Kiara terpaksa menikahi Orion karena satu tujuan yaitu untuk balas dendam. Dirinya merasa dipermainkan oleh Leonard Arven Hadinata, anak sulung sebuah keluarga konglomerat Hadinata. Kiara dan Leo sudah menjalin hubungan cukup lama dan dijanjikan akan dinikahi suatu hari nanti. Namun sang pria justru menghilang tanpa satu alasan. Kiara hingga merasa sedih dan kecewa.
Kiara melakukan sebuah pernikahan kontrak dengan Orion Alaric Hadinata, sang putra tidak sah alias anak haram Hadinata. Dari Aditya Pramana Hadinata, sang kepala keluarga dengan seorang wanita yang tak diketahui siapapun. Sekaligus adik tiri dari sang putra sah yaitu Leonard.
Orion menyetujui pernikahan itu karena ia juga ingin menghancurkan keluarga yang selama ini merawatnya dari kecil. Juga untuk mencari tau dimana keberadaan ibu kandungnya sekarang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NABABY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dinas luar kota
Kiara dengan semangat membawa pulang perlengkapan mendaki gunung yang dipinjamnya dari paman koki. Mulai dari ransel, jaket gunung, headlamp, dan juga trekking pole.
Kiara menggenggam erat ransel yang berkapasitas antara dua puluh lima sampai tiga puluh liter tersebut. Matanya berbinar bahagia karena besok lusa dirinya akan pergi ke Dieng. Tempat dimana gunung Prau yang ingin ia daki berada.
Orion yang duduk disampingnya sesekali memperhatikan, melihat betapa senangnya Kiara.
"Kau sungguh ingin mendaki gunung ya." Orion kembali melihat ke jalanan dengan kedua tangannya masih kokoh memegang kemudi.
Kiara mengangguk. Dia hanya bisa tersenyum sambil cekikikan seperti seorang anak yang ingin dibawa untuk bermain ke kebun binatang atau taman hiburan. Orion juga tertawa kecil. Dia tak tau jika Kiara memiliki sisi yang kekanakan seperti ini. Namun dia tak mau mengganggu kebahagiaan istrinya. Sekarang dia hanya perlu memberi ruang untuk Kiara menjadi dirinya sendiri, sedangkan dia hanya perlu fokus mengemudi untuk pulang ke rumah.
Mobil memasuki area parkir depan rumah. Orion dan Kiara segera keluar. Kiara langsung mengeluarkan beberapa barang yang ia taruh di kursi belakang, lalu membawanya masuk ke rumah tanpa memperdulikan Orion.
"Kau sungguh bersemangat malam ini."Celetuknya sambil mengikuti Kiara masuk dalam rumah.
Setelah mereka masuk rumah dan menyalakan lampu, Kiara menaruh barang-barang yang ia pinjam di sofa.
"Kau sungguh akan naik gunung sendirian?" Orion melihat barang-barang tersebut sebelum mengalihkan pandangannya pada Kiara.
"Tentu dong. Tenang saja, aku tidak akan menyusahkanmu. Lagipula kamu disana selama satu minggu kan? Setidaknya aku punya kesibukan."
"Tapi mendaki gunung sendiri itu bahaya. Apalagi ini akhir tahun. Kau tidak takut ada badai disana?" Orion duduk di sofa masih memperhatikan Kiara.
Kiara diam sejenak. Apa yang dibilang Orion benar. Namun dia teringat jika itu hanyalah gunung Prau. Gunung yang ketinggiannya tak lebih dari tiga ribu MDPL. Lagipula, dia juga pernah kesana saat waktu kuliah bersama dengan teman-temannya dulu.
"Tenang. Aku pernah mendaki gunung itu kok. Jadi, aku sudah tau medannya bagaimana. Lagipula gunung itu ramai pendaki. Pasti aku dapat teman saat perjalanan." Kiara mengacungkan jempolnya.
Orion mencoba percaya. Namun rasa khawatirnya masih terbesit sedikit.
"Baiklah, jika kamu yakin. Ingat, kita akan pergi selama satu minggu. Jadi, bawa pakaian ganti yang lengkap ya. Aku tidak mau ada rewelan darimu karena baju gantimu habis."
"Siap bos." Kiara memberi hormat ala-ala membuat Orion gemas dibuatnya.
Malam itu mereka mengobrol cukup lama. Setelah Kiara sembuh dari sakit, mereka memang jarang mengobrol seperti ini lagi. Akibat Orion cuti satu hari untuk merawat Kiara, sehingga pekerjaan Orion di kantor menjadi menumpuk. Hingga dalam dua hari Orion harus lembur dan tak bisa menjemput Kiara.
......................
D-day, alias hari H telah tiba. Orion dengan pelan membawa satu koper menuruni tangga. Ia melihat barang-barang milik Kiara sudah tersusun rapi di ruang tamu dan melihat Kiara yang ada di dapur memasak seperti biasanya. Orion dengan sengaja menempelkan kopernya pada koper Kiara dengan wajah tersenyum. Ia melihat kedua koper itu sejenak sebelum menghampiri Kiara.
"Kau masak apa hari ini rekan?" Orion datang menuju kulkas untuk mengambil air.
"Aku buat sandwich daging dan sayur. Sandwichnya segera siap. Kamu tunggu sebentar lagi ya." Kiara terlihat begitu sibuk saat menyusun sandwich tersebut.
"Mau aku bantu?" Orion datang berdiri tepat disamping Kiara hingga perbedaan ukuran diantara mereka terlihat begitu jelas.
Kiara mendongak melihat Orion. Tubuhnya terlalu dekat membuat Kiara sedikit terintimidasi dengan tinggi badan Orion yang menjulang tinggi.
"Kau duduk saja disana." Kiara mendorong tubuh Orion menjauh darinya.
Orion terkekeh pelan, lalu dirinya menuruti keinginan istrinya yang terlihat begitu mungil dimatanya.
Setelah sandwich siap, mereka segera sarapan bersama. Didalamnya tak ada obrolan yang spesial. Mereka hanya membicarakan hal biasa seperti bagaimana pekerjaan Orion disana, lalu membahas kedai Kiara saat ia tinggal selama satu minggu.
Keduanya selesai dan membersihkan dapur bersama yang akan ia tinggal satu minggu ini. Setelah mengecek ulang semua peralatan dan pintu, akhirnya mereka berangkat menuju kantor Orion untuk berpindah menuju mobil dinas yang akan mereka naiki.
......................
Mata Kiara menatap tajam pada Leo yang sudah berdiri dihadapan mereka. Meski ingatan keduanya masih segar akan kejadian malam tersebut, tapi keduanya menganggap hal itu tak pernah terjadi. Begitu juga dengan Orion. Mereka bertiga memilih untuk bersikap profesional.
"Orion ini adalah Sarah, orang yang akan membantumu selama dinas selama satu minggu ini. Dan ini adalah Darma, supir yang akan siap mengantarmu kemana saja." Leo memperkenalkan kedua orang yang akan menjadi asisten pribadi Orion selama satu minggu kedepan.
"Halo pak, nama saya Sarah. Mohon bantuannya selama satu minggu ini." Sarah menjabat tangan Orion.
"Saya Orion, semoga kita bisa bekerjasama dengan baik." Balas Orion formal.
Sarah tersenyum lebar. Dandanannya yang begitu mencolok membuat Kiara terlihat risih. Bahkan rok yang dipakai Sarah terlihat begitu pendek dimata Kiara. Rok span pendek diatas lutut dan memakai stocking ketat. Tanpa sadar Kiara menaikkan alisnya melihat penampilan wanita tersebut.
"Aku adalah istri Orion. Salam kenal." Kiara langsung menjabat tangan Sarah.
"Oh, istri pak Orion ya. Saya Sarah. Salam kenal." Sarah tersenyum formal meski dipaksakan.
Kedua wanita itu langsung adu senyum dan masih menjabat tangan satu sama lain. Membuat Orion kebingungan.
"Kiara?" Suara Orion membuat Kiara langsung melepaskan jabatan tangannya dengan Sarah.
Tak diduga, Kiara langsung menggandeng tangan Orion. Tak hanya itu saja, Kiara langsung menggelayuti Orion manja. Orion terkejut dengan tingkah Kiara. Karena baru pertama kali ini Kiara bertingkah aneh seperti ini.
"Ayo sayang, kita segera masuk mobil." Kiara membawa Orion menuju mobil yang sudah disediakan perusahaan untuk mereka. Meninggalkan yang lainnya.
Leo yang sedari tadi memperhatikan hanya bisa menatap nanar. Ia masih tak mampu berbicara dengan Kiara. Setelah kejadian itu, Leo berusaha menghubungi Kiara mulai dadi menelfon, mengirim chat, bahkan mengirim pesan lewat DM media sosial Kiara, namun tak ada tanggapan dari sang wanita.
Setelah semua barang sudah siap, mereka berangkat. Namun, terjadi sedikit perselisihan mengenai tempat duduk.
"Aku mau duduk disamping suamiku." Kiara masih erat menggandeng lengan Orion.
"Tapi saya tidak biasa duduk di depan. Apalagi ini perjalanan jauh. Saya takut jika mabuk perjalanan." Sarah sedikit memelas.
Orion menghela nafas. Lalu melepas gandengan Kiara.
"Kiara, kau duduk dibelakang bersama Sarah ya, biar aku yang duduk didepan, okay?" Orion mencoba memberi pengertian pada Kiara yang entah mengapa dari tadi merajuk seperti anak kecil.
Kiara dengan berat hati mengangguk meski dengan cemberut. Orion mengelus kepala Kiara pelan. Lalu masuk duduk kursi penumpang depan. Sedangkan Kiara dan Sarah duduk di kursi belakang. Bahkan posisi duduk mereka saling berjauhan.