How To Divorce My Husband

0025. Une Claque Pour Une Paire De Betes (Tamparan untuk sepasang binatang)

“Kayen, hati-hati!”

Cesare mencoba memperingati sang adik yang berjalan tergesa-gesa dengan kaki terpincang-pincang. Di belakang wanita cantik itu bukan hanya dirinya yang mengekori dengan gelisah, namun ada Elang Muda Kekaisaran, Matahari Kekaisaran Robelia, sampai Selir Agung Katarina dan beberapa pelayan. Mereka semua mengikuti—lebih tepatnya mengejar Ratu Robelia yang berjalan cepat ke satu arah dengan kondisi kaki terpincang-pincang.

Tujuan wanita cantik itu tentu saja rumah kaca yang sudah seperti rumah kedua baginya. Tempat dimana ia menghabiskan banyak waktu ketika awal-awal menerima posisi sebagai Putri Mahkota. Di sana ia kerap ditemani oleh mendiang Ibu Suri yang juga menyukai tempat tersebut. Sekarang, alasan kenapa ia terburu-buru menuju tempat itu walaupun dengan kondisi nyeri di setiap langkah yang ia ambil adalah guna mencari tahu serta mengumpulkan bukti sebanyak mungkin. Apa benar suaminya telah bermain gila dengan kekasih haramnya di tempat yang suci itu?

“Mau dibawa kemana bunga-bunga itu?” tanya Kayena ketika tidak sengaja berpapasan dengan dua pelayan yang membawa dua pot rumput yang tampak rusak parah akibat sebagian tanahnya tumpah.

“Hormat kami, Yang Mulia Ratu. Kami hanya menjalankan perintah,” ucap salah seorang pelayan tersebut dengan menundukkan kepala. Mereka bukan pelayan dari kediaman Ratu. Bukan pula pelayan yang dipekerjakan secara khusus untuk merawat rumah kaca beserta biota dan abiota di dalamnya. “Rumput-rumput ini akan kami bawa ke belakang, Yang Mulia Ratu. Sebagian rumputnya sudah rusak akibat jatuh ke lantai.”

“Rumput?” Kayena menatap nyalang ke arah dua pelayan tersebut. “Tidak tahu kah kalian jika tanaman itu bukanlah rumput, melainkan bunga Daffodil kesukaan mendiang Ibu Suri?!”

“M-aafkan kami, Yang Mulia. Kami … benar-benar tidak tahu apa-apa, selain menjalankan perintah. Kami juga tidak tahu jika tanaman ini bukan rumput, melainkan bunga.”

Kayena menghela napas pendek, kemudian kembali melanjutkan langkah. “Pergilah dari tempat ini, setelah kalian meletakkan bunga-bunga itu kembali ke tempatnya semua,” katanya dengan nada tak dapat dibantah.

Tanaman dalam pot yang menyerupai rumput liar itu bukan sembarangan gulma atau rumput hama yang banyak tumbuh di sembarang tempat, melainkan bunga Daffodil. Salah satu jenis bunga kesukaan mendiang Ibu Suri. Bunga tersebut sekilas memang mirip rumput biasa, apalagi jika belum berbunga.

Bunga dengan nama lain Narcissus yang dapat tumbuh setinggi 2 kaki atau sekitar 60 centimeter itu diambil dari nama salah satu Dewa Yunani. Menurut Legenda Yunani Kuno, Narcissus sangat terpikat pada bayangannya sendiri di sungai, sehingga ia mencoba menangkap bayangannya sampai tenggelam di sungai. Lalu bunga yang tumbuh setelahnya diberi nama Narcissus. Nama tersebut kemudian diambil dari keindahan pantulan bunga Daffodil di air.

Mendiang Ibu Suri sudah lama menyukai bunga Daffodil yang menjadi simbol permulaan baru, terlahir kembali, kreatifitas, inspirasi, semangat, kesadaran, ingatan dan pengampunan. Di Prancis sendiri bunga ini menjadi simbol sebuah harapan. Berbeda dengan negeri Cina yang menjadikan bunga ini sebagai simbol nasib baik dan simbol resmi tahun baru Cina.

“Kayena,” panggil Cesare yang telah berhasil menyusul sang adik—masuk ke dalam rumah kaca. Kayena sendiri berada dua langkah di depannya.

Di dalam sana Kayena menangkap sisa kekacauan yang diperbuat oleh suami serta kekasih haramnya. Mulai dari alas tempat tidur yang berantakan, sedang ditarik oleh dua orang pelayan. Beberapa pot bunga yang tergeletak di atas permukaan lantai, sehingga tanahnya berhamburan kemana-mana. Ada pula beberapa tangkai bunga langka yang patah, serta bunga yang layu terinjak-injak.

“Kayena.”

Kali ini suara dari salah satu pelaku terdengar. Sangat memuakkan di telinga Kayena, ketika isi kepalanya bercabang keman-mana. Membayangkan momen menjijikan apa yang telah membuat tempat ‘istimewa’ itu rusak dan ternodai.

Kayena kemudian berbalik badan, berjalan dengan langkah pincang ke arah sang suami. Rasa nyeri yang hinggap di kaki sudah tidak ia rasakan lagi. Berbanding terbalik dengan hatinya yang sangat tersakiti.

Plak!

Tamparan yang dilayangkan tanpa aba-aba itu berhasil membuat semua orang yang ada di ruangan tersebut terlonjak kaget. Namun, tidak ada yang bisa membendung kemarahan Ratu Robelia. Padahal selama ini sang Ratu tak pernah main tangan, sekalipun ia marah. Jika sekarang ia berani main tangan, itu berarti ia sangat diliputi oleh amarah. Buktinya, tak berselang lama tamparan kedua melayang pada permukaan pipi pelaku kedua.

Plak!

Seakan tak puas dengan dua tamparan, Kayena melangkah maju tanpa gentar. Mendekati sang suami yang baru saja memasang badan di depan kekasihnya yang menjadi sasaran tamparan kedua Kayena.

“Kalian benar-benar …sepasang binatang yang tidak punya akal sehat!” serunya dengan suara rendah. Jelas sekali jika ada gejolak emosi yang coba ia tekan dalam-dalam. “Kali ini aku tidak bisa tinggal diam, setelah kalian merusak kesucian wilayah kekuasaan ku.”

Rumah kaca adalah bagian dari istana ratu. Sejak turun-temurun tempat itu menjadi simbol dari keanggunana serta kesucian seorang ratu dalam menjaga apa yang tersimpan di dalam dirinya. Oleh karena itu, tidak sembarangan orang boleh masuk ke tempat tersebut. Kayena saja sampai heran, dimana kewarasan Kaizen dan Katarina yang telah lancang melakukan tindakan tidak bermoral di tempat dengan keindahan alami tersebut.

“Silahkan kalian bermain gila dimana pun, di setiap sudut istana ini. Namun, jangan pernah berani mengotori wilayah kekuasaan ku dengan tindakan asusila kalian.”

Amarah tampak sekali meliputi ratu Robelia. Walaupun ia masih pandai mengontrol emosi serta ekspresi wajahnya. Namun, semua tahu jika amarah tengah mengambil alih pengendalian diri sang Ratu.

“Yang Mulia Ratu. Saya minta maaf atas kejadian ini.” Tiba-tiba Katarina angkat bicara dari belakang tubuh Kaizen. Bergeser sedikit dari tempat persembunyiannya supaya dapat berkontak mata secara langsung dengan ratu Robelia. “Kemarin malam saya lancang mengajak Yang Mulia Raja ke rumah kaca untuk melihat bunga-bunga yang bermekaran. Saya pikir suasana hati saya akan membaik jika lebih dekat dengan alam. Lagipula Anda sedang tidak ada …”

“Oh, jadi karena aku tidak ada, kalian bebas melakukannya dimana saja? termasuk di wilayah kekuasaan ku?” potong Kayena.

“Kayena, sudah. Jangan diperpanjang, kita bisa bicarakan masalah ini baik-baik.” Kaizen ikut menengahi. Bagaimana pun juga hubungan s*ksualitasnya bukan bahan untuk dikonsumsi publik. Namun, pagi ini sang istri tampak tak segan membawa-bawa topik tersebut karena amarah yang menggelora.

Kaizen tahu ia salah. Tindakan yang didasari oleh godaan sang kekasih, membuat mereka berakhir bercinta di tempat yang tidak seharusnya. Padahal ia sudah meminta pelayan untuk segera menghilangkan semua barang bukti, namun semua terlambat ketika Kayena yang baru datang langsung pandai memahami situasi.

“Terus lah bela kekasih Anda, Yang Mulia. Namun, di mata saya kalian berdua sama-sama bersalah karena telah mengotori tempat ini.” Kayena menatap dengan berani ke arah sang suami. Tak ada ketakutan sedikitpun yang tampak pada sorot matanya. “Setelah meninggalkan Ratu Robelia di negeri orang tanpa harga diri, Anda sepertinya menghabiskan banyak waktu untuk membuat suasana hati kekasih Anda menjadi lebih baik.”

“Maaf soal insiden di Alexia, Kayena. Aku benar-benar tidak berniat untuk meninggalkan mu begitu saja.”

Kayena tersenyum tipis seraya mengedipkan bahunya, acuh. “Saya tahu jika Anda tidak berniat meninggalkan saya. Namun, tindakan spontan seperti itu selalu Anda perlihatkan ketika Anda dihadapkan dengan pilihan yang menempatkan Katarina pada salah satu sisi. Tanpa pikir panjang, Anda akan meraih tangan Katarina, kemudian meninggalkan saya tanpa perasaan.”

“Kayena …”

“Saya rasa cukup sampai di sini, Yang Mulia.” Kayena kembali melanjutkan ketika Kaizen tampak mulai frustasi menghadapinya. “Pengorbanan yang saya lakukan selalu berakhir sia-sia di mata Anda. Untuk kedepannya, mari kita berjalan di jalan masing-masing,” lanjutnya dengan senyum tanpa ekspresi yang tampak membingungkan. “Let’s get Divorce, my Husband. I tired (mari kita bercerai, suamiku. Saya lelah).”

Seolah belum puas membuat Kaizen dan yang lain terkejut, Kayena kembali melanjutkan dengan serangan kedua. “After that I will return to Kyen and you … can live happily with Grand Concubine Katarina (setelah itu saya akan kembali ke Kyen dan Anda bisa hidup bahagia bersama Selir Agung Katarina).”

💰👑👠

TBC

Semoga suka 😘 sampai jumpa di part berikutnya. Jangan lupa like, vote, rate bintang 5 🌟 komentar, follow Author Kaka Shan + IG Karisma022 🤗

Tanggerang 08-04-23