Alexa Rahmania atau biasa di panggil Ale mahasiswi berprestasi penyuka anak kecil. Ale anak kedua dari pasangan Rahmat Hudaya seorang pegawai pemerintahan dan Ida ningsih ibu rumah tangga.
Ardan Ramadhan kakak dari Ale seorang abdi negara kebanggaan Ibu Ida. Ibu Ida kerap kali membedakan kedua putra putrinya.
Bagaimana kisahnya??
Ikuti terus ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Meitania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malu
Sepanjang perjalanan Ale hanya diam dan sesekali mengusap lembut kaki Keira. Bima terus memperhatikannya namun Bima tak ingin membuka suara di dalam mobil mengingat ada Suster dan Pak Maman. Walaupun Suster Yuli tau apa yang terjadi di dalam. Bahkan dirinya semakin kasian dan bertambah rasa sayang terhadap majikan barunya itu setelah tau dan melihat dengan kepalanya sendiri bagaimana perlakuan Bu Ida pada Ale.
Sampai di rumah Bima meminta Suster Yuli untuk menjaga Keira. Bima membawa Ale langsung masuk ke kamar. Oma Winda, Opa Faris dan Firman yang masih berada di ruang keluarga pun terheran melihat mereka sudah kembali dengan keadaan Ale yang sepertinya tidak baik-baik saja.
Oma Winda pun meminta suster Yuli untuk duduk bersama mereka untuk menanyakan apa yang terjadi dengan Ale. Sebelumnya Oma Winda mengambil alih Keira dalam pangkuannya karena Keira nampak masih terbangun.
"Apa yang terjadi?" Oma Winda.
"Maaf Nyonya bukan saya mengadu namun perlakuan ibunya nyonya Ale memang sangat di luar perkiraan bmkg." Suster Yuli.
"Hah! Maksud kamu?" Firman.
"Siapapun yang melihatnya sepintas maka akan berfikir jika Bu Ida adalah Ibu tiri Nyonya Ale. Tapi menurut saya lebih dari Ibu tiri." Suster Yuli.
"Apa yang di lakukan dia pada menantu saya sus?" Opa Faris.
"Nyonya di hina habis-habisan Tuan. Bahkan saya di usir dari tempat mereka makan namun Tuan Bima dan Nyonya Ale tetap meminta saya untuk tetap diam bersama mereka." Jelas Suster Yuli.
Sementara Suster Yuli menceritakan semua kejadian saat di restoran tadi. Di dalam kamar Ale tengah menumpahkan segala kekesalan di hatinya dalam pelukan Bima. Bima hanya diam tanpa bicara sepatah katapun. Bima hanya mengusap punggung Ale dan sesekali mendaratkan kecupannya di puncak kepala Ale.
"Mas," Panggil Ale di sela isak tangisnya.
"Iya." Jawab Bima singkat.
"Mas malu ngga punya istri aku?" Tanya Ale.
Bima mengurai pelukannya menatap lembut manik mata Ale yang berair. Kedua tangannya terulur mengusap pipi Ale yang basah.
"Mas tidak pernah malu sayang. Bahkan Mas tidak pernah terfikir jika Mas malu memiliki kamu. Mas bangga dan bahagia memiliki kamu sayang." Ucap Bima tulus.
Ada rasa sesal di hatinya. Andai sejak awal Bima tah bagaimana perlakuan Ibu Ida pada Ale maka dirinya tak akan pernah mendiamkan Ale selama kurang lebih 3 bulan pernikahan mereka. Namun semua telah terjadi Bima akan berusaha membuat Ale terus tersenyum.
"Mas nyesel telah memperlakukan kamu kurang baik di awal pernikahan kita sayang. Maaf kan Mas ya. Mas tak mau kehilangan kamu sayang." Ucap Bima kembali memeluk Ale.
"Tapi Aku malu Mas bersanding sama kamu." Ucap Ale lagi masih dalam isak tangisnya.
"Malu kenapa sayang?" Bima.
"Malu Aku Mas keluarga ku seperti tadi. Aku kasian juga sama Bang Ardan Mas. Mungkin dia malu terhadap Kak Reni tadi." Jawab Ale.
"Sstt... Kak Reni akan mengerti sayang. Mas yakin Bang Ardan sudah memberi pengertian padanya." Bima.
"Bagaimana jika Kak Reni malah memutuskan Bang Ardan Mas?" Tanya Ale khawatir.
"Berarti Kak Reni bukan yang terbaik untuk Abang sayang. Jika Kak Reni memang yang terbaik menurut Tuhan maka Kak Reni akan bertahan bersama Abang. Seperti halnya Mas yang akan selalu ada untuk mu." Bima.
"Terima kasih Mas." Jawab Ale memeluk Bima.
"Tidak perlu berterima kasih sayang. Udah ayo ganti baju ya bersih-bersih. Kita istirahat." Ajak Bima.
"Tapi Mas,,"
"Kenapa lagi hm?" Bima.
"Laper..." Rengek Ale.
Bima mengulas senyumannya. Ternyata bukan hanya dirinya Ale pun masih merasakan lapar karena tadi mereka berdua gak berselera makan dan hanya makan beberapa suap saja.
"Kita makan dulu di bawah atau mau pesan makanan?" Bima.
"Makan yang ada aja Mas. Terlalu lama kalo pesan." Ale.
"Kita lihat ada apa di bawah ya." Bima.
Mereka berdua kembali turun masih dengan pakaian yang sama membuat semua heran.
"Loh, kalian mau pergi lagi?" Tanya Oma Winda.
"Iya Mi." Jawab Bima santai.
"Mau kemana lagi?" Opa Faris.
"Mau ke dapur Pi. Kita masih laper. Sus, kamu masih mau makan lagi?" Tanya Bima.
"Kalo boleh Tuan." Jawab Suster Yuli.
"Ayo makan. Bantu istri saya menyiapkan makanan." Bima.
"Baik Tuan. Ayo nyonya kita lets go." Ucap Suster Yuli.
Sementara Ale dam Suster Yuli menyiapkan makanan Bima bergabung bersama Opa Faris, Oma Winda, Firman dan Keira.
"Tagihan tetap masuk pada kita Bos?" Firman.
"Sudah gw bayar Man." Bima.
"Wah,, beneran?" Firman.
"Mana tega gw kalo harus Ayah mertua yang bayar atau Bang Ardan." Bima.
"Kamu tau sekarang bagaimana?" Opa Faris.
"Iya Pi. Bima semakin menyesal dengan perlakuan Bima kepada Ale Pi. Mulut ibu mertua Bima memang begitu pedas Pi. Yang membuat Ale semakin sedih Bang Ardan membawa kekasihnya tadi Yah jadi Ale takut kekasih Abang itu jadi minta putus sama Abang." Jelas Bima.
"Astaga! Sempet-sempetnya mikirin orang lain ya." Firman.
"Begitulah Ale Man. Dinda sudah menjelaskannya pada Mami dan Papi sebelum Bima dan Ale menikah. Bahkan Dinda mewanti-wanti Mami untuk memberikan suami yang baik untuk Ale." Oma Winda.
"Bima nyesel Mi. Padahal Dinda dan Bang Ardan sudah berbicara dengan sangat baik sebelum kami menikah." Bima.
"Sudahlah Bim. Sekarang lu udah berubah. Lu perbaiki semuanya dan gw yakin lu bisa membuat Ale bahagia. Buktinya udah unboxing kan?" Goda Firman.
Plak...
Pukulan dari tangan Bima mendarat sempurna di lengan Firman membuat si empunya lengan mengaduh dengan kuat.
"Astaga!"
"Aw, sakit gil*"
"Rasain tuh. Mulut kok ga bisa di filter." Bima.
Opa Faris dan Oma Winda saling berpandangan bahagia jika memang Ale dan Bima telah menyatu dengan begitu mereka berdua sudah benar-benar menerima satu sama lain dan akan terikat lagi.
"Rupanya cucu Oma ini akan segera punya adik ya. Baik-baik nanti sama Adik ya, harus sayang sama adik ya." Ucap Oma Winda pada Keira.
Dan Keira tampak riang mendengar ucapan Oma Winda entah karena mengerti atau hanya sebuah ekspresi bayi kala ada yang mengajaknya berbicara.
Ale memanggil Bima untuk makan malam yang tertunda. Kemudian mereka bertiga menikmati makan malam yang sedikit terlambat di rumah. Suster Yuli pun duduk bersama satu meja dengan mereka. Karena memang sudah terbiasa seperti itu walau terkadang Suster Yuli makan bersama para Bibi di belakang.
Oma Winda memang tidak pernah membeda-bedakan para pekerja nya semua keluarga menurut beliau. Oleh karena itu semua yang bekerja di rumah itu merasa nyaman dan betah.
🌹🌹🌹