ISTRI KECIL KU "ASHA"

Di ruang kerja Rain melihat video yang menampilkan Asha tengah dirundung oleh temannya di sekolah. Ya, setelah melihat luka goresan di pipi Asha, Rain meminta Leon untuk mencari tahu apa yang terjadi pada Asha di sekolah.

Leon mendapatkan rekaman cctv dimana teman Asha merundung Asha dibelakang sekolah. Rain menggelengkan kepalanya saat melihat betapa keterlaluannya teman Asha di sekolah. Namun saat melihat Asha dalam rekaman video itu yang menunjukkan pembelaan dirinya, Rain tersenyum karena menurutnya Asha bukan hanya seorang gadis yang bisa di tindas tanpa melakukan perlawanan.

Namun tetap saja Rain merasa kesal dengan perbuatan teman Asha dan ingin membuat perhitungan padanya. Rain kemudian mendapatkan informasi dari Leon jika teman yang menyerang Asha bernama Georgina Tan putri tunggal Tuan Fernando Tan, yang merupakan rekan bisnisnya.

Rain kemudian mengubungi Leon untuk memutus kerja sama dengan perusahaan Tuan Fernando dan membatalkan niatnya untuk menyuntikkan dana ke perusahaan itu. Hingga tidak perlu ditanya bagaimana keadaan Tuan Fernando saat ini, sudah dipastikan ia tengah kebingungan dan kalang kabut dengan apa yang terjadi di perusahaannya.

... ……...

Asha mengerjapkan kedua matanya terbangun dari tidurnya ia melihat jam di atas nakas yang menunjukkan pukul tujuh malam.

“Hah..jam tujuh !” Asha bergegas bangun dari tempat ditidur dan masuk ke dalam kamar mandi guna membesihkan diri. Setelah ia mandi dan berganti pakaian serta mematut dirinya di cermin dan merasa sudah siap. Asha kemudian keluar dari kamar dan melihat dari atas hanya ada koki yang tengah sibuk memasak di dapur tak terlihat Rain di sana.

Namun tiba-tiba Asha merasakan ada tangan kekar tengah memeluk dirinya dari belakang. Hingga Asha terkejut dan membalikkan tubuhnya.

“Kau masih saja terkejut,” Rain terkekeh melihat Asha.

“Daddy mengagetkan ku !” balas Asha mengerucutkan bibirnya dan itu membuat Rain merasa gemas dan mengecup bibir Asha sekias.

“Daddy !” protes Asha yang merasa Rain mencium bibirnya tanpa permisi padanya.

“Kenapa ? kau ingin dicium lagi ?” goda Rain hingga pipi Asha merona merah karena malu.

“Kapan kau ujian ?” tanya Rain membalikkan tubuh Asha dan memeluknya dari belakang Rain merasa nyaman memeluk Asha.

“Minggu depan Dad.” Jawab Asha apa adanya. Karena memang benar minggu depan Asha akan melaksanakan ujian kelulusan.

“Belajarlah yang rajin, ku rasa agar kau fokus dengan ujian mu. Aku tidak akan kembali ke Apartemen, aku akan menginap di Mansions.” Rain mengatakan itu agar Asha fokus pada ujiannya dan tak merasa terganggu agar ujiannya berjalan lancar.

Ada rasa tak terima dalam hati Asha saat mendengar Rain akan membiarkan dirinya sendirian untuk sementara waktu agar ia fokus belajar untuk ujiannya, namun apapun itu Asha yakin Rain melakukannya untuk kebaikannya.

“Ayo kita makan ! sepertinya Koki sudah selesai memasak untuk kita.” Ajak Rain turun ke bawah dan makan malam bersama dan itu di iyakan oleh Asha yang memang Asha sendiri sudah merasa lapar.

Prihal luka gores di pipi Asha, Rain membiarkannya saja tak bertanya pada Asha. Karena Rain takut Asha merasa tak enak padanya, jadi biarlah Rain memberikan Asha waktu untuk bicara sendiri padanya nanti tanpa perlu ia tanya, lagi pula Rain telah tahu semuanya dan memberikan hukuman pada Gina.

... ………....

“Dad, aku tidak salah kan merestui Rain bersama Asha ?” ucap Kate tanpa menoleh ke arah Morgan disampingnya saat ini mereka berdua tengah menikmati pemandangan malam di balkon kamar mereka.

“Apa kau sudah ikhlas dan menerima Asha yang ternyata adalah putri dari pria yang berusaha membunuh Rain dan menghancurkan keluarga kita ?” tanya Morgan kemudian karena biar bagaimana pun Asha adalah putri dari mendiang Justin.

“Apa kau tahu Dad ? Justin tidak memiliki seorang anak perempuan, dia menculik anak orang lain dan menjadikannya putrinya !” jawab Kate yang membuat Morgan terkejut mendengarnya.

“Sayang jangan mengada-ada cerita, kita tahu benar jika Asha adalah putri Justin.” Sahut Morgan karena merasa apa yang dikatakan oleh Kate adalah lelucon.

“Aku serius Dad, saat aku tahu Asha mendonorkan ginjalnya aku merasa penasaran sebab Asha sendiri tak mirip dengan Justin ataupun almarhum Ibunya. Aku menyuruh seseorang untuk melakukan tes DNA antara dna Asha dan Justin mereka tidak cocok, Dad. Mereka bukan Ayah dan Anak !” terang Kate yang membuat Morgan diam termangu.

“Sayang, kau sudah sejauh ini mengapa tak cerita padaku ?” protes Morgan karena merasa apa yang dilakukan oleh Kate tanpa sepengetahuan dirinya dan tak melibatkan dirinya.

“Aku hanya ingin melihat putraku bahagia, Dad. Aku merasa kasihan padanya.” lirih Kate dengan menampakkan wajah memelas dan itu membuat Morgan tentu saja tak jadi marah pada Kate karena Kate selalu bisa meluluhkan Morgan dengan cara apapun.

“Jadi siapa orang tua kandung Asha ? Apa kau sudah tahu ?” Morgan merasa penasaran akan hal itu.

“Jika menurut infomasinya, kedua orang tua Asha berada di Uni Emirate Arab, kita tunggu saja kabar selanjutnya, Dad. Karena ternyata mencari tahu keberadaan orang tua Asha tidaklah mudah.” Kate menghembuskan nafasnya ia berharap segera mengetahui siapa orang tua kandung Asha, karena baik Kate sendiri merasa kasihan pada Asha hidupnya penuh derita setelah kepergian Justin.

“Aku akan membantu mu !” ucap Morgan dan itu membuat Kate tersenyum dan memeluk tubuh Morgan karena merasa bahagia memiliki suami yang mengerti akan dirinya.

“Terimakasih.”

... ……....

Seorang pria paruh baya tengah menatap foto seorang bayi perempuan di dalam sebuah figura kecil, ia mengusap foto itu hingga bulir bening mengalir di pelupuk matanya. Ini sudah 17 tahun berlalu, dimana ia kehilangan putri keduanya sampai sekarang ia tak menemukan dimana putrinya berada.

“Apa kabarmu Nak, pasti kau tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik seperti Ibu mu.” Lirih pria paruh baya yang tengah mengusap lembut foto bayi ditangannya.

Tak lama masuklah seorang wanita paruh baya berjalan mendekat ke arah pria paruh baya itu dan memegang foto bayi ditangannya kemudian meletakkannya kembali ke atas meja.

“Doakan saja semoga putri kita baik-baik saja dan selalu bahagia meski tak berada bersama kita.” Ucap wanita paruh baya itu dengan mata yang berkaca-kaca.

“Aamiin.”

... ……....