Terjebak Dalam Tubuh Istri Yang Dibenci

Malam itu Amber tak mau berjauhan sedikit pun dari Eric, terus menempel kemana pun Eric pergi. Bahkan kini setelah mereka selesai menyalurkan gairah mereka berdua, Amber masih menciumi setiap jengkal tubuh telanjang pria itu.

"Bekas luka apa ini di bahumu," Amber lalu mengecup bekas luka itu.

"Itu terluka terakhir kali saat aku dan para anggotaku bertarung. Saat itu kami tidak ada persiapan, seseorang membocorkan penyamaran kami dan berhasil menjebak kami. 6 anggotaku tewas terbunuh, aku tertembak di bahu dan 2x tertembak di perut. Harris juga terluka, Robbin dan Agnes bertahan dan membawaku juga Harris menjauh dari tempat jebakan. Saat Robbin dan Agnes kembali untuk membawa jasad keenam para anggotaku, ada 1 jasad hilang, kami hanya menemukan 5 jasad. Hari berikutnya aku tak sadarkan diri selama seminggu, bahkan aku tak bisa melepas kepergian kelima anggotaku saat dikuburkan." Mata Eric menerawang, Amber mengusap wajah pria itu lembut.

"Selama ini kamu pasti menderita, sekarang semuanya sudah selesai bukan? Kamu kini sudah selamat, aku tidak ingin kamu menghadapi penjahat seperti itu lagi. Mereka bukan penjahat yang sama yang ada di belakang Delon, bukan?"

Eric mengalihkan tatapannya dari Amber, ia tidak ingin berbohong dengan Amber masih menatapnya. "Bukan, mereka penjahat yang berbeda. Kali ini aku tidak akan bertindak, hanya mengawasi mereka."

"Kamu jujur?"

"Tentu aku jujur padamu, Nyonya Eric." Eric menggelitiki tubuh telanjang Amber, membuat wanita itu cekikikan tertawa.

"Tidurlah, sudah malam. Besok kamu harus ke Perusahaan lagi." Ujar Eric seraya menarik lembut menempelkan tubuh Amber padanya.

Amber menguap, "Kau benar, aku sangat ngantuk." Wanita itu memeluk tubuh atletis Eric seraya menutup matanya.

"Eric..."

"Hm."

"Aku mencintaimu..."

Kembali tak ada jawaban, akhirnya Amber terlelap tanpa mendengar jawaban dari Eric.

Pagi harinya Amber sedang sibuk menata rambutnya, pagi tadi saat terbangun Eric meminta jatah lagi padanya. Selama ia masih bisa melayani Eric, tentu saja ia akan memberikannya tapi sialnya ia malah ketiduran kembali karena kelelahan.

"Masih belum siap?" Eric membawa nampan berisi sarapan masuk ke dalam kamar.

"Bukankah ini karenamu?" jawab Amber, tangannya masih sibuk menggulung rambut agar bawahnya berbentuk curly.

"Aku akan menyuapimu, minum dulu su su-nya." Eric mendekatkan bibir gelas ke mulut Amber, wanita yang masih sibuk itu meminumnya.

"Serealmu, aaaa..." Eric menyendok satu sendokan penuh.

"Itu terlalu banyak, Eric." Protes Amber.

Eric lalu memakan setengah sereal dari sendok, kemudian memasukkan sisa suapan itu pada mulut Amber.

"Lezat, kau juga makanlah."

Eric menuruti ucapan Amber, ia memakan satu suapan lalu menyuapi Amber lagi begitu sampai sereal itu habis. "Aku turun lebih dulu, Agnes dibawah."

"Pergilah."

Eric pergi keluar kamar membawa mangkuk dan gelas yang sudah kosong.

"Ok selesai!" Amber berdiri. Ia mengambil tas kerjanya, berjalan melewati koridor tapi saat akan menuruni tangga ia mendengar sebuah nama yang disebut Eric.

"Agnes, jangan sampai istriku tau Erren sudah kembali. Jangan membicarakan tentang Erren di depannya, istriku sedikit sensitif. Mengerti!"

"Ya, Capt."

Amber mengerutkan keningnya mendengar Eric bicara seperti itu, Siapa Erren?

Amber menggelengkan kepalanya, jika Eric ingin bercerita pasti pria itu akan menceritakannya.

"Yuk, aku siap."

Seketika Agnes dan Eric berdiri. Eric tersenyum mendekati Amber.

"Hati-hati membawa mobilnya, Agnes."

"Yes, Capt."

"Kamu juga, jangan mampir kemana-mana hari ini. Jika ingin bertemu Rex, kamu bisa panggil dia kesini."

"Hari ini aku harus bekerja diluar, aku harus memeriksa toko-toko milik Perusahaan. Setiap perhiasan disana modelnya sudah tak update, aku sudah memeriksanya dan ingin mendaur ulang. Jadi, maaf jika hari ini aku sibuk dan tidak bisa mengabarimu nanti."

Eric terdiam, ia juga harus pergi ke camp untuk bertemu Erren. Sepertinya hari ini adalah kesempatan dia untuk bicara dengan Erren seharian ini. "Baiklah, aku tidak akan mengganggumu. Aku akan menjadi suami manis menunggumu pulang."

Amber mencium bibir Eric, "Bye, aku pergi. Jadi suami penurut di rumah, tunggu aku pergi menghasilkan uang, xixixi..."

"Ya. Hasilkan uang yang banyak untuk kita."

Amber berjalan di belakang Agnes, tiba-tiba dia berbalik entah kenapa perasaannya sedikit tak rela harus pergi. "Aku akan pulang cepat."

Eric mengangguk.