NovelToon NovelToon
The Promise

The Promise

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:50.5k
Nilai: 5
Nama Author: NonAden119

Demi memenuhi janjinya pada sahabatnya, King Cayden Haqqi, seorang mantan anggota marinir yang selamat dari ledakan bom di tempatnya bertugas, pergi mencari keberadaan seseorang yang sangat berarti dalam hidup sahabatnya itu. Berbekal sebuah foto usang di tangan, ia harus segera menemukan wanita dalam foto itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonAden119, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Aku siap!

“Kenapa belum dimakan?” ucap Mika yang menyusul belakangan setelah berganti pakaian terlebih dahulu di kamarnya, keheranan melihat King yang masih duduk anteng di kursi makan dan sama sekali belum menyentuh sarapannya. Ia melirik piring kosong di hadapan Dita, sepertinya sahabatnya itu sudah menyelesaikan sarapannya dan kini lanjut menyantap roti isi yang dibawa King.

Dita menoleh menatap Mika yang masih berdiri di belakangnya. “Aku tadi sudah ajak Tuan King buat sarapan dulu, tapi dia bilang nanti saja tunggu Kamu.” Sahut Dita seolah tahu arti tatapan mata Mika padanya.

“Jadi Kamu sarapan dulu gak nungguin kita, gitu?”

Dita hanya meringis mendengar ucapan Mika, lalu menepuk kursi kosong di sebelahnya meminta Mika untuk duduk di sana. “Makanya sekarang duduk, terus makan.”

Gemas, Mika menyentil lengan Dita. “Sabar, Aku kan mesti ganti baju dulu.” Bisiknya pelan di telinga sahabatnya itu.

“Oke!”

King tersenyum menatap Mika yang kini sudah berganti memakai celana kulot dan kaos longgar warna cokelat lengan pendek. Mika menarik kursi di sebelah Dita, dan duduk saling berhadapan dengannya. “Aku memang sengaja nungguin Kamu, Mika. Biar bisa sarapan bareng.”

“Ekhem!” Dita berdeham, ia meraih gelas minumnya dan meneguknya hingga habis. “Mendadak seret ini tenggorokan,” lanjutnya seraya menoleh pada Mika, menatap dengan sinar mata menggoda sembari mengarahkan telunjuk ke lehernya.

“Apaan, sih? Minum yang banyak biar gak seret,” sahut Mika pura-pura cuek, padahal jantungnya berdegup kencang. Matanya beralih menatap King yang tampak mengulum senyum. “Tuan mau minum kopi?” tawar Mika kemudian pada King, melihat gelas teh di atas meja masih utuh.

“Boleh,” sahut King dengan mata berbinar. “Dengan senang hati. Terima kasih, Mika.”

Mika bangkit dari kursinya dan bergegas ke dapur. “Tunggu sebentar, Aku buatkan.”

Selang beberapa menit kemudian, Mika kembali dengan secangkir kopi di tangan yang masih mengepulkan uap panas. Ia taruh ke hadapan King lalu berjalan memutar dan duduk kembali di kursinya.

“Eh, mau ke mana?” cegah Mika begitu melihat Dita berdiri, berniat menahan sahabatnya itu agar tetap duduk bersamanya. Tapi Dita justru berkelit, sebelum pergi ia mencomot sebungkus roti lalu berpindah tempat duduk di sofa depan televisi.

“Kalian sarapan saja dulu, Aku mau nonton tipi.” Sahutnya menekan tombol remote dan lanjut menyantap roti di tangannya. Detik berikutnya pandangan Dita fokus pada tayangan berita olahraga di depannya.

“Joe pernah bilang, Kamu suka sekali roti lapis coklat. Aku tadi sengaja beli di toko khusus buat Kamu.” King menunjuk satu kotak kue yang masih tertutup rapat.

“Iya, nanti Aku makan.” Sahut Mika. Ia pura-pura sibuk menikmati sarapannya, merasa aneh dengan perubahan sikap King pagi ini. Lelaki itu secara terang-terangan terus menerus menatap ke arahnya. Mika mengesah pelan. Apa jadinya kalau Dita duduk bersama mereka, sahabatnya itu pasti tak akan berhenti menggodanya.

“Kopinya enak, rasanya pas.” Puji King seraya mengangkat cangkir kopinya dan menyeruput perlahan.

“Kalau enak dihabiskan,” sahut Mika tanpa mengalihkan pandangan dari nasi goreng di depannya. Belum setengah piring ia habiskan, tapi mendadak perutnya terasa kenyang.

King tertawa pelan, gemas dengan sikap Mika yang tak mau bertemu pandang dengannya. “Terima kasih, Mika. Aku jadi tidak sabar ingin segera bekerja sama denganmu.”

Terpancing dengan omongan King, Mika mengangkat wajah dengan kening berkerut. Apa hubungannya kopi buatannya dengan kerja sama mereka. “Maksudnya?”

“Jam kerjamu dimulai pukul delapan pagi. Sebelum mulai bekerja, kita bisa sarapan bareng di rumahku dan Aku ingin setiap harinya bisa menikmati kopi buatanmu ini.”

“Oh.” Mika mengangguk paham.

“Kenapa tidak dihabiskan sarapannya?” tanya King melirik piring nasi Mika yang masih banyak.

“Kenyang,” sahut Mika cepat. “Tuan sendiri kenapa gak makan, apa kenyang juga?” Mika lihat King hanya menyantap setangkup roti dan minum kopi buatannya saja.

Jawaban singkat juga pertanyaan lanjutan dari Mika itu mampu membuat bibir King mengulas senyum lebar. “Aku biasa sarapan roti sama minum kopi saja, Mika.”

“Oh, gitu.”

“Ah eh oh terus dari tadi.” Protes King mendengar jawaban singkat Mika.

Mika jadi tertawa mendengarnya, “Ya, terus Aku harus jawab apa?”

“Panjangan dikit lah, Aku ngomong panjang Kamu jawabnya cuman dua huruf. Ah eh oh.”

Mau tidak mau King ikutan tertawa. Suasana perlahan mencair di antara mereka. Mika lalu meminta diri untuk membersihkan sisa peralatan makan mereka, ia menolak halus ketika King berniat membantu. Sempat melirik pada Dita yang tadi duduk di sofa, tapi sahabatnya itu sudah tidak ada lagi di sana.

King duduk menunggu di meja makan, tak beranjak dari sana meski sarapan telah usai dan Mika sudah beres merapikan meja. Matanya menatap isi gelas kopinya yang tinggal setengah, tak segera menghabiskannya sebab sengaja biar ada alasan berlama-lama di dekat Mika. Sayang harapannya tak terwujud, Dita muncul kemudian sudah siap berangkat kerja.

“Mika, Aku kerja dulu ya. Terima kasih sudah ngijinin Aku nginap lagi di rumahmu. Jangan kapok ya, say sama keponya Aku. Babay bestie!” Dita muncul tiba-tiba di belakang Mika, ia sudah rapi dengan seragamnya. Tak lupa sebelum pergi, ia memeluk dan mengecup pipi Mika.

“Hati-hati!” seru Mika melihat Dita berlari keluar rumah.

“Tuan, Saya pergi dulu!” pamit Dita pada King yang ikutan berdiri dan mengantar sampai ke teras rumah Mika sampai ia menghilang di belokan gang dengan motornya.

“Kalau begitu, Aku juga pamit mau lanjut kerja. Sekali lagi terima kasih buat kopinya, Mika.”

“Sama-sama, Tuan.”

“Oh, ya. Satu lagi, Mika. Begini, Aku agak terganggu dengan panggilan Tuan yang Kau sematkan untukku, Aku harap Kau bisa mengubahnya dan cukup dengan memanggil nama depanku saja.” Pinta King sebelum ia pergi.

“Oh! Siap, Tuan. Eh, King.” Kata Mika dengan wajah tersipu, ia mengulang menjawab dengan dua huruf. Tapi kali ini sedikit tambahan di belakangnya.

“Hehe, barusan mau protes. Tapi gak jadi.” King mesem lalu melambaikan tangan sebagai salam perpisahan. Ia pergi dengan hati riang, hubungannya dengan Mika sudah jauh lebih baik tidak tegang seperti kemarin.

Sepeninggal King, Mika menutup pintu dan berhenti sejenak di dekat meja makan. Menatap kotak berisi kue yang dibawa King untuknya. Perhatian King mengingatkannya pada sosok Joe. Tiba-tiba saja ia rindu pada kakak lelakinya itu, mereka biasa menikmati kue itu sama-sama.

Perlahan dibukanya kotak itu dan matanya langsung berkaca-kaca. Teringat ucapan King padanya tadi. Lewat cerita Joe, King banyak tahu tentang dirinya. Diraihnya satu potong besar roti coklat bertabur keju itu dan mulai memakannya. “Terima kasih, King.”

Seminggu berlalu cepat, kaki Mika sudah sembuh dan ia bisa bekerja lagi sesuai rencana. Pagi ini ia sudah siap memulai hari pertamanya bekerja. Selama masa cutinya, ia akan bekerja di rumah King dan sesuai kesepakatan ia yang akan menata isi rumah baru lelaki itu.

King menyerahkan semuanya padanya, Mika yang memilih perabotan sesuai seleranya. Semalam King datang ke rumahnya untuk membahas rencana kerja mereka. Di tengah pembicaraan Mika sempat mengajukan protes karena merasa tidak nyaman dengan kekasih lelaki itu. Bagaimana kalau pilihannya tidak sesuai keinginannya?

“Aku masih bisa terima kalau hanya menata isi rumahmu, tapi kalau Aku juga yang harus memilih semua barang sesuai seleraku. Apa itu tidak berlebihan, King? Kenapa bukan dia saja yang melakukannya?”

“Karena selera kalian sama persis. Apa pun pilihanmu, pasti cocok dengannya. Itu sebabnya Aku ingin Kau yang mengatur semuanya.” jawab King beralasan, membuat Mika mengernyit dalam.

“Bagaimana bisa, kami bahkan belum pernah saling mengenal? Dan Kau juga, bagaimana Kau bisa tahu seleraku seperti apa?”

“Tentu saja Aku tahu, Joe banyak bercerita tentangmu. Jadi Aku tahu bagaimana seleramu, semua yang Kamu suka dan semua yang tidak Kamu suka. Aku tahu semuanya.” Lagi, nama Joe jadi alasan untuk memuluskan rencananya.

Percakapan semalam harus diakhiri dengan kalimat King yang mengatakan kalau ia yang akan menemani Mika berbelanja dan memastikan selera Mika sama dengan kekasihnya.

“Baiklah, Aku siap!”

Mika sudah siap dengan kopernya menunggu King yang akan datang menjemputnya. Ia tidak mungkin pulang pergi setiap hari karena perjalanan ke rumah King yang berada di pinggiran kota menyita banyak waktu. Jadi semalam mereka sepakat, Mika akan menginap di rumah itu dan menempati salah satu kamar yang sejak awal sudah disiapkan oleh King sebagai kamar tamu.

☆☆☆

1
Dany atmdja
👍👍👍
Adi Nugroho
😁😁😁
Deni Rustam
lanjut thor
Anggi
lanjut kak
Yeni Nuril
🤗🤗🤗🤗
Dewi tanjung
😅😅😅
💕 yang yang 💝
😮😮😮
chaira rara
🤭🤭🤭
Hiro
👍👍👍
Brav Movie
next up
🎆 Mr.Goblin ✨
semangat
Allent
👍👍👍
Evans
😆😆😆😆
Moba Analog
lanjut up
Seo Ye Ji
sebut saja nama joe, seketika beres urusan dengan mika 🤣🤣🤣🤣🤣
Seo Ye Ji
akting maksimal king meyakinkan mika biar percaya tak ada komplain dari kekasihnya soal barang pilihannya, salut 👍
Kim Ye Jin
semangat say 😙
Kim Ye Jin
otw kerja and nginap di rumah baru, semangat 💪
❤ Kinan 💙
Hari pertama kerja di rumah king banyak perubahan terjadi di depan mata, semua perubahan merujuk pada selera dan kesukaan mika, pertanda apa ini? kebetulan atau memang direncanakan jauh jauh hari?
Rizky Ramadhan
👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!