy sambil memperlihatkan surat dan parfum yang tadi.
"Buat kamu saja, aku sepertinya mau ganti aroma!" jawab Sandy singkat, dia lalu bergegas menghampiriku lagi.
...*****...
Kami lanjut menuju sebuah pusat perbelanjaan untuk menuju foodcourt. Selama perjalanan, tangannya tak henti memegang tanganku. Sedang tangan satunya memegang kemudi.
"Apa dia salah satu yang mengejarmu?" godaku. Aku yakin tidak suka jika aku ledek seperti ini.
"Ahhh, aku tidak mau bahas. Padahal aku tidak pernah memberikan nomer ataupun nama akun sosmedku.." jawabnya sedikit kecewa.Dia memang bukan tipe yang suka tebar pesona, mungkin itu juga yang membuat para wanita penasaran. Dia dingin dengan wanita lain, tapi saat denganku manjanya luar biasa.
"Coba kita lihat akun medsos kamu, jangan-jangan pengikutnya banyak sekarang.." kataku sembari membuka akun media sosialnya. Walaupun Sandy memintaku untuk menyimpan password akun medsosnya, aku dengan bijak menolaknya. Aku menghargai privasinya. Namun dia sering memaksanya.
Dia tetap fokus menyetir, sedang aku melihat-lihat aktivitasnya akhir-akhir ini. Tidak ada yang dia posting belakangan ini. Dia jarang memposting mungkin karena sibuk.
"Yah, lumayan banyak DM yang masuk ya.." kataku, tapi aku tidak berniat untuk membukanya. Aku percaya kok dengannya, walau hatiku cemburu, resiko punya pacar muda belia tampan pula.
"Aku tidak mau membukanya, malas!" jawab Sandy tanpa menengok ke arahku.
"Eh, tapi kenapa fotoku yang belum mandi ini kamu posting? Aku maluu.." ucapku sambil melihat fotoku yang beberapa waktu lalu dia ambil.
"Kalau punya pacar cantik harus aku pamerkan, jadi tidak ada yang akan mendekatiku...!" katanya lagi, dia masih fokus ke depan.
"Wah, setidaknya fotoku yang bagus harusnya yang kamu posting.." protesku.
"Kamu selalu cantik, titik!" balasnya sedikit tegas. Aku yang tahu dia sedang tidak mood langsung paham bagaimana cara agar moodnya kembali lagi.
"Baiklah, Sandykuu..Sandykuuu!" panggilku mesra. Dia akan merona begitu aku memanggilnya dengan suara lembut.
Benar tebakanku, dia memperlambat laju mobil dan berhenti di tepi jalan. Menghela nafas sebentar lalu memutar badan ke arahku. Aku yang tadinya ingin mengerjainya malah dikerjai dia balik.
"Coba ulangi lagi!" katanya dengan sorot mata tajam.
"Sandykuuu.." panggilku sekali lagi. Dan seketika dia melumat bibirku tanpa bilang apa-apa. Aku dibuat terkejut olehnya.
"Hhmmmphh..seben..sebentar!" kataku pelan, aku benar-benar terkejut dengan aksinya.
"Kamu yang memancing, tanggung jawab!" katanya, dan ciumannya berlanjut kembali. Awalnya aku yang terkejut,lama-lama aku terhanyut juga dengan dirinya. Ya Tuhan, kenapa anak ini pintar sekali membuat jantungku terengah-engah bagaikan lari maraton.