Kanayah memeluk lututnya serta mengigit lengannya. Gadis itu tengah menahan tangisnya. Terlihat sebuah alat tes kehamilan dengan dua garis merah ia genggam dengan gemetaran. Kanayah hamil, dan lebih parahnya lagi benih dalam rahimnya itu adalah milik Jacob Garadha, putra sulung dari Keluarga Garadha yang saat ini telah memiliki tunangangan.
Kanayah menangisi dirinya yang begitu memiliki nasib mengenaskan. Hidup sebagai yatim piatu, dengan memiliki kelebihan wajah cantik bak dewi serta tubuh indah nyatanya tidak membuat hidup Kanayah beruntung. Karena kecantikannya itu Kanayah harus mengalami diskriminasi oleh warga desa dan difitnah sebagai penggoda hingga diusir dari desanya.
berharap di kota akan menemukan kebahagiaan namun nyatanya Kanayah justru harus merelakan harta wanitanya yang berharga di renggut paksa oleh Jacob Garadha.
Lalu akankah Jacob Garadha mau bertanggung jawab akan kehamilan Kanayah?
Dan bisakah hidup Kanayah berubah serta hidup bahagia? simak kisahnya di novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Duyung Indahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
"Tuan, kaki Anda! "
Riko yang baru saja masuk ke dalam ruangan dikejutkan dengan kondisi kaki Jacob yang terbalut perban.
"Hanya luka kecil, ada apa kamu datang kemari? "ucap Jacob.
Asisten Jacob itu hanya bisa bergumam dalam hati, pria itu tahu pasti luka yang ada pada kaki Jacob pasti bukanlah luka kecil biasa karena Riko melihat betapa tebalnya perban yang membalut kaki Jacob itu.
"Ehem, begini Tuan ada beberapa berkas yang membutuhkan tanda tangan Anda Tuan."
Riko menyerahkan berkas yang ia bawa kepada Jacob. Terlihat Jacob mulai membuka lalu memeriksanya dengan teliti. Setelahnya barulah ia bubuhkan tanda tangannya disana.
"Sepertinya ada yang ingin Kamu sampaikan lagi Riko? "
"Tidak Tuan, Saya hanya ingin menanyakan mengenai Nona Alexsa, karena saat ini Anda sudah..."
"Dia masih sulit Saya hubungi Rik. Mungkin Aku akan mendatanginya langsung untuk memutuskan pertunangan kami, karena bagaimanapun disini Akulah yang salah, "tutur Jacob.
Senyuman tipis terangkat dari sudut bibir Riko. Pria itu lega saat mengetahui Jacob yang ingin memutuskan pertunangannya dengan Alexsa karena statusnya yang sudah menikah dengan Kanaya. Tadinya Riko khawatir jika Tuannya akan melakukan sejenis pernikahan kontrak layaknya seperti desas-desus pernikahan karena tragedy lainnya mengingat betapa cintanya Jacob pada Alexsa namun ternyata Jacob justru memilih wanita yang tengah mengandung anaknya dan mau memutuskan hubungan pertunangannya.
"Saya harap semuanya berjalan sesuai rencana Anda Tuan."
"Kamu pasti berpikir Aku hanya akan menikahi Kanaya sampai bayi itu lahir, "ujar Jacob membuat Riko tertegun.
"Maaf Tuan."
"Tak masalah, tadinya Aku sempat berpikir seperti itu. Namun saat Aku menyentuh perutnya dimana anak kami berada, Aku membayangkan nasib anak kami yang tidak bisa mendapatkan kasih sayang sepenuhnya dari Aku maupun Kanaya, lantaran kami yang berpisah hanya karena keegoisanku, "jelas Jacob.
"Semoga Anda dan Nona beserta bayi kalian akan hidup dalam kebahagian, "ucap Riko.
"Hem. "
"Baik kalau begitu, Saya harus kembali ke perusahaan Tuan, "pamit Riko.
"Iya. "
Setelah kepergian Riko dari ruang kerjanya, Jacob bermaksud keluar. Pria itu beranjak dari sofa, namun saat ia akan berdiri barulah Jacob merasakan sakit pada kakinya.
"Sshht, Aw. "
Walau rasa sakit yang ia rasakan. Jacob tetap berusaha bangkit dari sofa. Namun karena rasa sakit yang dirasakannya membuat Jacob yang baru saja bangkit limbung.
"Ya ampun Mas, kenapa tadi gak minta tolong sama pelayan atau minta diantarkan sama Riko saja, "ucap Kanaya khawatir.
Tadinya wanita itu yang melihat keluarnya Riko dari kediaman Garadha ingin menghampiri Jacob untuk mengajaknya makan siang, namun saat ia membuka pintu Kanaya justru disajikan Jacob yang limbung.
"Mas mau kemana? "
"Mau ke kamar Nay, "ujar Jacob.
"Sini biar Naya bantu saja ya Mas,"tawar Kanaya.
Tidak ada pilihan lagi, akhirnya Jacob menerima tawaran Kanaya. Kanaya meraih lengan Jacob dan ia letakka. di atas bahunya. Lalu tangan kanannya ia letakkan pada belakang pinggang pria itu. Dengan posisi seperti itu keduanya sangat intim. Membuat pikiran Jacob melalanglang buana terlebih saat ia merasakan daging lembut yang berbalut kain kaca mata menempel pada dada sampingnya.
"Mas pelan-pelan ya, "ucap Kanaya.
"Hah, apa tadi? "tanya Jacob yang tidak mendengar ucapan Kanaya. Mendengar kata pelan-pelan entah mengapa justru membuat pikiran Jacob semakin ke arah sana.
"Jalannya pelan-pelan Mas, "ulang Kanaya lagi.
"Eh iya pasti. Kirain pelan-pelan yang lain. "
"Emang Mas mikirnya apa? "tanya Kanaya dengan polosnya.
Ayolah Kanaya hanya wanita berusia delapan belas tahun yang hidup di desa tidak mengenal banyak tentang teknologi. Dia saja hanya bersekolah sampai jenjang SMP, tentu dia masih polos dengan hal-hal berbau dua satu plus.
"Sudahlah, nanti Aku malah tidak fokus, "elak Jacob yang tidak ingin jauh pembahasannya.
"Gitu ya, ya sudah. Siniin kembali Mas tangannya. Ayo pelan-pelan, "ujar Kanaya kembali meraih tangan Jacob yang ia kembali terlepas dari atas bahunya.
Jacob yang tidak ingin beban tubuhnya membuat Kanaya berat. Sesekali berusaha menginjakkan kakinya walau tengah terluka. Dan hal itu membuat Kanaya merasa tak tega padanya.
"Gak papa Mas, Aku kuat kok, "ucap Kanaya agar Jacob sepenuhnya membebankan tubuh padanya.
"Tidak apa-apa, lagian kasihan juga anak kita, "ujar Jacob.
Pipi Kanaya bersemu merah mendengar Jacob yang mengakui anak dalam perutnya dengan kata 'anak kita'.
Walau dengan susah payah akhirnya Jacob bisa kembali berada di kamar dengan bantuan Kanaya. Kanaya membimbing Jacob agar berbaring di atas kasur, lalu dirinya gegas meminta pelayan membawa makanan Jacob ke kamarnya.
"Duduklah disini, jangan terlalu banyak bergerak. Kasihan anak kita karena ibunya selalu bergerak, "ujar Jacob menepuk sebelah kasurnya.
Lagi-lagi kata 'anak kita' yang keluar dari bibir Jacob sukses membuat pipi Kanaya semakin bersemu merah. Dan kali ini Jacob melihat dengan jelas istri kecilnya yang tengah merona yang mana membuat Jacob senang melihatnya.
"Aku harap Kamu bisa membuatku jatuh cinta Naya, "batin Jacob.
Terlihat Indri yang tadi dimintai tolong Kanaya terlihat memasuki kamar besar itu dengan sebuah nampan berisi makanan untuk Jacob.
"Sini Ndri, biar Aku aja yang ngelanjutin. Terima kasih ya Ndri, "ucap Kanaya mengambil alih nampan itu.
"Iyap sama-sama Nona Muda, "ujar Indri dengan senyuman merekah.
"Ih apa-apan sih Ndri, panggil saja Kanaya kayak biasanya dong, "ucap Kanaya hanya mendepat kekehan Indri.
Kanaya meletakkan nampan itu di atas meja yang terletak di sisi kasur.
"Makan dulu ya Mas, Naya tahu Mas pasti sedari pagi belum makan. Biar Naya suapin mau? "tanya Kanaya yang langsung mendapat anggukan dari Jacob.
Senyuman kecil terbit dari bibir Kanaya, wanita itu mengambil sepiring makanan yang tadi dibawa Indri lalu mulai menyuapi makanan pada Jacob.
"Terima kasih, kamu sangar baik, "ucap Jacob yang mendapat senyuman manis dari Kanaya.
***
TBC