NovelToon NovelToon
Misteri 7 Sumur

Misteri 7 Sumur

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Mata Batin / Hantu
Popularitas:684
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Setelah mendapatkan air sumur pertama, kedua, ketiga, keempat , kelima, dan keenam, tinggal ketujuh....konon di sumur inilah telah banyak yang hanya tinggal nama.....mengerikan !

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XXVIII BATU HITAM

    Burung-burung itu kemudian mendekati sebuah pohon anggur, dan hinggap lah di sana. Ketiga orang itu mengawasi gerak gerik burung dengan seksama, lalu dari kelima burung itu terdapat 1 burung yang yang di lehernya seperti memakai kalung, bulunya hitam membentuk seperti sebuah kalung.

"Saya curiga dengan burung yang lehernya seperti memakai kalung kek," kata Sabdo dengan suara lirih.

"Tunggu saja apa yang akan terjadi nanti ki Sanak.

Lalu sambil mengamati burung-burung itu, dugaan Sabdo benar juga. Saat matahari suah tenggelam, ketiga orang itu masih duduk di dangau tersebut, sementara orang-orang yang berteduh tadi sudah pada pulang, hanya mereka bertiga. Di pohon anggur itu, burung yang dicurigai tadi menyembunyikan kepalanya di sayap sebelah kiri, lalu dari tubuh burung itu, keluar asap tipis dan asap itu semakin banyak semakin menutupi tubuhnya. Kurang lebih seperti minum secangkir kopi lamanya, asap itu berubah menjadi gumpalan dan gumpalan itu membentuk sosok tubuh manusia. Beberapa saat kemudian, sosok itu benar-benar berwujud manusia, ia menjelma sebagai seorang wanita dengan memakai kebaya putih dengan sebuah selendang tergerai di bahunya, dengan kostum layaknya seorang juru kawi, wanita itu berjalan dan anehnya tidak menapak tanah.

Wanita itu berjalan menuju sebatang pohon pisang yang tumbuh berdiri sendiri tak seperti pohon pisang lainnya. Lalu sosok wanita itu memandang sekeliling dan mulai menyanyikan sebuah syair yang berisi sebuah kematian. Sementara ketiga orang di dangau itu, kini sudah berpindah mengikuti wanita itu tanpa sepengetahuannya.

Dari balik tempat tersembunyi, ketiga orang itu sangat jelas melihat gerak gerik wanita jelmaan tadi. Ketiganya secara seksama melihat dengan detail setiap perubahan wanita itu. Setelah mengumandang sebuah syair tadi, tubuh wanita itu berubah menjadi seekor babi, lalu babi itu lari dengan kencang menyelusuri jalan-jalan kampung. Sabdo dan Lengser masih berada di tempat persembunyian, sementara kakek Palon mengikuti babi tadi.

"Ada sekelebat bayangan mengikuti babi itu kek, siapa dia ?" tanya Sabdo kepada kakek Palon.

Namun kakek Palon tidak menjawab, tubuhnya diam dengan mata memandang ke depan. Sabdo dan Lengser tidak mengetahui saat kakek Palon keluar dari jasadnya. Sementara babi tadi berdiri sejenak bila berada di depan rumah yang seperti orang kaya. Kakek Palon hanya mengawasi saja dari balik sudut rumah, tentu saja bukan wujud nyata kakek Palon, tapi sukmanya.

Setelan beberapa waktu, tepat tengah malam, babi itu kembali ke tempat semula, lalu berubah menjadi wanita kebaya, dan wanita kebaya itu berubah menjadi burung merpati berkalung bulu hitam. Kemudian burung itu pergi dengan terbang menembus gelapnya malam. Sementara kakek Palon sudah kembali ke jasadnya.

"Sebaiknya ke dangau lagi ki sanak, di sini pasti nanti esok hari akan banyak warga kehilangan sebagian hartanya," ujar kakek Palon sambil melangkah meninggalkan tempat itu.

Mereka akhirnya kembali ke dangau di sebuah kolam di pinggir tanah pekarangan. Mereka tertidur di situ hingga pagi hari.

Pada pagi harinya, di kampung yang biasanya damai dan penuh kesejahteraan itu, kini menjadi sebuah tempat orang-orang yang ribut atas kehilangan sebagian harta bendanya. Banyak di antara mereka terutama ibu-ibu yang menangis kehilangan berbagai perhiasan, juga menangis karena kehilangan uang, juga menangis karena kehilangan buat belanja hari ini dan esok harinya. Banyak juga bapak-bapak yang marah dan emosi atas semua yang terjadi.

Kakek Palon dan kedua sahabatnya itu, Sabdo dan Lengser, akhirnya memasuki kampung itu.

"Apa yang mereka ributkan ki sanak ?" tanya kakek Palon kepada seorang warga.

"Banyak yang merasa kehilangan harta bendanya kek, padahal kemarin masih aman-aman saja," ujar orang itu.

"Hmmm...kasihan mereka, sebaiknya nanti malam harus ada yang menjadi penjaga kampung, minimalnya ronda, sya ingin menemui kepala dusun di sini," kata kakek Palon.

Akhirnya mereka dibawa menuju sebuah rumah yang terletak di ujung dusun, rumah itu berbentuk sebuah joglo, rumah besar itu terdapat sebuah bangunan berbentuk limas yang berhias taman. Tampak seseorang sedang berdiri memandang sangkar burung perkutut. Ia merupakan sosok kepala Dusun yang berwibawa.

"Permisi ki Suba....ada tamu...mau menemui anda," kata salah satu warga yang mengantar kakek Palon dan kawan-kawannya.

"Hmmmm....silahkan ki sanak, kita duduk di sana saja," jawab ki Suba sambil mengajak mereka ke bangunan limas.

Setelah duduk bersama di bangunan limas, mereka membicarakan atas kejadian semalam.

"Saya baru mendengar hal itu ki sanak," ujar ki Suba.

"Jadi ceritanya begini ki, semalam itu ada wanita jadi-jadian dan berubah wujud babi, lalu babi itu berjalan di setiap gang, dan setiap menjumpai rumah sedikit mewah, babi itu berhenti beberapa saat lalu pergi lagi dan begitu seterusnya," jelas kakek Palon.

"Ya.....itu berarti babi ngepet kek, harus kita tangkap sesegera mungkin, jangan sampai ia lolos nantinya," kata ki Suba sambil berdiri.

Beberapa saat kemudian, muncul seorang wanita membawa sebuah baki berisi minuman dan diikuti seorang pria membawa keranjang buah, lalu meletakkan di hadapan mereka. Ki Suba mempersilahkan tamunya untuk menikmati sajian tersebut.

Sambil menikmati hidangan mereka kembali membahas masalah tadi.

"Bagaimana seandainya mulai nanti malam kita adakan ronda saja ki," usul warga yang mengantar tadi, ki Harja namanya.

"Baik, nanti ki Harja undang beberapa ketua blok untuk rapat di sini, habis lohor saja," kata ki Suba.

"Baik ki, nanti saya sampaikan kepada ketua blok," jawab ki Harja.

Akhirnya mereka bersepakat bahwa nanti malam mulai diadakan ronda. Sementara siang itu kakek Palon dan Sabdo juga Lengser masih berada di situ.

Tepat habis lohor, para ketua blok berkumpul di bangunan limas itu, mereka terdiri dari 5 orang, tubuh mereka hampir sama, tegap dan kuat. Mereka adalah Suma, Dala , Matra, Jaka dan Harja.

"Begini ....semalam kampung kita jebol oleh babi ngepet, sebagian harta mereka hilang, ada perhiasan, uang dan simpanan lain, jadi saya undang kalian di sini supaya mulai nanti malam, kalian bentuk petugas ronda, silahkan atur saja caranya sendiri," kata ki Suba.

"Iya ki, banyak yang merasa kehilangan ki, nanti kita urus dan kita bentuk kerja ronda," jawab ki Dala.

"Nanti setiap penjaga ronda harus bawa batu hitam, maksudnya adalah untuk menjaga rahasia si pelempar batu itu," kata kakek Palon.

Setelah semuanya berjalan dengan lancar, mereka sambil menikmati hidangan itu, lalu masing-masing pulang dan mengumpulkan warga tiap blok nya dalam rangka melakukan ronda. Semua diberi tugas masing-masing secara bergilir, dan mulai dijalankan nanti malam.

Pada malam harinya, semua sudah dipersiapkan, setiap sudut kampung dijaga dan dipantau setiap beberapa saat oleh petugas keliling. Namun malam itu sia-sia yang di dapat, malam itu tidak terjadi apa-apa.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!