IG : purna_yudiani
Pernikahan ini merupakan pernikahan yang tidak pernah Kafkha inginkan, bagaimana tidak ia menikahi gadis bercadar yang tidak ia cintai, pernikahan ini hanya pernikahan kontrak yang di buat oleh nya.
Kafkha terpaksa menikahi gadis ini karena ada suatu kesepakatan waktu itu antara kakek Kafkha dengan almarhum kakek Medina, Kafkha terpaksa menyetujui pernikahan ini toh pernikahan ini hanya satu tahun saja yang ia buat di surat perjanjian.
Medina sangat terpuruk saat suaminya lebih memilih kekasihnya ketimbang dirinya yang sudah sah menjadi istrinya. Medina tidak mau pernikahan kontrak ini berakhir dengan begitu cepat, dengan tekat yang kuat dan izin Allah SWT, Medina mau mengejar cinta suaminya itu.
Menurut Medina pernikahan itu hanya sekali seumur hidup.
Akankah Medina bisa meluluhkan hati seorang Kafkha Darmansyah yang sangat terkenal dengan sifat cuek dan dingin nya.
Yuk saksikan kelanjutan cerita ini hanya di sini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon purna yudiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 25. Melawan Pelakor
Medina sudah pulang saja dari kampus nya, ia pulang pada jam sepuluh pagi karena dosen nya ada rapat jadi mahasiswa di pulangkan sangat cepat.
Median pulang ke rumah Darmansyah, sebenarnya Kafkha sangat ingin pulang ke rumahnya tapi Darmansyah melarang nya, ia di paksa untuk menginap untuk beberapa hari lagi di rumah Darmansyah ini.
"Assalamualaikum!" ucap salam Medina
"Wa'alaikumussalam!" pintu utama itu di buka oleh salah satu art di rumah ini.
"Lho, kenapa nona pulang nya sangat cepat? biasanya nona pulang sore!" ujar bik ikom
"Dosen lagi rapat bik, makanya Dina pulang lebih cepat!" tutur Medina
Median masuk ke dalam kamar nya ia meletakkan buku dan juga laptop yang ia bawa ke kampus nya itu, ia beristirahat sejenak di kamarnya itu, Medina membuka cadarnya terlebih dahulu.
"Huf...!" ia menghela napas panjang
Kini ia memasang cadarnya itu kembali dan ia keluar dari kamarnya itu, karena sudah merasa lega dan tak terasa pegal lagi ia pergi ke bawah untuk bantu-bantu.
Medina menghampiri mama mertua nya itu yang lagi di dapur.
"Dina bantu ya ma!" ujar Medina baru sampai di dapur, Sarah merasa sedikit terkejut dengan kedatangan Medina
"Eh, Din sudah pulang, kenapa cepat pulang nya?" tanya Sarah
"Dosen lagi rapat ma, jadinya kami di pulangkan sangat cepat hari ini!" beritahu Medina
Sarah tersenyum, "bisa kebetulan ya!" ujar Sarah
"Maksudnya ma?"
"Mama sebenarnya mau ke kantor Kafkha untuk antar makan siang, karena kamu sudah pulang jadi kamu ya yang antar makan siang untuk suami kamu, Kafkha pasti senang karena kamu mau mengantarkan makan siang untuk nya!" ujar Sarah
Median tersenyum kecil di balik cadarnya itu, ya semoga saja Kafkha akan menerima makan siang yang akan di antar kan oleh Medina ini, semoga saja dia tidak memarahi Medina.
"Iya ma!"
Medina membantu mama mertuanya itu membuat makan siang, jam masih menunjukkan pukul 10.30 wib, masih lama lagi jam istirahat akan datang.
Mereka menyelesaikan memasak itu sangat cepat karena tidak mereka berdua saja yang memasak, art yang lain juga ikut membantu membuat makanan siang ini.
Makanan yang akan di antar kan oleh Medina sudah di sediakan dalam rantang kecil, saat ini Medina mengganti pakaian nya dengan baju gamis syar'i yang selalu ia pakai, dan tidak lupa pula cadar yang selalu menutupi kecantikan wajahnya itu.
Median di antar oleh supir ke kantor Kafkha itu, dari awal pernikahan sampai saat ini, inilah pertama kali nya Medina datang ke kantor suaminya itu.
Ia sampai di depan gedung pencakar langit itu, Medina masuk ke dalam kantor itu, karena ia tak tau dimana ruangan suaminya, Medina bertanya kepada resepsionis.
"Permisi mbak!" ucap Medina
"Iya, ada yang bisa saya bantu mbak?" tanya resepsionis itu sangat ramah sambil mengatupkan kedua tangannya ke dada.
"Ruang pak Kafkha dimana ya mbak?" tanya Medina
"Maaf, apa mbak sudah buat janji dengan pak Kafkha?" tanya resepsionis itu dengan ramah.
Medina tersenyum di balik cadarnya itu, "saya istri nya, saya mau mengantarkan makan siang buat pak Kafkha!" beritahu Medina sangat ramah dengan suara lembut nya itu.
"Oh, astagfirullah alhazim... maafkan saya bu, saya lupa jika ibu istri pak Kafkha, sekali lagi maafkan saya bu!" tutur resepsionis itu meminta maaf atas kesalahan sebelumnya.
"Tidak masalah mbak!"
Resepsionis itu mengantarkan Medina ke ruangan Kafkha, mereka menaiki lift khusus petinggi itu agar sampai di ruang Kafkha.
"Maafkan saya ya bu, saya melupakan nya, entah dimana letak pikiran saya ini melupakan ibu sebagai istri pak Kafkha!" ujar resepsionis tadi meminta maaf kembali kepada Medina.
"Tidak masalah mbak, saya juga jarang ke sini pantas saja kalian tidak mengenal saya!" ucap Medina
"Maaf ya bu saya sangat lupa!" tutur resepsionis itu.
Mereka sampai di koridor menuju ruang Kafkha itu, Medina hanya meminta sampai di sini saja minta diantarkan
"Terima kasih mbak, sudah mengantar saya, maaf menganggu waktu mbak!" ujar Medina
"Sama-sama bu, selamat menikmati makan siang ibu dan bapak!"
Medina mengangguk ia melangkahkan kakinya menuju ruangan suaminya itu, di sana dia di pertemuan oleh sekretaris Kafkha yang lagi duduk di meja kerja nya.
"Ibu Medina!" lirih sekretaris itu.
"Assalamualaikum ibu Medina, ada yang bisa saya bantu?" ujar sekretaris Kafkha itu sangat ramah langsung berdiri saat Medina datang.
"Wa'alaikumussalam mbak, saya ke sini mau bertemu dengan pak Kafkha, apa dia ada?" tanya Medina
"Pak Kafkha...!" sekretaris itu sedikit ragu menyampaikan sesuatu kepada Medina.
"Ya, pak Kafkha ada di dalam bu!" ujar sekretaris itu.
Medina menuju ruang Kafkha itu ia membuka pintu ruangan itu, hal yang paling ia lihat ialah Clara.
"Assalamualaikum!" ucap salam Medina
Ia masuk ke ruangan suaminya itu, sangat sakit hati sekali Medina melihat Kafkha berduaan dengan Clara.
"Mas, aku mau mengantarkan makan siang untuk mu!" beritahu Medina mengabaikan Clara yang menatap nya.
Kafkha sedikit menjauh dari Clara itu, "sayang kenapa perempuan ini bisa masuk ke sini?, dan kenapa dia mengantarkan makan siang untuk mu?, bukankah kita mau makan siang di luar, sayang!" tutur Clara sengaja duduk di pangkuan Kafkha itu.
Medina tersenyum kecil, sudah sering ia di perlakukan seperti ini oleh kedua orang ini, kali ini Medina tidak akan mau kalah dengan Clara itu, Kafkha adalah suaminya maka ia harus merebut suaminya itu dari tangan pelakor ini.
Medina memberanikan dirinya mendekati Kafkha, ia menyingkirkan Clara dari pangkuan suaminya itu.
"Apa mbak Clara tidak takut dosa? sudah berani menggoda suami orang!" ujar Medina terkesan marah di mata Kafkha
"Heh, kau itu siapa sudah berani menceramahi saya, kau itu yang menggoda Kafkha dari saya bukan saya, kau yang merebut Kafkha dari saya!" hardik Clara melayangkan satu tamparan kepada Medina tapi dengan cepat Medina menahan tangan Clara itu.
"Maaf, mas Kafkha ini sudah memiliki istri jadi kenapa mbak mau mengusik kehidupan rumah tangga kami?, maaf sekali lagi mbak bukankah mbak ini seorang pelakor karena sudah menggoda suami orang!" sindir Medina walaupun suara nya tak bisa ia keraskan.
"Kurang hajar kau wanita munafik!" bentak Clara
"Siapa yang kau bilang pelakor hah? bukankah kau pelakor itu!" tutur Clara sangat emosi
"Tidak, saya bukan pelakor, buktinya apa mbak? saya istri sah mas Kafkha, sedangkan mbak siapa nya mas Kafkha? mbak hanya kekasih nya, bukankah kekasih itu sama saja dengan pelakor?" cemooh Medina
Selama ini Medina terus saja sabar dengan kelakuan mereka berdua ini, tapi untuk saat ini ia tidak bisa sabar lagi, ia akan melawan pelakor ini demi rumah tangga nya.
Kafkha dari tadi hanya diam melihat perdebatan antara kekasihnya dan istri sah nya ini, ia tidak tahu harus membela siapa.
"Sayang, kamu kenapa tidak membela aku sih?" ujar Clara mendorong tubuh Medina agar ia dapat duduk lagi di pangkuan Kafkha itu.
Medina menyeret tangan Clara itu agar ia tak duduk di pangkuan suaminya, "kamu apan sih mbak!" ujar Medina lantas Medina yang duduk di pangkuan suaminya itu, ia bisa melakukan apa yang di lakukan oleh Clara itu sama suaminya.
"Mas Kafkha, tolong usir perempuan ini ya!" pinta Medina mengusap rahang suaminya itu.
Entah termakan apa Kafkha lebih senang melihat istrinya ini, ia bahkan melupakan Clara yang sudah uring-uringan di depan nya itu.
Dengan hati dongkol Clara lebih memilih keluar dari ruangan Kafkha itu, ia merasa tidak di pedulikan oleh Kafkha.
Karena Clara sudah keluar dari ruangan ini, kini Medina buru-buru turun dari pangkuan suaminya itu.
"Maaf, Dina sangat lancang!" minta maaf Medina
Kafkha masih linglung ia masih belum sadar jika ia terpesona dengan Medina tadi, terlebih lagi Medina sangat dekat dengan nya dan duduk di pangkuan nya.
...
Bersambung...
Hayooo yoyoyo silahkan beri komentar kalian di cerita ini, no komentar pendek, author mau lihat komentar panjang dari kalian.
Like sama vote nya jangan lupa juga, jangan jadi pembaca gelap saja!!!
sungguh mantap sekali 👍👍
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘
sungguh mantap sekali 👍👍
Kafkha seperti patung 🤣🤣
kalo tak kuat pergi saja