Gea Arunika tidak menyangka pernikahannya yang semula baik-baik saja tiba-tiba jadi rusak setelah kehadiran seorang wanita yang katanya adik dari suaminya bernama Selena.
Namun, setelah diamati tiap harinya, tingkah David dan Selena tidak seperti adik dan kakak melainkan seperti pasangan suami istri.
Hingga pada akhirnya Gea tahu, kalau dirinya adalah istri kedua dan Selena adalah istri pertama suaminya.
Rasa sakit itu semakin bertambah ketika tak sengaja mendengar obrolan mereka yang akan membawa pergi anak yang dikandungnya setelah ia melahirkan.
Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya?
ikuti ceritanya terus ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 - Fakta tentang Gaza
Makan malam keluarga di malam itu terasa sangat mencekam. Hanya ada suara dari sendok yang beradu dengan piring saja tanpa ada suara mulut yang saling berbicara. Biasanya David selalu mengajaknya bicara, tapi kali ini laki-laki itu hanya diam saja. Begitu juga dengan Tamara yang biasanya cerewet.
Selesai makan malam, Tamara dan Tuan Giandratama pergi menuju ruang keluarga. Mereka menyempatkan diri untuk bermain bersama cucunya sebelum Alwin tidur.
Beda halnya dengan David yang memilih untuk duduk di pinggiran kolam sambil menggerakkan kakinya di sana. Tatapan matanya menatap lurus ke depan. Entah apa yang dipikirkannya. Tapi sepertinya sangat serius hingga tak sadar Selena sudah ada di sampingnya.
"Mas, kenapa?" tanya Selena.
David menoleh dan menatap Selena. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut laki-laki itu.
"Hari ini sepertinya suasana hati Mas sangat buruk sekali. Aku jadi merasa ini bukanlah mas yang aku kenal. Mas bahkan tak menyapaku sejak pertengkaran kita tadi."
"Maaf, aku hanya lelah Sel," jawab David.
Selena lalu menyandarkan kepalanya di bahu sang suami. Ia meraih tangan David kemudian menggenggam nya erat.
"Maaf ya Mas, karena tadi aku ikut buat Mas kesal juga," ucap Selena.
David mengangguk kemudian mengelus pelan kepala Selena.
"Gaza bukan hanya membuatku kesal karena tahu rahasiaku, tapi dia juga jadi sainganku untuk merebut hati investor. Karena itulah suasana hatiku sangat buruk. Apalagi dua hari ke depan ada pertemuan dengan investor untuk yang kedua kalinya. Kami diminta untuk mempresentasikan desain gedung hotel di depan investor."
Akhirnya David menceritakan masalahnya pada Selena.
"Huh! Sabotase saja desain milik Gaza itu Mas. Supaya dia tidak bisa mempresentasikan apapun di depan investor! Aku jadi geram sendiri karena dia. Seperti apa sih orangnya Mas? Aku jadi penasaran. Kenapa juga si Gea bisa berteman dengan orang seperti Gaza? Kalau dia bisa saingan dengan Mas. Itu artinya dia pun bukan orang sembarangan."
Mendengar ucapan Selena itu. Ide jahat pun muncul di kepala David. Benar, jika ia ingin menang. Jalan pintasnya adalah menghancurkan milik lawan.
David langsung mencium bibir Selena karena berkat istrinya itu, ia bisa mendapatkan ide.
"Makasih ya sayang. Berkat ucapanmu barusan. Aku jadi ada ide."
Selena tersenyum senang kemudian mencium bibir David. Ciuman keduanya terjadi hingga nafas keduanya memburu.
"Kita lanjut di kamar," ucap David kemudian menggendong Selena ala bridal style ke dalam kamar.
*
*
"Akhirnya selesai juga desainnya. Semoga investor akan memilih desain hotel dari pihak aku," ucap Gaza setelah menyelesaikan desain hotelnya.
Laki-laki itu menghentikan pekerjaannya dan keluar dari kamar. Ia pergi ke dapur untuk mengambil minuman dingin dan buah-buahan untuk dimakan.
Gaza duduk di ruang keluarga sambil menyalakan televisi.
Tak lama kemudian, Mama Hani datang dan ikut duduk di samping Gaza. Ia merasa heran dengan anaknya yang keluar malam-malam kemudian menonton televisi.
"Kamu kenapa malam-malam belum tidur?" tanya Mama Hani.
"Mama juga belum tidur kenapa?"
Bukannya menjawab Gaza malah bertanya balik ke mamanya.
"Mama haus. Makanya bangun terus keluar kamar. Tapi, melihat lampu ruang keluarga menyala dan ada suara-suara televisi mama jadi penasaran. Makanya mama tidak langsung kembali ke kamar malah pergi kesini."
"Aku baru selesai kerja ma. Cape pengen lihat hiburan. Jadi ya nonton televisi saja," jawab Gaza.
"Harusnya kamu tuh tidur Ga. Kalau jam segini belum tidur. Nanti paginya kamu nggak semangat karena ngantuk," ucap Mama Hani menasehati.
"Gaza nonton televisi karena belum ngantuk Ma. Kalau sudah ngantuk mah, abis selesai gambar, Gaza juga pasti langsung tidur."
"Memang kamu tuh susah banget kalau dibilangin. Persis papa kamu banget. Mama kembali ke kamar dulu. Nanti papa kebingungan cari mama kalau mama nggak ada di sampingnya. Kalau sudah ngantuk, tidur! Jangan dipaksa buat melek terus."
"Iya mama."
Mama Hani pun beranjak dari sana dan pergi ke kamarnya.
Sambil menonton televisi, Gaza memainkan ponselnya sambil memantau apakah Gea sudah tidur atau belum. Rupanya wanita itu masih online.
Gaza pun memberanikan diri untuk memberi pesan lebih dulu.
^^^Kenapa belum tidur? ^^^
Aku masih menunggu kue terakhir matang. Makanya belum tidur. Kamu sendiri kenapa belum tidur?
^^^Aku juga baru selesai bekerja. ^^^
Memangnya kamu kerja apa sih Ga? Kok sampai malam begini?
^^^Cuma gambar bangunan. ^^^
Oh, begitu. Tidurlah kalau sudah selesai mah. Jaga kesehatan itu penting Ga.
^^^Iya, Ge. Kamu juga. ^^^
Gaza meletakkan ponselnya selesai berbalas pesan dengan Gea. Sampai saat ini, Gea tidak tahu kalau Gaza adalah anak dari orang kaya. Yang Gea tahu, Gaza memang ambil kuliah dan bekerja di Jakarta serta orang tua Gaza yang tinggal disana. Karena dari jaman SD sampai SMA, Gaza tinggal di kampung bersama neneknya. Selama itu juga, orang tua Gaza tak pernah terlihat mengunjungi rumah nenek Gaza. Karena seringnya, Gaza dan nenek lah yang berkunjung ke Jakarta.
Entah bagaimana reaksi Gea nantinya ketika wanita itu berkunjung ke Jakarta. Gaza bahkan tak bisa membayangkannya. Bukan tanpa alasan ia menyembunyikan semuanya. Ia hanya ingin bisa dekat dengan Gea tanpa Gea harus memikirkan status sosial mereka yang berbeda. Setidaknya dengan Gea yang tidak tahu siapa sebenarnya dia. Gea akan selalu mengandalkannya tanpa rasa tidak enak dan tidak pantas. Karena memang suatu saat, semuanya akan terbongkar juga.
*
*
Aroma masakan tercium oleh indera penciumannya hingga membuat perut Gea keruyukan minta diisi. Gea terbangun dengan mengucek-ngucek matanya. Di tempat tidur sudah tidak ada ibu dan bapa nya.
Gea bangun dengan matanya yang masih setengah terbuka lalu pergi menuju ke dapur.
"Hmm, baunya enak sekali Bu. Ibu masak apa? Gea jadi lapar."
"Eh, sudah bangun Ge. Ibu masak ayam rendang Ge. Tadi bapa beli ayam di tukang sayur yang lewat. Ngomong-ngomong semalam kamu tidur jam berapa? Tidurnya sampai pula banget. Ibu jadi tidak tega mau bangunin kamu tadi."
"Gea lupa Bu. Mungkin sekitar jam satu atau jam dua," jawabnya.
"Apa setiap hari kamu selalu tidur jam segitu Ge?"
"Tidak setiap hari juga sih Bu. Tergantung banyaknya pesanan."
"Ya sudah, mandi dulu gih. Nanti abis itu kita makan sama-sama."
Gea mengangguk. Ia pun mengambil handuk yang ia gantung di dalam kamar.
Beberapa puluh menit kemudian, Gea, ibu dan bapa sudah dalam posisi lesehan. Mereka makan bersama dengan penuh canda tawa. Meski lukanya masih sakit, kehadiran kedua orang tuanya seakan membuatnya sejenak lupa akan luka yang ada di hatinya. Yang ada di pikiran Gea saat ini adalah menikmati waktu bersama selagi ibu dan bapa nya belum pulang ke kampung.
*
*
TBC
