Medeline Arcela Forza, dijual oleh Kakak tirinya di sebuah tempat judi. Karena hal itu pula, semesta kembali mempertemukannya dengan Javier Antonie Gladwin.
Javier langsung mengenali Elin saat pertemuan mereka yang tak disengaja, tapi Elin tidak mengingat bahwa dia pernah mengenal Javier sebelumnya.
Hidup Elin berubah, termasuk perasaannya pada Javier yang telah membebaskannya dari tempat perjudian.
Elin sadar bahwa lambat laun dia mulai menyukai Javier, tapi Javier tidak mau perasaan Elin berlarut-larut kepadanya meski kebersamaan mereka adalah suatu hal yang sengaja diciptakan oleh Javier, karena bagi Javier, Elin hanya sebatas teman tidurnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Menyelidiki lebih jauh (Author POV)
Setelah menata perasaan dan kembali bersiap, Elin dan Javier check out dari Hotel dan kembali ke Rumah Sakit.
"Elin ..."
Sebuah panggilan, membuat Elin mengadahkan wajah dan mendapati seorang wanita paruh baya yang masih cantik diusia yang tak muda lagi. Dia adalah Elara, ibu kandung Javier.
"Kau benar-benar tumbuh menjadi gadis yang cantik, Elin." Elara membelai wajah Elin yang masih tampak kebingungan karena tidak mengingat siapa wanita itu.
"Ini ibuku, Elin." Javier akhirnya bersuara dan disitulah Elin tersadar akan siapa yang berbicara padanya saat ini.
"Terima kasih, maaf aku tidak mengingat Anda, Nyonya." Elin tersenyum sungkan.
Elara ikut mengulas senyuman lembutnya. "Tak apa, Sayang. Bibi sudah mendengar semuanya dari Javier," katanya memahami.
"Apa nyonya mau menjenguk Ibu saya?"
"Elin ..." tegur Elara. "Jangan memanggilku begitu, please," pintanya.
Elin menunduk sungkan, hingga Elara tertawa pelan melihatnya.
"Panggil aku dengan sebutan bibi."
Dan Javier hanya diam memperhatikan interaksi antara kedua perempuan berbeda usia tersebut.
"Apakah dulu saya memanggil Nyonya dengan sebutan bibi juga?" tanya Elin ingin memastikan, ia takut jika ia kembali melewati batasannya.
"Ya, karena sejak dulu kau sudah seperti anak bagiku. Jika perlu panggil aku ibu," kata Elara tampak serius.
"Aku tidak mungkin melakukannya, Bibi," jawab Elin yang akhirnya berbicara non formal.
Elara tertawa sekarang. "Itu tak masalah, kau bisa memanggilku ibu jika kau mau menikah dengan Javier," pungkasnya disertai tawa diujung kalimat.
"Bu ..." tegur Javier, ia tak suka ibunya berbicara asal seperti itu.
Sementara Elin tampak kikuk karena pembahasan yang dibicarakan oleh ibu kandung Javier tersebut.
"Kak Javier tidak suka padaku, Bi, jadi dia tidak mungkin mau menikah denganku," sahut Elin dalam hatinya.
Elin juga terkejut karena ternyata ibu Javier tidak mempermasalahkan kesenjangan sosial diantara mereka, justru wanita anggun dan bersahaja itu tampak sangat menyukai Elin. Entahlah.
"Sebaiknya ibu segera melihat keadaan Bibi Arbei. Beliau masih di ICU, kami akan menunggu didepan ruangannya saja ya, Bu." Javier berbicara sambil menatap ibunya, dalam tatapan itu Elara tau jika Javier ingin menghindari pembahasan ini.
Tak ingin mendebat putranya, Elara mengangguk dan kemudian mereka pun mulai berjalan menuju letak ruangan dimana ibu Elin di rawat.
"Ibu masuk dulu ya. Kalian disini saja."
Elin mengangguk diikuti oleh Javier yang melakukan tindakan serupa. Keduanya mendudukkan diri di kursi tunggu yang ada disana.
Sebenarnya Elin masih merasa amat canggung jika mengingat apa yang sempat terjadi diantara dirinya dan Javier pagi tadi di kamar hotel, tetapi melihat sikap Javier yang seperti tak terjadi apapun membuat Elin ikut berusaha untuk bersikap biasa saja.
"Kau tidak bekerja, Kak?" tanya Elin akhirnya.
"Aku akan ke kantor nanti."
"Kau membuat Jack repot karena dia harus mengerjakan pekerjaanmu," gumam Elin dan itu masih terdengar ditelinga Javier.
"Kau bilang apa?" tanya Javier berlagak tak tau. Ia tertawa sumbang sekilas. "Dengar Elin, Jack itu asistenku dan sudah tugasnya menggantikan ku, jadi jangan terlalu mengkhawatirkannya," tekan Javier. Ia tidak suka jika Elin terlihat memikirkan Jack kembali. Apa yang terjadi diantara mereka pagi tadi masih tidak bisa membuat Elin melupakan asistennya itu?
"Sorry, aku terlalu ikut campur," kata Elin mengendikkan bahunya.
Javier hanya mendengkus pelan mendengarnya. Dimata Elin, Javier tidak senang karena perkataannya yang seakan mencampuri urusan pekerjaan Javier. Tapi dimata Javier, dia bukan marah karena hal itu melainkan karena Elin kembali membawa-bawa nama Jack ditengah-tengah pembicaraan mereka.
...***...
Elara melihat keadaan Arbei yang tampak memprihatinkan. Mata wanita itu terkadang menutup lalu terbuka hanya beberapa saat.
"Arbei, ini aku Elara. Apa kau mengingatku? Maaf aku baru datang menjengukmu."
Arbei berusaha fokus menatap dengan susah payah, ia sadar bahwa yang mengunjunginya saat ini adalah mantan majikannya.
"Ny--nyonya?"
Elara mematut senyum sendu pada Arbei yang ternyata masih mengingatnya.
"Aku tidak tau kau sakit keras. Maafkan aku ya."
Arbei tampak mengangguk samar. "Terima kasih, Nyonya," ucapnya terdengar kepayahan.
"Jujur, aku pikir kau akan hidup bahagia setelah keluar dari Mansionku. Aku tidak tau kau menjadi seperti ini," kata Elara dengan nada penuh penyesalan.
Setelah mengetahui jika Javier kembali bertemu dengan Elin, serta mendengar jika Elin tidak mengenali putranya, Elara berusaha mencari tau apa yang terjadi dan sempat menimpa Arbei dan putrinya, Elin.
Setelah mendapatkan info yang ingin diketahuinya, kini Elara sudah mengetahui duduk permasalahannya.
Dulu, tepatnya sekitar 20 tahun yang lalu, Arbei mengaku hamil karena kekasihnya. Waktu itu, Arbei masih bekerja sebagai pelayan di kediaman Gladwin, nama besar keluarga Javier.
Keadaan Arbei yang hamil tanpa suami, tetap diterima oleh keluarga itu mengingat kebaikan dan pengabdian Arbei selama bekerja disana. Namun, yang paling disayangkan oleh Elara saat itu ialah ia tidak mencari tau siapa pria yang menjadi kekasih pelayannya karena waktu itu ia menganggap jika itu adalah urusan pribadi Arbei.
Namun kini, setelah ia mencari tau segalanya mengenai Arbei dan Elin, ia mulai mengetahui satu hal bahwa dulu Arbei berhubungan dengan suami orang lain yang akhirnya tidak mau bertanggung jawab akan kehamilan wanita itu.
Yang baru Elara ketahui juga adalah Arbei yang polos tidak pernah tau jika pria yang berkencan dengannya adalah suami orang, hingga akhirnya Arbei membesarkan Elin sendiri sebagai ibu tunggal sembari menjadi pelayan dikediamannya.
Beberapa tahun kemudian, Arbei mengundurkan diri dari kediaman Elara dengan alasan akan pindah ke kota lain untuk mengikuti calon suaminya. Ya, dia mengatakan akan menikah dengan seorang duda--yang kini baru diketahui Elara jika pria itu adalah pria yang sama dengan mantan kekasihnya dulu, Demian. Dia adalah ayah biologis Elin.
"Aku baru tau jika kau menikah dengan Demian setelah dia menjadi duda," batin Elara yang tidak mungkin mengutarakan hal itu saat kondisi Arbei seperti saat ini.
Elara menyimpulkan jika Arbei benar-benar mencintai pria itu, hingga akhirnya kembali ke sisi Demian setelah sang pria menjadi duda.
Demian adalah ayah Liam, sehingga Arbei dan Demian menikah dengan membawa anak mereka masing-masing.
Jadi, sebenarnya Elin dan Liam itu satu ayah, namun mereka berbeda ibu.
Liam tau mengenai itu, dan itu pula yang membuat Liam sangat membenci Arbei dan Elin karena dia mengira jika Arbei adalah duri dalam rumah tangga kedua orangtuanya.
Padahal, dulunya Arbei yang tertipu oleh Demian dan tidak tau jika pria itu sudah beristri.
Saat mengetahuinya, semua sudah terlanjur. Arbei telah hamil. Kendati demikian, ia tidak memaksa Demian untuk bertanggung jawab. Hingga mereka pun tidak melanjutkan hubungan meski saat itu Arbei tengah mengandung Elin didalam rahimnya.
Bertahun-tahun berlalu, mereka kembali bersama setelah istri pertama Demian benar-benar sudah meninggal.
Namun dimata Liam, Arbei tetaplah seorang wanita ja-lang yang menjajakan tubuh kepada mendiang Ayahnya.
"Aku berharap kau segera pulih, Arbei." Elara melupakan pemikirannya tentang masa lalu sang pelayan. Kini ia harus membantu Arbei untuk bersemangat hidup lagi, setelah ditinggal Demian untuk selama-lamanya.
"Thank you, Nyonya," jawab Arbei pelan.
Elara tidak menyangka jika Arbei akan mengalami kesakitan separah ini, tapi setelah menyelidiki lebih lanjut, Elara jadi mencurigai Liam yang menjadi dalang dari semuanya. Entahlah, Elara belum menemukan bukti yang akurat terkait kecurigaannya.
Setelah berbincang hangat satu sama lain, Elara pun keluar dari ruang perawatan dimana Arbei terbujur lemah. Dalam hati, ia sedikit miris dengan apa yang menimpa Arbei dan Elin.
Ah iya, Elara juga sudah mengetahui bahwa Javier menemukan Elin di salah satu tempat perjudian dimana Elin dijual oleh Liam disana.
"Bibi tidak mau kau bernasib seperti ibumu, Elin. Bibi mau kau hidup lebih baik karena kau sudah terlalu menderita selama ini," tekad Elara didalam hatinya. Ia takut Elin jatuh pada pria yang salah seperti Arbei muda yang dulu sangat polos. Apalagi Elara dapat melihat jika Elin tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.
"Ibu?" Javier menghampiri Elara yang tampak mematung didepan ruangan yang baru dimasuki wanita itu.
"Ehm, ya?" Elara menoleh pada putranya lalu tersenyum sendu. "Mana Elin?" tanyanya kemudian.
"Dia di toilet," jawab Javier. "Bagaimana keadaan Bibi Arbei, Bu?" tanyanya.
Elara menggeleng lemah. "Javier, ibu mau bicara padamu setelah ini," tuturnya.
"Mengenai apa?"
"Soal Elin."
"Ada apa dengannya, Bu?" tanya Javier lagi.
"Ibu sangat prihatin dengan hidup Elin. Dia terlunta-lunta tanpa ibunya, hingga harus mendapat siksaan fisik dari kakaknya. Apa kau tau mengenai hal itu? Ibu juga sudah tau jika kau menemukan dia di sebuah Kasino."
Javier diam atas pernyataan sang ibu, ia yakin ibunya sudah mencari tau mengenai hal ini lebih jauh dan detail.
"Lalu?" tanya Javier berlagak tak acuh.
"Ibu tidak mau Elin jatuh pada orang yang salah, Jav. Ibu tidak mau Elin tersakiti. Ibu mau dia benar-benar bersama orang yang tepat."
"Dia akan aman bersamaku, Bu," jawab Javier yakin.
"Tidak," protes Elara. "Dia tidak akan aman bersamamu karena ibu takut justru kau yang menyakitinya nanti," pungkasnya menatap ke dalam mata sang putra.
...Bersambung ......
Dukung karya ini dengan like, subscribe, tinggalkan komentar dan berikan vote serta hadiah biar othor semangat ngetik setiap harinya❤️❤️❤️❤️❤️❤️