(Identitas Tersembunyi) Inarah yang biasa di sapa Nara sudah dari dulu tak mengikuti jejak sang kakak dan sang adik yang masuk pondok pesantren, Nara memilih sekolah di SMA milik sang kakek.
Tak ada yang tau bahwa Nara adalah cucu dari pemilik SMA karena Nara memang tak menyombongkan diri, bahkan Nara yang penampilannya seperti anak pesantren justru menjadi hinaan oleh teman-teman sekolahnya dan jadi korban bullying.
Tapi itu hanya sesaat, ketika Nara sudah lelah berpura-pura menjadi lemah kini taring yang selama ini di sembunyikannya pun keluar juga bahkan membuat para bullying jadi ketakutan.
Ikuti ceritanya Nara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Bel istirahat berbunyi, Nara begitu semangat mendengar waktu istirahat yang di nanti-nantinya dari tadi, Nara segera melenggang keluar dari kelas lalu melangkah menuju kantin sekolah.
Kantin sekolah selalu ramai, Selina dan dua temannya sudah siap menjadi pelayan gratis di kantin hari ini. Di sudut ruang Selina menunggu Nara, selang berapa detik Nara datang ikut mengantri memesan makanan.
Kesempatan itu Selina gunakan untuk menghubungi nomor orang yang selalu mengancamnya, dengan jelas Selina mendengar bunyi dering HP di saku Nara, lalu Selina mematikan sambungan telepon.
Seketika itu HP yang di saku Nara berhenti berbunyi, HP Nara kembali berbunyi ketika Selina kembali menghubungi nomor orang yang mengancamnya, kini Selina yakin bahwa Nara lah orang yang selalu mengancamnya.
"Ohh, jadi selama ini loe orangnya? Dasar karung goni" kata Selina dengan penuh penekanan di depan wajah Nara
Selina memberi kode pada kedua temannya untuk memegang lengan Nara, Sofia dan Salwa bergegas menuruti perintah Selina, keduanya memegang lengan Nara berniat menyeret Nara pergi dari kantin.
Namun Nara justru menendang perut Sofia hingga Sofia meringis kesakitan, lalu Nara meraih kerah seragam Salwa. Mencengkeram dengan kuat, kemudian mendorong Salwa hingga terjengkang ke belakang.
"Sekarang giliran Kak Selin, sini maju kalo berani" kata Nara sembari tersenyum miring kini taring yang tersembunyi keluar
"Shitt!!! Beraninya loe nantangin gue" bentak Selina melangkah maju dengan penuh amarah mendekati Nara
Tangan Selina hendak menarik jilbab yang di pakai Nara, tapi dengan cepat Nara meraih dulu tangan Selina dan memelintirnya ke belakang dengan satu tangan, lalu tangan satunya menjambak rambut Selina.
Hingga Selina mendongak ke atas karena tarikan Nara yang sangat kuat, semua murid yang ada di kantin sontak terkejut dengan aksi Nara barusan, Nara yang terkenal diam ternyata jago bela diri.
"Gimana Kak Selin? Bukankah selama ini Kak Selin selalu sok jagoan"
"Lepasin gue, sakit. Kalian semua tolongin gue, kayaknya ini anak kesambet" teriak Selina tak tahan rambutnya di jambak
Mendengar teriakan Selina, Salwa yang tadi terjengkang ke belakang berjalan dengan cepat hendak menolong Selina, namun Nara yang mengetahuinya langsung menoleh ke arah Salwa dan menatap tajam.
"Kenapa masih kurang sakit terjatuh tadi? Mau nambah lagi?" tanya Nara
Salwa pun melangkah mundur karena takut, niatnya menolong Selina tertunda. Sofia yang melihat perubahan sikap Nara bergidik ngeri, padahal selama ini mereka menganggap Nara murid lemah yang mudah di tindas.
Pertengkaran Nara dan Selina yang terjadi di kantin akhirnya terdengar juga di telinga seluruh guru yang ada di kantor, Pak Andre guru BK yang killer bergegas menuju kantin ingin melihat secara langsung.
"Nara, apa yang kamu lakukan pada Selina?" tanya Pak Andre
Nara yang mendengar suara Pak Andre langsung melepaskan cengkraman tangannya dari rambut Selina, Selina segera berdiri dan dalam hati tersenyum puas karena perlakuan Nara barusan di lihat guru.
"Bapak benar-benar tak menyangka anak seperti kamu yang terkenal pendiam, bisa melakukan tindak tidak terpuji pada Selina"
"Bukan hanya saya, Pak. Sofia dan Salwa juga tadi di tendang dan di dorong dia" aduh Selina memojokkan Nara
"Astaga Nara, besok Bapak minta kamu bawa orang tua kamu buat menemui Bapak. Biar Bapak yang bicara dengan orang tua kamu, ini sudah keterlaluan"
"Ini bukan kesalahan Nara, Pak. Selama ini Selina lah yang sering mengganggu Nara" bela Davin yang kebetulan melihat keributan tadi
"Sudah kamu gak usah belain Nara, Davin" kata Pak Andre lalu melenggang pergi dari kantin
Nara mengepalkan tangannya, terlihat sekali guru begitu pilih kasih membela Selina mentang-mentang Selina anak donatur di sekolah ini, Selina tertawa puas karena berhasil membuat Nara kena marah guru BK.
"Syukurin loe, bawak tu Ayah loe yang cuma penulis novel itu" ejek Selina
"Hahaha, gak bisalah orang Ayahnya di kampung. Disini kan dia tinggal dengan Tantenya, paling kalau tau buat masalah di usir oleh Tantenya" kata Salwa yang tau kalau Nara tinggal dengan Oom dan Tantenya
"Kartu AS kalian masih di tangan aku, aku akan memberikan pada guru agar kalian bertiga di keluarkan dari sekolah" ancam Nara
"Kita gak takut, sebelum itu gue akan rampas rekaman itu dari loe"
Bel pulang berbunyi, sesampai di rumah Nara langsung mencari sosok abinya yang ternyata tengah duduk santai di ruang keluarga bersama uminya, Nara menghambur ke pelukan abinya dengan manja.
"Kenapa, sayang?" tanya Rendi yang merasa heran dengan perilaku sang anak
"Besok Abi ke sekolah Nara, ya" kata Nara
"Ngapain Abi kesana? Apa ada yang ganggu kamu?" tanya Rendi panik
Nara pun mulai menceritakan tentang dirinya yang sebenarnya selama ini di bully di sekolah, karena seragam sekolahnya yang di pakai tampak aneh di mata teman-teman sekolahnya karena seperti anak pesantren.
Awalnya Nara hanya menutup telinga di hina dan di ejek teman-teman sekolahnya, namun kakak kelasnya yang bernama Selina masih terus mengganggu hanya gara-gara Davin berusaha mendekatinya.
Hingga tekad Nara membalas dendam pada Selina dan dua temannya setelah cukup lama terus mengalah, namun puncaknya hari ini justru guru membela Selina bukan dirinya yang jelas-jelas korban bully Selina.
"Astagfirullah, Nara. Umi tidak pernah mengajari kamu untuk main kasar dengan orang lain" kata Erisa yang terkejut dengan cerita sang anak
"Maaf, Umi. Nara lelah di tindas terus-menerus, makanya Nara akhirnya melawan mereka" kata Nara sembari menundukkan kepala
"Gak apa-apa, kali ini Umi maafkan. Tapi kenapa cuma kamu yang di salahkan bukankah anak yang mengganggu kamu selama ini juga salah" kata Erisa yang tak mengerti mengapa hanya sang anak di salahkan
"Dia anak donatur di sekolah milik kakek, jadi dapat perlakuan istimewa dari guru"
"Apa? Padahal kakekmu tidak pernah membedakan anak orang kaya dengan anak orang miskin, kenapa guru seperti itu?"
Erisa semakin terkejut mendengar jawaban dari sang anak, sang ayah memang jarang mengecek situasi sekolah namun justru begitu perlakuan guru-guru pada murid yang di anggap anak orang kaya.
"Baiklah besok Abi ke sekolahmu, kamu jangan khawatir kita hadapi sama-sama. Jangan beritahu kakekmu, Abi tidak mau memperlihatkan kekuasaan kita"
Nara bersyukur abinya tidak marah sama sekali dengannya, bahkan abinya tampak bijak menanggapi masalah yang di perbuat Nara, uminya juga sama hanya mungkin sedikit kecewa atas perlakuan kasarnya.
Kemudian Nara pamit ke kamar hendak istirahat dan mengganti seragam sekolahnya, Nara ingin memikirkan kembali cara membuat Selina mati kutu.
kalau di dunia nyata ya langsung sdh ambil tindakan berurusan dgn pihak yang berwajib.