NovelToon NovelToon
Agen Cantik Dan Rahasianya

Agen Cantik Dan Rahasianya

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Duda / Dikelilingi wanita cantik / One Night Stand / Cinta Terlarang / Gadis nakal
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Danira16

Mengisahkan persahabatan ketiga nya dikampus dengan pekerjaaan sambilan mereka yang akhirnya mengantarkan mereka pada jodoh masing-masing.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 flashback

Nita akhirnya terpaksa mengikuti mobil ambulance di mana isteri dari Eric itu berada disana, tangannya pun mengusap lembut punggung tangan Silvy ketika wanita itu meringis kesakitan menahan sakit pada area perutnya.

Eric melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi mengikuti mobil ambulance yang akan menuju ke rumah sakit terdekat

Dan setelah 15 menit berlalu, mobil ambulance itu langsung berhenti tepat didepan ruang UGD, dan saat itu Eric pun memarkir mobilnya didekat ruang IGD itu.

Eric keluar dari mobil setelah ia melihat isterinya telah di dorong menuju ruang IGD untuk ditangani.

Suasana terlihat mencekam saat itu, bahkan Nita pun ikut merasakan ketegangan dan membuatnya harus terlambat pulang ke kost karena peristiwa itu.

Nita saat itu sedang menjenguk kakaknya karena ia mendengar dari tetangganya bahwa kakak perempuannya sakit tipes dirumah sakit.

Dan Nita pun menjenguk sebentar, walau pun itu hanya ia melihat kakaknya dirumah sakit. Karena Nita enggan bertemu kakak iparnya yanh selalu terobsesi padanya.

Itu pun Nita berani masuk ke dalam kamar kakaknya saat suami dari kakaknya itu telah pergi bekerja.

Dan Nita hanya bisa menunggui sebentar,  hingga menjelang sore ia baru pulang ke rumah dengan transportasi bus.

Waktu itu Nita terkejut ketika mobil bus melewati jala tol dan melihat terjadinya kecelakaan diruas jalan yang sering sekali terjadi kecelakaan.

Dan karena rasa kemanusiaan yang tinggi, Nita bergerak untuk menolong wanita hamil yang sedang meminta pertolongan itu. Terlebih saat ini ia melihat Silvy seperti kakaknya yang saat ini juga sedang hamil tua.

Balik lagi saat perawat mulai berdatangan, dan melihat kondisi Silvy yang sudah ditemani oleh Eric. Dan saat itu Nita hanya menunggu diluar saja.

"Cepat panggilkan dokter kandungan." Seru salah satu perawat yang menyuruh perawat lainnya yang sepertinya juniornya.

"Baik sus...."

Eric hanya bisa berdoa didalam sembari memegang tangan istrinya untuk memberikan kekuatan.

"Mas sakit sekali perut aku."

"Sabar lah sayang, kamu dan anak kita pasti akan baik-baik saja."

"Jika terjadi apa-apa denganku, tolong selamatkan anak kita saja." Lirih Selvy dengan nafas yang sudah terlihat kesusahan.

"Apa maksud kamu sayang? Jangan ngaco.......kalian akan baik-baik saja." Ujar Eric dengan mata telah berkaca-kaca.

"Tidak mas, aku bersungguh-sungguh. Sepertinya hidupku tidak akan lama lagi."

"Jangan banyak bicara, kamu hanya panik saja." Jawab Eric berusaha menyemangati istrinya.

Tak lama kemudian dokter kandungan datang dengan memeriksa perut Silvy yang ternyata telah berusia hampir sembilan bulan kandungannya.

"Bagaimana keadaan isteri saya dokter?" Tanya Eric pada dokter kandungan wanita itu.

"Isteri anda harus segera dioperasi, tapi ada satu hal yang harus anda tahu."

"Apa itu dokter?" Tanya Eric pada dokter wanita yang kini tengah memberikan hasil medical isterinya.

"Apa ini dokter?" Tanya Eric lagi saat ia membuka lembaran warna putih dengan logo rumah sakit.

"Isteri anda memiliki riwayat jantung bawaan, untuk itu ia tidak bisa melahirkan secara normal, dan harus segera dilakukan operasi Caesar."

"Apa dokter? Jantung bawaan? Mengapa saya tidak tahu itu?" Cecar Eric yang saat itu tak tahu menahu penyakit yang di derita istrinya.

"Yang dikatakan dokter benar Eric. Sebenarnya Silvy memiliki penyakit jantung bawaan dari kecil, untuk itu ia akan kesusahan nantinya saat persalinan." Ucap ibu kandung Silvy yang langsung menyela perkataan dokter yang hendak menjawab.

Seketika Eric merasa limbung, berapa ia shock mengetahui kenyataan itu, ia langsung terduduk didepan ruang tempat istrinya berada didalam sana.

Berulang kali pria berusia 30 tahun itu mengusap wajahnya secara kasar berulang kali, seolah ia begitu frustasi dan tak tahu harus mengatakan apa, sungguh ia begitu shock seakan tak ada tumpuan lagi.

"Maafkan ibu Eric, ibu terpaksa menyembunyikan ini semuanya. Itu semua karena keinginan Silvy, tidak gak mau kamu mengetahui penyakitnya." Terang ibu mertua Eric.

"Mengapa harus disembunyikan Bu? Bukankah dia bisa sembuh?"

"Seharusnya iya, tapi akhir-akhir ini saat ia hamil kondisinya tidak baik." Jawab sang ibu Silvy kembali.

"Lagi pula Silvy tak ingin kehilanganmu Eric, dia begitu mencintai kamu." Lanjut sang mertua yang menimpali.

Sungguh betapa Eric begitu sedih karena sebagai seorang suami, ia terlalu sibuk akan pekerjaannya, bahkan ia tak memiliki waktu luang bersama Silvy.

Bahkan menemani isterinya memeriksakan kandungannya pun hanya dua kali, itu pun saat Silvy hamil muda. Selebihnya Eric selalu sibuk dengan perusahaannya serta menjadi pengajar dikampus.

Sebenarnya mereka menikah bukan karena cinta, namun karena perjodohan yang dilakukan orang tua Eric dan Silvy. Namun seiring berjalannya waktu mereka saling mencintai, terutama Silvy yang begitu sayang dan mencintai Eric.

Hingga saat dokter mengatakan ia akan kehilangan nyawanya jika melahirkan seorang bayi, Silvy bersikeras untuk mempertahankan anak yang ia kandung.

Terlebih lagi, anak yang ia kandung adalah anak dari hasil buah cintanya dengan Eric, yang sangat ia cintai.

Tanpa terasa air mata Eric mulai berjatuhan, lalu ia berdiri dari kursinya dan mendekati dokter yang masih diam mematung menunggu keputusan dari Eric, sebagai suami dari pasiennya.

"Lakukan yang terbaik dokter untuk isteri saya. Kalau bisa selamatkan keduanya." Ucap Eric yang kini mulai menghapus jejak cairan beningnya.

"Maaf tuan, kami hanya bisa menyelamatkan nyawa salah satunya." Pertegas dokter wanita itu.

"Tidaak ......Silvy....." Tangis Rina ibu kandung Silvy menjerit dengan menangis histeris.

Eric menoleh pada wanita tua itu, hingga tak lama kemudian Winda datang dan memeluk besannya itu.

"Sabarlah, semoga Silvy baik-baik saja."

"Selamatkan Silvy, ya.....aku ingin dokter selamatkan Silvy saja." Jawab Eric yang sudah fix mengambil keputusan itu.

"Eric, kamu bilang apa nak?" Seru Winda terkejut.

"Eric....." Lirih ibu mertuanya tak mempercayai bahwa menantunya itu akan memilih puterinya ketimbang buah hati mereka.

Seketika Rina, ibu mertua Eric itu mendekati Eric dan memeluk sang menantunya yang berusaha menegakkan dirinya.

"Terima kasih Eric."

"Aku ingin Silvy bisa sehat dan kami bisa memiliki anak suatu saat nanti, tidak harus sekarang." Tukas Eric yang mulai menerima semua ketetapan yang telah digariskan oleh Tuhan.

Ibu mertua Eric begitu terenyuh akan ucapan tulus menantunya, hingga akhirnya dokter itu kembali masuk kedalam dan mulai dengan operasi Cesar untuk pasiennya yang bernama Silvy.

Diluar ruangan, Eric, ibunya serta ibu mertuanya menunggu operasi Silvy dengan perasaan cemas. Terlebih lagi dengan Eric dan ibunya yang begitu was-was saat lampu masih menyala tanda operasi masih berlangsung.

Tak lama setelahnya terdengar tangisan bayi yang begitu kencang, mendengar jeritan bayi itu ketiganya langsung bergetar, terutama Eric sebagai sang ayah.

Namun yang membuat panik Eric dan yang lainnya adalah saat beberapa keluarga dari operasi dengan tangan penuh d4r4h dan mulai mengambil sesuatu yang Eric sendiri tak paham.

Beberapa tenaga medis lainnya masuk dan pintu mulai ditutup kembali, Eric gusar dan langsung mendekati suster yang baru keluar dari ruangan tempat Silvy dioperasi.

"Ada apa sus? Bagaimana dengan isteri saya." Tanya Eric disela helaian nafa5nya yang mulai tercekat.

"Maaf saya kurang tahu, tapi pasien kini tengah terkena serangan jantung." Jawab suster itu lalu kemudian pergi setelah pamit pada keluarga pasien.

"Ibu....apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa jadi seperti ini?" Tangis Eric pada ibu kandungnya.

"Ibu juga tidak tahu nak." Jawab Winda yang menenangkan Eric yang kini terlihat kacau balau.

"Silvy, ibu minta kamu bertahan ya nak?" Tangis ibu kandung Silvy yang sudah meraung menangis menunggu kabar didepan persis ruangan operasi.

Tak lama kemudian dokter kandungan itu keluar dari ruang operasi dan diikuti oleh dokter anak dan anestesi.

"Bagaimana isteri saya dokter?"

"Maaf tuan Eric, isteri anda sudah meninggal pukul 8.10 tepatnya 2 menit yang lalu, kami turut berduka cita." Terang dokter kandungan Silvy yang kemudian menepuk pelan bahu Eric.

Tak lama terdengar suara teriakan ibu kandung Silvy yang mulai menggema seisi ruangan, wanita tua itu meluapkan kesedihannya atas kepergian puterinya dengan berteriak kencang. Seolah Rina tak terima bahwa puteri semata wayangnya telah pergi meninggalkannya.

Winda bergegas mendekati besannya dan memeluk tubuh tua renta itu, sedangkan Eric hanya mematung sesaat dengan air mata yang sudah keluar dengan sendirinya.

"Yang sabar pak, ini sudah ketentuan yang diatas." Ucap dokter wanita itu.

"Bagaimana ini bisa terjadi? Aku sudah katakan bahwa selamatkan istri saya saja." Seru Eric yang malah marah dan kesal.

"Iya saya tahu, tapi isteri anda yang telah meminta saya untuk menyelamatkan anaknya dari pada nyawa nyonya Silvy. Maafkan saya tuan Eric." Tukas dokter itu yang menjelaskan bahwa itu sudah jadi keputusan dari Silvy.

Eric mengelengkan kepalanya kuat, lalu ia seolah tak mempercayainya.

"Itu tidak mungkin, dokter pasti bohong."

"Ini benar pak, nyonya Silvy sendiri yang memintanya, sebelum kami lakukan operasi. Kalo anda tidak percaya ini adalah video yang diminta nyonya Silvy saat ia sebelum dibius." Terang dokter itu.

Dokter kandungan wanita yang berusia diatas 40 tahun itu memberikan video saat ia merekam pesan terakhir Silvy yang diperuntukan oleh suaminya.

Dengan tangan bergetar Eric menekan tombol player dan terlihatlah wajah Silvy yang telah memakai baju biru khas rumah sakit saat akan di operasi.

"Mas maafkan aku ya? Aku tahu pasti kamu dan ibu akan lebih memilih menyelamatkan aku dari pada anak kita. Tapi tidak mas, aku tidak rela anak yang selalu berada dalam perutku itu kamu ambil nyawanya hanya untuk menyelamatkan nyawa aku. Aku seorang ibu mas, tidak mungkin mampu membiarkan nyawa yang harusnya menjadi miliknya terenggut, cukup aku saja yang berkorban. Dia masih memiliki harapan untuk hidup dan bahagia, tapi aku tidak mas.....aku memiliki penyakit jantung bawaan yang tidak bisa diobati. Untuk itulah inilah keputusan terbaik yang aku buat, rawatlah anak kita mas. Berikan dia nama Micky, karena aku suka nama itu. Aku mencintai kamu mas Eric, i love you." 

Dan seketika Eric menjerit histeris, ia tak mampu melihat video pesan terakhir isterinya, hingga ia hanya bisa meluapkannya dengan menangis dan m3mukul! dinding rumah sakit.

Bahkan saat telapak tangannya telah mengeluarkan darah pun, Eric tak perduli. Hingga tangisan bayi nya terdengar saat itu juga dan Eric mulai berhenti.

Terlebih saat ia menatap bayi mungilnya yang sudah bersih karena suster yang telah memberikannya sesaat ia baru dikeluarkan dari perut.

Eric seolah tersihir oleh bayi tampannya yang kini menangis histeris, suster yang membawa puteranya itu mendekati Eric dan menyerahkan bayi yang masih merah itu pada ayah kandungnya.

"Ini anaknya pak Eric, tolong azankan dia....." Lirih perawat itu.

Eric pun dengan hati-hati mengambil alih puteranya dari tangan suster, dan ia menatap ibunya.

"Azankan puteramu Eric...." Lirih Winda dengan tersenyum tipis pada putranya.

Dengan perlahan Eric mendekatkan telinga bayi itu pada bibirnya, lalu ia segera melantunkan adzan pada bayinya. Ketika suara itu menyapa penderaannya, bayi itu terdiam seolah ia mendengarkan alunan yang sangat merdu.

Namun saat Eric selesai mengazani puteranya, barulah bayi itu menangis dengan sangat kencang, hingga akhirnya Winda menggendong cucunya dari tangan Eric.

"Pergilah temui istri kamu didalam."

Eric pun mengangguk, lalu ia berjalan dengan langkah berat menuju ruang operasi tadi. Eric melihat istrinya telah ditutupi kain putih, dan ia membuka tutup kain itu.

Terlihat wajah yang telah pucat dan terbujur kalau itu masih terlihat cantik, seolah Silvy hanya tidur saja.

Eric menatap wajah istrinya, lalu tangannya membelai wajah Silvy dan membisikan sesuatu pada isterinya, tanda perpisahan.

"Aku akan menjaga putera kita sayang, kamu tenanglah disana. Aku juga mencintai kamu Silvy."

Ibu kandung Silvy pun masuk dan memeluk jasad puterinya, ia kembali menangis karena begitu shock kehilangan puterinya dalam usia yang masih muda.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!