Gracella Eirene, gadis pendiam yang lebih suka bersembunyi di dunia imajinasi, Ia sering berfantasi tentang kehidupan baru, tentang cinta dan persahabatan yang tak pernah ia rasakan. Suatu hari, ia terpesona oleh novel berjudul 'Perjalanan cinta Laura si gadis polos', khususnya setelah menemukan tokoh bernama Gracella Eirene Valdore. Namun, tanpa ia sadari, sebuah kecelakaan mengubah hidupnya selamanya. Ia terbangun dalam dunia novel tersebut, di mana mimpinya untuk bertransmigrasi menjadi kenyataan.
Di dunia baru ini, Gracella Eirene Valdore bertemu dengan Genta, saudara kembarnya yang merupakan tokoh antagonis utama dalam cerita. Genta adalah musuh tokoh utama, penjahat yang ditakdirkan untuk berakhir tragis. Gracella menyadari bahwa ia telah mengambil alih tubuh Grace Valdore, gadis yang ditakdirkan untuk mengalami nasib yang mengerikan.
- Bisakah Gracella Eirene Valdore mengubah takdirnya dan menghindari nasib tragis yang menanti Grace Valdore?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afizah C_Rmd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 25
Di lapangan basket SMA Pelita, sorak sorai penonton masih menggema setelah pertandingan basket yang menegangkan berakhir. Tim basket kelas XI, yang dipimpin oleh Alzar dan Shankara, berhasil mengalahkan tim kelas XII dengan skor tipis 52-50. Suasana penuh kegembiraan menyelimuti para pemain, meskipun kelelahan tampak jelas di wajah mereka.
Alzar, dengan postur tubuh yang tinggi dan atletis, tampak rendah hati dan ramah saat menerima ucapan selamat dari para siswi. Sementara itu, Shankara, yang memiliki karisma kuat dan tampak dingin, seperti gunung es yang menjulang tinggi, membalas sapaan mereka dengan anggukan saja.
Para siswi berhamburan dari tribun, seperti kawanan burung yang beterbangan, berlari menghampiri para pemain dengan penuh semangat. Beberapa di antara mereka membawa air minum, siap memberikan kepada idolanya. "Alzar! Shankara!" teriak mereka, wajah-wajah berbinar penuh antusiasme.
Grace menyaksikan dengan rasa kagum saat Nara ikut bergabung dengan kerumunan, wajahnya ceria. "Ayo, Grace! Kita harus ikut!" ajaknya, menarik tangan Grace untuk bergabung. Grace merasa canggung, namun hatinya berdebar melihat momen tersebut.
Devin dan Isam dengan percaya diri menebarkan pesona, sementara Alzian dan Dewa juga ikut merayakan kemenangan, menikmati momen kebersamaan di bawah sorotan perhatian. Beberapa siswi menyerahkan botol air minum kepada mereka, tersenyum lebar seolah memberikan penghargaan atas usaha dan kerja keras tim.
Namun, suasana berubah ketika seorang siswi cantik dengan rambut panjang bergelombang dan mata tajam, bernama Frisyla Soraya Zoe, menghampiri Shankara bersama tiga temannya. Mereka membawa botol air minum dan dengan percaya diri mencoba menyerahkannya kepada Shankara dan Alzar. "Selamat, Shankara! Kalian bermain luar biasa!" ucap Frisyla dengan suara nyaring.
Shankara, dengan tatapan dingin, hanya mengangguk singkat tanpa menerima air minum yang ditawarkan Frisyla. Ia melirik ke arah Laura, seorang gadis sederhana dengan rambut panjang lurus dan mata cokelat lembut, yang berdiri di pinggir kerumunan. Laura adalah pacar pura-pura Shankara, yang sengaja ia ajak untuk menjauhkan Frisyla, yang merupakan tunangannya yang dijodohkan oleh keluarga.
Shankara, dengan senyum tipis, menerima air minum yang Laura sodorkan. Frisyla, dengan nada tinggi, berkata, "Kenapa kamu bersikap dingin padaku? Aku tunanganmu, Shankara!"
"Aku lebih suka air minum Laura," jawab Shankara dengan nada datar.
Frisyla semakin kesal. "Kamu tidak sopan! Aku juga ingin memberikanmu air minum! Bagaimana pun, aku tunangan kamu!"
"Aku tidak membutuhkannya," tegas Shankara, lalu berbalik dan berjalan menuju Alzar.
"Kamu tidak akan bisa menghindar dariku, Shankara! Aku akan mendapatkanmu!" teriak Frisyla.
Ketiga teman Frisyla, Zira, Yasmine, dan Celsy menghampiri Frisyla dan membujuknya. "Syla, tenanglah," kata Zira.
"Kita harus memberi pelajaran pada anak pungut itu," hasut Celsy.
"Benar, barani banget melawan kita," sahut Yasmine, diangguk oleh Zira.
"Huh, kalian tenang saja. Lihat saja apa yang akan gue lakukan ke anak pungut itu," ucap Frisyla marah dan menatap tajam ke arah Laura.
Suasana menjadi tegang. Para siswi yang lain terdiam, menyaksikan konflik yang terjadi. Grace dan Nara saling berpandangan, merasa khawatir.
"Grace, apa yang terjadi?" tanya Nara, suaranya berbisik.
"Aku tidak tahu," jawab Grace.
Kedua gadis itu tidak menyadari seorang siswi lain yang mendekat. "Kalian tidak tahu?" tanya siswi itu.
"Emang, kenapa sih?" tanya Nara penasaran.
"Cewek angkuh tadi itu ratu bully di sekolah ini sekaligus donatur. Dia juga tunangan Shankara yang diakui publik, dan Laura itu selingkuhannya Shankara."
"Hubungan Syla dan Shankara itu gimana ya? Yang pasti, Shankara tidak menyukai Syla dan sifat sombongnya. Syla itu obsesif pada Shankara dan akan melakukan apa saja demi mendapatkannya. Bahkan, banyak siswi di sekolah ini yang berhenti sekolah atau menghilang gara-gara mendekati Shankara. Hanya Laura yang sampai sekarang masih berada di sekolah."
"Oh, kenapa?" tanya Nara, terkejut.
"Karena dia anak angkat keluarga Valdore, ditambah Shankara dan teman-temannya yang selalu melindungi Laura."
"Hmmm, jadi gitu."
"Makasi infonya, kawan. Oh ya, gue Nara."
"Gue Rasya, dan ini—"
"Grace."
"APA, Grace si Ratu Ice itu?" Rasya terkejut.
"His, kenapa kaget gitu sih? Biasa aja kali," jawab Grace acuh.
"Ya, gimana gak kaget, coba? Dengarkan Ratu Ice yang terkenal dan sekarang ada di hadapan gue," bisik Rasya pada Nara.
"Lo jangan heran gitu. Gue teman-temannya dari kecil dan baru pindah beberapa minggu ini."
"Oh, gitu. Salam kenal."
"Iya, sama. Salam kenal juga."
Nara dan Rasya terus berbisik, sementara Grace hanya bersikap acuh, memperhatikan sekitar dan melihat Alzar.
Di sisi lain, Shankara tidak mempedulikan keberadaan Frisyla dan antek-anteknya, dan berjalan menuju Alzar yang sedang berbincang dengan Devin dan Isam.
"Huh, gak ada kapoknya cewek itu," ucap Shankara dengan nada dingin.
"Tenanglah, Shankara. Dia hanya cemburu karena kau tidak mempedulikannya," jawab Alzar dengan santai.
"Cih, siapa yang tidak peduli dengannya? Aku hanya ingin kau tahu, aku lebih memilih Laura daripada dia," ucap Shankara dengan tegas.
"Baiklah, aku mengerti," jawab Alzar, tersenyum. "Tapi, kau harus berhati-hati. Frisyla tidak akan menyerah begitu saja."
Shankara mengangguk, lalu kembali menatap Laura yang berdiri di sampingnya dengan senyum tipis. Laura merasa malu, dan bersama kedua temannya, ia mengalihkan pandangan dan mengobrol dengan Kella dan Sania.
"Laura, lo harus hati-hati. Gue khawatir akan terjadi sesuatu nantinya," kata Sania.
"Kamu tenang saja. Sania kan ada kalian yang selalu bersamaku, dan juga kak Shankara yang melindungiku," jawab Laura mencoba menenangkan kedua temannya dengan senyum polosnya.
"Tetap saja, sudah berapa kali lo kena bully dari mereka?" tanya Sania cemas.
"Stt, kalian tenang. Aku bakal hati-hati kok," jawab Laura dengan yakin.
Tiba-tiba, suara Pak Johan, guru olahraga yang juga pelatih voli perempuan, menggema di lapangan. "Baiklah, anak-anak, pertandingan basket sudah selesai. Sekarang, giliran tim voli perempuan untuk beraksi! Grace dan Nara, bersiaplah!"
Grace dan Nara saling berpandangan, lalu berlari menuju lapangan voli. Mereka harus segera bersiap untuk pertandingan voli yang akan segera dimulai.
"Ayo, Grace! Kita harus menang!" seru Nara dengan semangat.
Grace mengangguk, hatinya berdebar-debar. Dia tahu bahwa pertandingan voli ini akan menjadi tantangan yang berat, tetapi dia bertekad untuk memberikan yang terbaik.
"Kita akan menang," kata Grace dengan penuh keyakinan. "Kita akan menang."
Mereka berdua kemudian bergabung dengan tim voli perempuan yang sudah bersiap di lapangan. Grace dan Nara siap untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka.