NovelToon NovelToon
Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pengganti / Obsesi
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cty S'lalu Ctya

Pahit nya kehidupan yang membelengguku seolah enggan sirna dimana keindahan yang dulu pernah singgah menemani hari-hari ku terhempas sudah kalah mendapati takdir yang begitu kejam merenggut semua yang ku miliki satu persatu sirna, kebahagiaan bersama keluarga lenyap, tapi aku harus bertahan demi seseorang yang sangat berarti untuk ku, meski jalan yang ku lalui lebih sulit lagi ketika menjadi seorang istri seorang yang begitu membenci diri ini. Tak ada kasih sayang bahkan hari-hari terisi dengan luka dan lara yang seolah tak berujung. Ya, sadar diri ini hanya lah sebatas pendamping yang tak pernah di anggap. Tapi aku harus ikhlas menjalani semua ini. Meski aku tak tahu sampai kapan aku berharap..
Adakah kebahagiaan lagi untuk ku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makan Siang Berdua

Sampai di lobi ternyata tuan Bahar sudah sampai, segera Bagas dan Yoga menyambut kedatangan mereka ketika turun dari mobil.

"Selamat datang tuan Bahar?" sapa Yoga seraya menjabat tangan tuan Bahar.

"Terima kasih pak Yoga" balas tuan Bahar, Bagas pun menyalami tuan Bahar. Dan turunlah seorang wanita menghampiri mereka dengan gaya yang anggun dan berkaca mata hitam.

"Please to meet you mas Galang" seruan dari wanita itu ketika mendekat seraya membuka kaca mata nya. Yoga dan Bagas memperhatikan wanita itu.

"Oliv" Yoga mengernyit.

"Akhirnya kita berjumpa lagi" lanjut Oliv dengan entengnya memeluk lengan Yoga. Sontak Yoga langsung menjauh.

"Maaf" ujar Yoga. Oliv menghela nafas kasar seraya memperkenalkan diri jika dia adalah anak dari tuan Bahar. Tak ingin membuang waktu lama tuan Bahar segera mengajak ke pabrik untuk menilik.

"Begini pak Yoga semua saya serahkan pada anak saya Oliv, kata anak saya kalian saling kenal, jadi lebih baiknya kalian bicarakan bersama mengenai investasi ini" ujar tuan Bahar ketika di ruangan Yoga. Yoga mengangguk. Kemudian tuan Bahar pamit terlebih dahulu karena dia ada meeting lagi.

"Bagaimana Bu Oliv apa anda bersedia-"

"Tentu saja, dan kita akan menjalin kerjasama dengan baik, tentunya ya kan mas?" Oliv memotong perkataan dari Bagas. Yoga hanya mengangguk.

"Terima kasih kalau begitu silahkan anda tanda tangani ini!" ujar Bagas mewakili. Oliv pun langsung membumbui tandatangan di atas kertas itu. Begitu juga Yoga.

"Mas Yoga nanti malam kita dinner untuk merayakan semua ini" ajak Oliv pada Yoga. Sedangkan Yoga hanya menghela nafas panjang.

"Maaf, sepertinya saya tidak bisa, karena ada janji" tolak Yoga. Oliv nampak kecewa. Tapi tak kehilangan akal dia pun akan datang lagi besok kesini.

"Dengan senang hati Bu Oliv" Yoga melirik tajam Bagas yang menanggapi ungkapan Oliv.

"Ok, kalau begitu aku akan kesini terus, sekalian meninjau pabrik" girang Oliv. Sudah satu jam sudah Oliv tak kunjung pulang, sedangkan Yoga malas sekali bersama dengan Oliv, wanita yang dia hindari dari dulu tapi kini mereka ketemu lagi parah nya sekarang mereka bekerja sama, andai Yoga tahu jika tuan Bahar itu ayah Oliv mungkin dia tidak akan pernah mengajukan kerja sama. Sedangkan Bagas sedari tadi yang harus meladeni Oliv yang bertanya ini itu semakin kesal, pasalnya bos nya seolah tak perduli malah lebih mementingkan fokus pada kerjaan nya dan Bagas lah yang harus meladeni Oliv.

"Cepat usir wanita itu!" sebelumnya Yoga mengirim pesan pada Bagas

"Di usir bagaimana dia kan investor" balas Bagas.

"Terserah, jika itu mau, aku tak peduli" lagi Yoga membalas pesan Bagas. Bagas yang membaca hanya mendengus kesal.

"Semua ini untuk pabrik" timpal Bagas membalas.

"Hem,, bonus menunggumu jika berhasil" balas Yoga. Dia melirik Bagas yang duduk di depan Oliv yang masih tanya ini, itu. Bagas tersenyum bangga pada dirinya yang mengidamkan uang bonus di akhir bulan. Satu jam sudah Oliv tak kunjung pulang, sedangkan Bagas sudah capek meladeni, melihat itu Yoga segera berdiri dari kursinya.

"Maaf Bu Oliv, saya dan Bagas harus pergi karena ada meeting penting" kata Yoga mencari alasan. Bagas pun mengulas senyum merasa lega.

"Oh, kalau begitu sekalian saja aku bareng sama kalian berdua" kata Oliv.

"Tidak karena arah kita berlawanan, saya pesankan taksi saja untuk anda!" tolak halus Yoga. Oliv cemberut tapi tak selang lama dia mengangguk dan bersedia naik taksi.

"Ok, terimakasih banyak mas Galang begitu perhatian sama aku" balas Oliv dengan percaya diri, Bagas yang mendengar sempat tersenyum mengejek ke arah Yoga.

"Bagas kau pesan kan taksi untuk Bu Oliv!" perintah Yoga segera di angguki Bagas. Mereka bertiga pun keluar bersama, dimana Oliv berjalan beriringan dengan Yoga sedangkan Bagas berjalan di belakang mereka menuju lobi. Alana tak sengaja melihat kepergian mereka membuat dada nya merasa sesak. Apa dia cemburu? atau hanya sakit hati, karena dirinya hanya lah pemuas nafsu Yoga ketika di rumah dan saat di luar Yoga bebas bersama dengan wanita lain tanpa perduli pada Alana. Tak ingin terlalu mengambil hati Alana memilih segera ke loker untuk mengambil ponselnya yang ada di dalam tas, sekalian dia akan ke kantin untuk makan siang karena dia tidak membawa bekal.

Sedangkan di dalam mobil Yoga menatap tajam Bagas yang sedang menyetir.

"Kenapa kau tak bilang jika tuan Bahar itu ayahnya Oliv?" cecar Yoga pada Bagas. Bagas menghela nafas kasar.

"Tadi kan aku sudah bilang, dan mana aku tahu jika kalian saling kenal" balas Bagas yang menyetir. Yoga mendengus kasar.

"Tapi sepertinya dia sangat tertarik padamu" lanjut Bagas.

"Aku tak perduli" jawab cuek Yoga.

"Lalu kita mau kemana sekarang? bukankah tidak ada jadwal meeting hari ini?" tanya Bagas, dia tahu kalau Yoga tadi hanyalah beralasan pada Oliv agar cepat pergi dari kantornya.

"Terserah kau" jawab Yoga menyandarkan punggung nya ke belakang.

"Lunch yuk! lapar!" ujar Bagas nyengir sekaligus mengharap pada Yoga. Yoga mengangguk, dengan senyum berbinar Bagas segera membelok kan mobil ke restoran yang tidak terlalu jauh dari pabrik. Mereka berdua pun masuk ke dalam restoran. Tiba-tiba Yoga teringat dengan Alana, biasanya Alana membawa bekal tapi tadi pagi mereka berangkat dari rumah pak Johan jadi Alana tidak akan membawa bekal, dan untuk ke kantin apakah punya uang untuk membeli makan sedangkan dia tidak pernah memberi uang sepeserpun pada Alana.

"Kita bungkus saja, beli tiga porsi!" ujar Yoga ketika waiters menghampiri mereka, Bagas yang tadinya ingin memesan minum pun diurungkan saat mendengar perintah dari sang bos yang menyuruh membungkus saja.

"Lalu pesan apa?" tanya Bagas yang bingung akan memesan apa.

"Samakan dengan milik mu!" Balas Yoga. Bagas pun mengangguk. Kebetulan mereka mampir ke restoran Padang, jadi Bagas memesan rendang dan juga ayam bakar untuk lauk nya. Lima belas menit berlalu seorang waiters mengantarkan pesanan mereka. Tiga bungkus nasi Padang. Yoga segera membayar mereka pun pergi dari restoran itu kembali ke pabrik. Di kantin Alana memesan soto ayam dan air putih, menu yang harganya paling murah. Karena Alana harus berhemat, dia masih punya uang sisa dari menebus obat milik Emir uang yang kemarin di pinjamin Gala.

"Aku harus cari tambahan pekerjaan, bagaimana pun Emir masih harus kontrol" lirih Alana yang melihat nominal uangnya hanya tinggal sedikit.

"Mbak Yumna ini soto dan air pesanan Mbak" kata penjual mengantar pesanan Alana.

"Terima kasih teh" balas Alana. Penjual itu kembali, dan disaat itu teman-teman nya datang ke kantin bersamaan dan berkumpul bersama. Mereka pun makan siang bersama di satu meja panjang yang ada di kantin. Pukul satu siang jam istirahat sudah usai mereka pun kembali untuk bekerja.

"Yumna, kita kembali ke pabrik dulu ya, pak Yanto menyuruh membersihkan gudang" pamit Tirta mewakili. Alana mengangguk.

"Tapi kamu gak masalah kan membersihkan kantor sendirian?" tanya Asep.

"Gak apa kok, lagian semua sudah selesai ku bersihkan, tinggal di pantry yang belum" balas Alana.

"Kalau kamu butuh bantuan hubungi kami ya!" pesan Luna sebelum mereka kembali ke pabrik. Alana mengangguk, mereka berlalu sedangkan Alana menuju pantry.

Yoga mondar mandir mencari keberadaan Alana Alana tapi dia tidak melihat adanya di kantor, padahal dia ingin mengajak Alana makan siang, dua bungkus nasi yang dia beli di restoran tadi masih tergeletak di atas meja. Dilihatnya sudah pukul satu, dan dia pun menghubungi Bu Hana suruh Alana untuk ke ruangan nya.

"Permisi pak"

"Duduk, cepat makan!" perintah Yoga saat Alana melangkah masuk.

"Tapi.."

1
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
AZLEN HASLINA BT. AWANG KPM-Guru
hebat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!