🏆Novel Legendaris🏆
Kisah seorang gadis berusia 17 tahun yang dipaksa menikah untuk menggantikan adik kandungnya yang di lamar oleh keluarga Van Rogh Costel III tetapi adiknya, yang bernama Jingmi menolak lamaran keluarga bangsawan tersebut yang mengakibatkan kemarahan keluarga Van Rogh Costel III.
Untuk meredakan amarah keluarga Van Rogh Costel III maka Jia Li yang merupakan anak kedua keluarga imigran bermarga Kwee yang sukses itu terpaksa di nikahkan dengan anak pertama Van Rogh Costel III yaitu Van Costel IV anak laki-laki keluarga bangsawan di Rumania.
Sayangnya Van Costel IV yang akan dinikahkan dengan Jia Li, dia bukanlah manusia...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Ramalan Gael
Ramalan Gael
Seorang peramal bernama Gael menarik Jia Li untuk datang ke tempatnya pada Festival Samhain.
"Datanglah ke tendaku nona, aku memiliki sesuatu yang menarik hati mu !", ucap peramal Gael.
"Ehk...", sahut Jia Li lirih.
"Ayo, masuklah !", peramal Gael itu mendudukkan Jia Li di sebuah bangku kayu oak.
"Ta--tapi...", sahut Jia Li gugup.
"Tenanglah sayangku... Duduklah dengan santai...", bisik Van Costel IV seraya tersenyum tipis.
"M... !?", gumam Jia Li.
Tampak ekspresi dari wajah si cantik bunga plum itu sangat cemas ketika dia melihat ke arah sekitar peramal Gael.
Pemandangan yang sangat menyeramkan dengan beberapa buah labu tergeletak disamping kanan dan kiri peramal itu.
"Kemarikan tanganmu nona !", ucap Gael lembut.
"Emm... Iya...", sahut Jia Li gelisah.
"Anda cantik sekali nona... Siapa namamu ?", lanjut Gael sambil tersenyum ramah.
"Namaku Jia Li", sahut Jia Li lemah lembut.
"Jia Li... Nama yang sangat cantik secantik orangnya dan memiliki makna nama yang bagus dan indah...", kata Gael.
"Terimakasih", jawab Jia Li.
Van Costel langsung duduk merapat ke arah Jia Li seraya bersandar di bahu si cantik beraroma khas itu.
"Apa yang ingin kamu katakan pada istriku ini, Gael ?", tanya Van Costel.
"Aku belum mengucapkan selamat datang kembali padamu, Tuan Van Costel", sahut Gael. "Apa kabar anda ?"
"Hmm... Kabarku baik-baik saja Gael bahkan aku merasa sangat bahagia dari sebelumnya...", ucap Van Costel.
"Syukurlah tuan, aku turut senang mendengar kabar tersebut", jawab peramal itu.
"Ramalan apa yang ingin kamu baca dari hubungan kami berdua", ucap Van Costel.
"Aku melihat keberuntungan pada hubungan kalian berdua dan aku membaca kalian akan bahagia selamanya", lanjut Gael.
Peramal itu mengeluarkan kartu-kartu ramalan miliknya dari arah telapak tangannya yang bercahaya kemilau.
"Lihatlah kartu-kartu ini, tuan !", ucap Gael.
Gael menaruh kartu-kartu ramalan miliknya di atas meja yang berlapis kain halus berwarna merah dengan kacang-kacangan yang berserakan di atasnya.
"Kartu Minor Arcana milikku ini sangat beebeda sekali pada saat aku meramal istri tuan, ketika aku melihat kartu pentacles untuk meramal Jia Li, aku melihat sinar terang yang sangat benderang bahkan tidak akan pernah redup, tuan", sahut Gael.
"Benarkah itu...", ucap Van Costel terpana.
"Bahkan keberuntungan-keberuntungan akan terus mendatangi hubungan rumah tangga kalian berdua, ada sinar yang kuat melingkupi ikatan cinta kalian", sahut Gael sambil memejamkan matanya.
"Baguslah, dan aku sangat suka mendengarnya Gael", ucap Van Costel tersenyum penuh arti.
Jia Li hanya terdiam saja saat mendengar ucapan peramal Gael tentang ramalan hubungan antara dirinya dengan Van Costel.
"Apakah kamu senang mendengar ramalan itu cantik ?", tanya Van Costel seraya mengelus tangan Jia Li.
Ketika Van Costel bertanya padanya, Jia Li hanya memalingkan mukanya ke arah lain tanpa mau menjawabnya.
Bersama hantu Van Costel IV yang telah kembali ke lembah Moldova, peramal Gael itu meramalkan bahwa cinta mereka akan abadi dan menjadi sebuah legenda.
Gael meramalkan bahwa cinta abadi mereka membuat suatu berkah tersendiri bagi kedua pasangan itu meski tidak mungkin tetapi mereka akan memiliki keturunan yang kuat.
"Anak ?", tanya Jia Li terkejut.
"Benar, kalian akan memiliki anak dalam pernikahan kalian nanti tapi tepatnya kapan keturunan kalian akan hadir, aku sendiri tidak dapat memprediksinya, nona", sahut Gael.
Peramal itu lantas menyusun kartu-kartu ramalan miliknya dengan ketepatan pikiran dan mulai mengaturnya sesuai perhitungan ramalan.
"Aku akan memiliki anak, Gael !? Apakah ramalan mu tidak keliru anak Aos si ?", tanya Van Costel.
"Benar tuan, anda akan memiliki keturunan dengan istri tuan", sahut Gael.
Gael langsung menunjukkan kartu ramalannya kepada Van Costel dengan ekspresi yang sangat serius.
"Oh iya !? Tapi mana mungkin itu terjadi, Gael ?", tanya Van Costel.
"Itu terlihat sangat jelas pada kartu ini, tuan", sahut Gael.
"Aku ini sosok hantu, Gael... Dan tidaklah mungkin aku akan memiliki keturunan... Aku hantu, Gael... Hanya hantu...", ucap Van Costel sendu.
Jia Li yang mendengar ucapan Van Costel yang terdengar sedih itu terenyuh saat pria berwajah sangat tampan rupawan itu mengatakannya.
Van Costel ...
Jia Li membatin dalam hati kecilnya nama suami hantunya, entah mengapa dirinya merasa sangat iba.
"Tuan memang hantu tetapi istri mu bukanlah hantu dan karena khasiat dari aroma bunga plum yang ada di tubuh Jia Li maka kalian dapat memiliki keturunan", sahut Gael.
"Darimana kamu tahu kalau Jia Li beraroma bunga plum ?", tanya Van Costel.
"Hidung seorang Aos si sangatlah tajam dan aku mampu menciumnya tanpa harus mendekati nona ini", sahut Gael.
Van Costel hanya terdiam menatap dingin peramal Gael, dia duduk di atas bangku dari kayu oak dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya.
"Akan aku tunjukkan kekuatan ramalan milik Gael, tuan", ucap Gael.
Peramal itu lalu berdiri dan melangkah ke arah luar tenda.
"Ikutilah aku !", pinta Gael.
"Baiklah, Gael", sahut Van Costel.
Van Costel IV menuntun tangan Jia Li yang masih terdiam melamun dari arah duduknya lalu mengajak istrinya ikut keluar mengikuti Gael sang peramal.
Di luar tenda, Gael berjalan menuju ke area halaman belakang tendanya dengan hamparan labu yang sengaja dia letakkan di sebuah lingkaran bercahaya.
"Silahkan kalian melihatnya sendiri kekuatan ramalan pada perayaan Samhain ini dan perhatikanlah baik-baik saat aku melakukan ritual Samhain khusus untuk kalian", ucap Gael.
Peramal Gael kemudian masuk ke area lingkaran berkilaun itu dan dia duduk di tengah-tengah lingkaran cahaya.
Pandangan Gael terarah kepada kedua telapak tangannya yang mengeluarkan cahaya api terang dan bergerak pelan ke arah atas menuju langit.
"Itu aku sedang menggendong seorang bayi !?", pekik Jia Li terpana.
Dia melangkah pelan ke arah peramal Gael yang tengah duduk di dalam lingkaran cahaya berputar-putar itu, dan dia melihat sesuatu gambaran tentang potret hidupnya bersama Van Costel IV yang muncul dari kedua telapak tangan Gael yang bercahaya api.
Jia Li melihat sosok dirinya bersama hantu Van Costel IV yang sedang menatap seorang bayi dalam gendongan tangannya. Dan dia menyaksikan pemandangan yang tak lazim baginya yaitu bahwa dirinya tengah berbahagia bersama Van Costel.
"Oh Tuhanku !?", ucap Jia Li dengan mata berkaca-kaca.
Nyaris Jia Li tidak mempercayai apa yang dilihatnya dengan kedua matanya dan sangat jelas dia merasa itu tidak mungkin benar terjadi dalam hidupnya bersama Van Costel.
Pria yang sama sekali tidak pernah Jia Li cintai bahkan dia menganggap Van Costel IV, sosok pria yang telah menghancurkan hidupnya.
"T--tidak... Itu tidak mungkin...", pekik Jia Li.
Jia Li memegangi wajahnya seraya berteriak keras, tubuhnya menggigil dingin, mengejang sesaat kemudian dia jatuh terkulai lemas.
"Jia Li !", teriak Van Costel IV.
Pria tampan rupawan itu langsung berhambur cepat ke arah Jia Li yang pingsan di atas kedua tangannya.
"Sebaiknya aku pergi dahulu dari perayaan Samhain ini, Gael", ucap Van Costel.
Peramal Gael menganggukkan kepalanya cepat kepada Van Costel IV yang tengah menggendong tubuh Jia Li.
"Iya, tuan", sahut Gael. "Silahkan tuan segera membawa Jia Li pergi", sambungnya.
"Terimakasih atas pertunjukkan menarik mu, Gael", ucap Van Costel.
"Aku tidak sedang melakukan sebuah pertunjukkan kepada tuan melainkan ini adalah ramalan nyata antara hubungan tuan dengan istri tuan", sahut Gael.
Terlihat tatapan serius dari peramal Gael saat memandang Van Costel IV kemudian dia memberi sebutir buah apel merah kepada Van Costel.
"Bawalah buah apel merah ini dan berikan kepada Jia Li", ucap Gael.
"Untuk apa buah apel merah ini ?", tanya Van Costel IV.
"Untuk menguatkan jiwa Jia Li yang mudah rapuh oleh tekanan-tekanan dari luar agar hatinya menjadi tenang saat menjalani kehidupan pernikahannya bersama tuan", sahut Gael seraya menyunggingkan senyuman manisnya.
"Baiklah, aku akan memberikan buah apel merah ini saat dia masih pingsan saja", kata Van Costel sambil memandangi wajah Jia Li dalam gendongan tangannya.
Van Costel IV lalu hilang dari area tenda milik peramal Gael dan pergi menuju kembali ke rumahnya yang megah.
Tampak Van Costel IV sedang terlihat di ruangan rumahnya dengan menggendong Jia Li di kedua tangannya dan sesekali tubuh Van Costel muncul lalu menghilang dan itu berlangsung terus menerus hingga dia naik ke arah tangga rumah pribadinya.
"Jia Li...", bisik lembut Van Costel pada istrinya yang tak sadarkan diri itu.
Dia mengusap lembut wajah Jia Li yang berkeringat dingin kemudian membaringkan pelan-pelan tubuh Jia Li di atas tempat tidur.
Van Costel melihat buah apel merah pemberian Gael di tangannya dan menggigitnya sebagian untuk dia berikan kepada Jia Li yang masih pingsan itu.
lom ada endingnya
diasaat Antolin memohon mohon lo aja hati u aja membatu. giliran itu baru so soan. aku bantuin karena dia ga tau apa apa.
Heh Kalau mau nolongin orang dengan tulus gak mungkin lo itu masih berbelit dengan masakelam yang lo alami. kesannya gak ikhlas nolonginnya. Katanya GURU kok kelakuan tak mencerminkan seorang Guru/Pooh-pooh/.
disaat Dimitri Peka ,Masonn gak peka.
di saat mason bicara ambigu disitulah Dimitri bertanya kemudian disaat dimitri berbicara ambigu disitulah mason juga bertanya tanya./Shame//NosePick//Pooh-pooh/
Teruslah kalian berdua planga plongo
terus kami yang baca juga ikut bertanya tanya dengan percakapan kalian yang ambigu/Shame/
wahai wanita...
cintailah aku...