NovelToon NovelToon
Mantanku Seleb

Mantanku Seleb

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Wanita Karir
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Van Theglang Town

Lanjutan Novel Mendadak Menjadi Mama Muda.

Setelah bercerai dengan Raka, Ajeng mengubah nasibnya menjadi seorang selebritas. Meskipun butuh waktu yang cukup lama, karir Ajeng cukup sukses dan mempertemukan dia dengan Kim Beomsik, seorang pengusaha sukses keturunan Korea-Amerika.
Sementara Raka yang belum move on dari Ajeng, berusaha menata kehidupannya menjadi lebih baik. Ketika bertemu kembali dengan Ajeng, Raka menagakui masih belum bisa melupakan Ajeng.
Lantas bagaimana kisah Ajeng dan Raka. Akankah cinta mereka bersemi kembali, atau Beomsik berhasil meluluhkan Ajeng dan menikahinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Van Theglang Town, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berada di Penginapan

Ajeng tidak bisa memusatkan perhatiannya ke acara baca naskah yang diadakan di luar penginapan. Mereka berkumpul sambil mengelilingi api unggun yang dibuat penyelenggara acara. 

Kedua mata Ajeng selalu ke arah jalan masuk area penginapan. Celia dan Raka belum kembali dari klinik.

“Apa Celia cukup serius lukanya?” tanya Ajeng pada Kyle yang duduk di sampingnya.

“Kemungkinan iya, karena tadi sempat kulihat bajunya terbakar. Semoga saja Celia tidak kenapa-kenapa,” jawab Kyle.

Ajeng berdoa semoga saja luka Celia tidak serius dan harus dilarikan ke rumah sakit. Kemudian Ajeng kembali konsentrasi dengan buku naskah dan para pemain lain yang sedang mengeksplor skrip film itu bersama-sama. Mereka saling tukar pendapat dan ide untuk proses syuting nanti.

Setelah dua jam selesai, berbarengan Raka dan Celia pulang. Ajeng langsung berlari dan menghampiri mereka. Walau bagaimanapun Celia tetap orang terdekatnya yang mana kalau terjadi sesuatu padanya, dirinya juga lah yang harus bertanggung jawab.

“Celia, bagaimana keadaanmu?” Ajeng tampak khawatir. Dia melihat tangan kiri Celia diperban.

“Aku baik-baik saja. Maaf Ajeng sepertinya aku tidak bisa menemanimu sampai selesai. Aku harus pulang karena lukaku harus dirawat lebih aman agar tidak lebih parah lagi,” ringis Celia.

“Ya sudah tidak apa-apa. Aku juga akan pulang.” Ajeng pikir ini alasan bagus untuk tidak mengikuti kegiatan ini.

“Tidak bisa Ajeng. Kamu harus ikut kegiatan ini karena ini sangat penting untuk kerja sama tim. Aku bisa pulang sendiri di antar supir.” Celia tidak mengizinkannya ikut pulang.

“Bagaimana bisa aku tidak peduli dengan keadaanmu. Aku akan minta pengertian Eric,” jawab Ajeng pasti.

“Kamu mau merusak mood pemain lain Jeng?” tanya Celia dengan suara yang agak keras.

“Ta–tapi Celia, aku tidak tenang jika kamu pulang dengan keadaan cedera,” sahut Ajeng kukuh.

“Daripada kamu merusak suasana. Lebih baik tidak usah ikut pulang. Kamu jangan khawatir. Aku akan mengirim Zenith ke sini,” tambah Celia.

Ajeng sedikit kecewa karena Celia bukannya mengiyakan tapi malah melarangnya.

“Aku akan bawakan kopermu, tunggu saja di sini,” ucap Raka berinisiatif.

“Hah! Apa maksudnya. Aku saja yang membawanya.” Ajeng berlari menyusul Raka hendak ke kamar lantai dua.

“Tanganmu akan terluka jika membawa koper yang berat. Serahkan pada pria saja!” Raka tidak peduli dengan rasa keberatan Ajeng.

Sampai di depan kamar, Raka berhenti menunggu Ajeng membuka kunci pintu kamarnya.

“Kenapa kamu repot sekali membantu manajerku. Harusnya kamu tidak usah melakukan ini!” larang Ajeng.

Raka menghembuskan napasnya dengan kasar.

“Kenapa kamu yang cerewet, aku membantu dia, bukan kamu!” dengus Raka dengan wajah yang menyebalkan.

“A-apa!”seru Ajeng tidak percaya dengan sikapnya yang menyebalkan itu.

“Cepat buka pintunya. Supirnya sudah menunggu!” titah Raka.

Ajeng cemberut dan segera menuruti permintaan Raka. Kenapa dia yang memerintahnya sekarang.

Setelah pintu dibuka, Raka langsung masuk ke dalam dan mencari koper Celia.

“Apa ini kopernya?” tanya Raka meraih koper kuning di sebelah koper besar putih milik Ajeng.

“Ya,” jawab Ajeng masih seperti orang linglung karena sikap Raka yang tampak tidak peduli dengan respon kasar darinya.

“Dia sepertinya belum sempat membongkar kopernya. Ya sudah aku langsung bawa!” Tanpa sempat memeriksa lainnya yang ada di kamar, Raka langsung melengos pergi meninggalkan Ajeng yang masih heran.

Ajeng kemudian menyusul Raka di belakangnya kembali ke luar rumah penginapan.

Tanpa disuruh Raka segera menaikkan koper Celia ke mobil yang akan mengantarkannya pulang.

“Ajeng, maafkan aku. Kabari aku jika kamu butuh sesuatu. Akan aku usahakan meski aku di jauh,” ucap Celia sambil berpamitan.

Ajeng hanya bisa mengangguk sedih. Sebenarnya dia tidak mau berada di sini sendirian tanpa pengawalan manajernya.

“Aku pergi ya!”

Ajeng melambaikan tangannya pada Celia. Ah rasanya Ajeng pengen cepat waktu berlalu. Masih ada dua hari lagi dia berada di tempat ini. 

Akhirnya Celia benar-benar pulang. Ajeng kembali ke tempat berkumpulnya semua pemain dan kru. Dia meminta maaf karena harus mengantarkan manajernya yang harus pulang. Semua orang memakluminya dan berharap Ajeng tidak terganggu konsentrasinya dengan acara ini.

Raka mengambil tempat duduk bersebrangan dengan Ajeng. Dia langsung terlibat percakapan dengan Eric dan Kyle. Sementara Ajeng berusaha untuk tenang sambil membaca buku naskahnya. Andai ia punya alat pemutar waktu ajaib. Ingin rasanya Ajeng mempercepat waktunya saat berada di sini.

Malam semakin larut. Setelah selesai membaca naskah dan membicarakan beberapa adegan, satu persatu mulai menuju kamarnya masing-masing. Ajeng pun bersiap untuk pergi ke kamarnya. Sayangnya, tadi ia belum sempat makan dan sekarang perutnya terasa lapar. 

Ajeng kemudian menuju meja makan. Tadi sebelum dia bangun dan turun, semua orang memang sudah makan malam. 

Ajeng melihat beberapa makanan masih banyak. Tak butuh waktu lama untuk berpikir harus makan apa, Ajeng langsung mencomot satu potong pizza dan langsung melahapnya. Di depannya juga ada kentang goreng dan beberapa potong daging sapi yang sudah dipanggang.

Ajeng tampak menikmati makan malamnya tanpa ada yang menganggunya. Semua orang sudah mengantuk dan pergi tidur. Hanya beberapa orang masih berada di luar sambil minum bir. 

Setelah kenyang, Ajeng melirik jam di ponselnya sudah mau jam dua belas. Tapi Ajeng masih belum mengantuk karena tadi sore sudah tidur cukup lama.

Ajeng kemudian memperhatikan sekelilingnya. Masih ada beberapa orang yang di luar dan mengobrol. Ternyata ada juga Raka yang masih di luar dan mengobrol dengan Kyle. Wajah Raka terlihat tersenyum bersama Kyle. Beberapa kali juga terdengar suara tawanya yang nyaring.

“Akrab sekali,” sungut Ajeng.

Dia merasa heran karena dua orang itu memiliki hubungan yang unik. Mereka sepasang mantan kekasih tetapi terlihat masih harmonis. Tidak sepertinya, jangankan mengobrol dengan seru, saling bertemu saja merasa tidak nyaman.

Ajeng langsung membuang muka saat terciduk Raka sedang menatap mereka dari kejauhan. Beberapa saat kemudian Raka bangkit dari tempat duduknya dengan Kyle. Ajeng panik karena takut jika Raka akan menghampirinya.

Namun rupanya Ajeng malu sendiri. Raka bangun dari tempat duduknya bukan untuk menghampirinya. Dia pergi menuju ke dalam penginapan.

Kenapa melihat Raka pergi malah membuat Ajeng sedikit kecewa. Harusnya kan dia senang karena Raka tidak menganggunya.

“Syukurlah kalau dia menepati ucapannya kalau dia akan profesional dan hanya berbicara dan mendekati ku kalau urusan kerjaan,” gumam Ajeng lega.

Setelah cukup kenyang perutnya puas menghirup udara segar Ajeng pun menuju ke dalam penginapan. Meskipun tidak ada sinyal, dia bisa menggunakan waktunya lebih leluasa mempelajari naskah dan adegan yang akan ia lakoni di kamar. Siapa tahu nanti rasa kantuknya datang dan ia bisa tidur.

Di dalam kamar, Ajeng merasa sepi karena tidak ada Celia. Biasanya kalau dia menginap di luar dia akan bersama dengan Celia. Kali ini, Celia terpaksa pulang duluan karena kecerobohannya.

Tidak ada TV, tidak ada sinyal HP membuat Ajeng sedikit bosan. 

Karena merasa bosan sementara dia juga sudah mual karena terlalu banyak membaca skrip. Akhirnya Ajeng berjalan menuju balkon kamarnya. Pemandangan di luar cukup indah karena sinar bulan purnama tampak menghiasi pohon-pohon pinus yang berderet. Tak sengaja Ajeng melihat ke seberang penginapan yang juga balkon kamar lantai dua menghadap ke kamarnya. Dia melihat seseorang sedang duduk sambil merokok. 

Deg. Jantung Ajeng berdetak kencang karena melihat pria itu juga sedang menatap ke arahnya.

1
Rose Yura🌹
masihan Raka 🥲
Rose Yura🌹
yeeee... author ke kesayangan ķembali🥰
Van Theglang Town
Sebelumnya author minta maaf karena butuh 4 tahun kurang lebih melanjutkan kisah Ajeng dan Raka, btw meskipun pembaca sudah lupa alur cerita Ajeng dan Raka semoga baca lagi ini bisa flashback lagi. happy reading.
Rose Yura🌹: makasih thor . semangat lagi ya nulisnya..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!