Gabriella anashtasia
Nona muda kaya yang harus menggantikan posisi sang kakak untuk menjadi CEO Tanwarin Corp.
Dalam tugasnya, Gabriella mendapatkan ancaman dari orang orang yang ingin menjatuhkannya.
Suatu kejadian membuat Gabriella bertemu dengan Akin, seorang pria tangguh dan berani.
Pertemuan yang membuat Akin mendapat tawaran menjadi seorang bodyguard untuk menjaganya.
Karena suatu keadaan,membuat Akin harus menerima tawaran itu dengan suatu persyaratan yang dia berikan.
Akankah perjalanan Akin menjadi seorang bodyguard akan segampang itu???
Apakah dia akan sanggup bertahan menjadi seorang bodyguard dalam keluarga yang penuh ancaman???
Akankah akan tumbuh cinta diantara nona muda dan bodyguardnya???
Ikuti terus keseruan Akin, bodyguard yang harus sabar menghadapi keluarga nona mudanya.
Kisah ini mengandung perselisihan antar dua keluarga yang berbeda pendapat.
salam Sijack🥰.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sijack, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14: Bertanya??
Akin terbangun dengan rasa pening dikepalanya, dia menengok kesamping dan terlihat Pete masih tertidur lelap.
"Hey...Pete,bangun!!!" Akin menggoyangkan badan Pete agar terbangun.
"Pete!!!"
Pete menggeliat merasa tidurnya terusik.
"Akin,kau sangat berisik!!" dengan suara seraknya dia menutup telinganya dengan bantal.
Akin langsung menarik bantal Pete.
"Pete,bangunlah!!"
"Aku ingin bertanya sesuatu"
Pete terpaksa bangun dan duduk menghadap Akin dengan muka bantalnya.
"Memangnya kau mau bertanya apa???" Pete dengan suara khas bangun tidurnya terpaksa meladeni Akin.
Akin memasang wajah seriusnya.
"Pete,apa kau tau apa yang terjadi sebelum aku pingsan???" Saat ini ia ingin memastikan suatu hal.
Pete mengangkat kedua bahunya.
"Aku tidak tau,aku saja tidak sadar kapan kita pulang tadi malam" Pete memperhatikan Akin yang sedang memikirkan sesuatu.
"Memangnya kenapa,apa kau mengingat sesuatu??"
tanya Pete penasaran.
Akin tampak berpikir apakah dia perlu mengatakannya pada Pete.
"Mmm...sebenarnya,aku merasa sebelum aku pingsan,aku seperti mencium seseorang" ucapnya ragu.
Pete melongo mendengar hal itu kemudian terbahak keras.
Akin mendengus kesal karena ditertawakan.
"Uyyy,Pete,jangan menertawakanku!!!"
Seketika kantuk yang melanda Pete hilang.
"Baiklah,baiklah" Pete menghentikan tawanya.
"Sepertinya itu hanya mimpimu saja,Akin" ucap Pete.
Akin tampak berpikir mengingat kejadian tadi malam.
""Tapi,itu seperti nyata!!" kekehnya.
Pete mendengus karena Akin tidak mempercayainya.
"Terserah kau saja,Akin." Pete bangun dari kasurnya dan berjalan menuju kamar mandi.
Akin menggelengkan kepalanya untuk melupakan hal itu.
Disisi lain, Gabriella bersandar didepan cermin sambil mengingat kejadian malam tadi.
Apa yang kau lakukan tadi malam,Ella!!
Pekiknya dalam hati.
Kenapa aku sampai kelepasan mencium Akin.
Gabriella menyesali tindakan impulsifnya ketika sedang mabuk.
Gabriella bolak balik didalam kamar mandi sambil memikirkan apa yang harus dia lakukan jika bertemu Akin.
"Oke,Ella, tenangkan dirimu" sambil mengatur napasnya.
"Kau harus bersikap biasa saja didepannya,agar kau tidak malu,oke" ucapnya pada diri sendiri.
Gabriella segera menyelesaikan rutinitasnya didalam kamar mandi.
********
Pagi ini tidak ada hal khusus yang harus dilakukan para pengawal,sehingga Akin memilih untuk merokok ditaman belakang.
Akin mencoba menyalakan pemantiknya tapi tidak ada api yang keluar.
"Apa kau butuh pemantik??" ucap seseorang menyodorkan pemantik kepada Akin.
Akin menoleh kearah orang yang baru datang itu.
"Nona Alea" Akin kaget ternyata yang menawarkan pemantik adalah Nona muda Miller.
Akin menatap pemantik itu sejenak dan mengambilnya.
"Terimakasih ,Nona" Akin segera memakai pemantik itu dan mengembalikannya lagi.
Akin tampak berpikir sesuatu.
"Mmm...apa anda juga...."
Alea paham apa yang dimaksud Akin.
"Tentu saja tidak" Alea terkekeh diakhir ucapannya.
"Kebetulan saja aku sedang membawanya" ucapnya santai.
Akin menunduk malu.
"Maaf,Nona,saya salah paham" ucapnya tak enak.
Alea tersenyum pada Akin.
"Santai saja... oh ya,kenapa kau berada disini???"
"Kenapa tidak bersama Ella??" tanya Alea mencari topik pembahasan.
"Mmmm...sekarang saya ditugaskan menjaga tuan Noah,Nona" ucap Akin.
"Noah???" Alea tampak tak percaya.
Alea menganggukkan kepalanya.
"Dia kurang lebih seperti Ella,bukan??."
Akin tersenyum membenarkan ucapan Alea.
"Anda benar,Nona"
Mereka tergelak membahas adik kakak penghuni rumah utama.
Disebuah jendela dikamar lantai 3,terlihat Gabriella sedang mengintip Akin dan Alea yang tampak akrab berbicara.
******
Gabriella memanggil Akin untuk mendatanginya dikamarnya.
Akin masuk kekamar itu dan melihat Gabriella sedang duduk santai dibalkon kamarnya.
"Nona,ada apa memanggil saya???" Ucapnya kebingungan.
Gabriella menoleh kearah Akin.
"Apa aku mengganggumu??? tampaknya kau sedang asik berbicara" Gabriella membahas apa yang dia lihat tadi.
Akin berpikir apa yang dimaksud Gabriella.
"Ohhh,nona Alea" ucap Akin memahami maksud Gabriella.
"Tadi dia meminjamkanku pemantik." jelas Akin.
Gabriella menatap Akin.
"Apa tidak ada yang memberitahumu,bahwa tidak boleh berinteraksi lebih dengan keluarga Miller??"
Akin mendengus.
"Maaf,Nona,saya tidak tau ada masalah apa diantara keluarga anda dan keluarga mereka.."
"Tadi nona Alea mengajak saya berbicara, jadi saya membalasnya sebagai bentuk sopan santun" Ucap Akin menjelaskan.
Gabriella hanya menatap Akin tanpa membalas apapun.
"Kalau tidak ada hal lagi, saya permisi" Akin berbalik akan pergi keluar kamar.
"Tunggu!!!" ucap Gabriella menghentikan langkah Akin.
Akin berbalik sambil menatap malas nonanya.
"Apa lagi,Nona???" tanyanya malas.
Gabriella tampak memikirkan sesuatu.
"Mmm...apakah kau baik baik saja tentang semalam???" Gabriella kembali membahas ciuman yang terjadi tiba tiba.
Akin tersenyum.
"Tentu saja,Nona,aku sudah sering melakukannya"
Jawaban Akin membuat Gabriella melotot.
"Kau sering melakukannya??" Tanyanya tak percaya.
"Iya,Nona,aku sering sekali pergi ke bar kalau hari libur"
Gabriella melongo mendengar jawaban Akin.
"Maksudmu dengan "yang sering kau lakukan" adalah pergi ke bar??"
Akin mengangguk.
"Iya,Nona" Gabriella mengangguk dan bertanya lagi.
"Kalau hal lain???" Tanya lagi.
"Mmm...setelah aku pingsan aku lupa dengan apa yang terjadi,Nona" jelas Akin.
"Tapi,apakah aku ada melakukan hal memalukan,Nona??" Tanya Akin. Mungkin saja Gabriella mengingat apa yang terjadi tadi malam.
Gabriella tampak kebingungan ingin menjawab apa.
"Mmmm...aku juga tidak terlalu ingat,kau tau kan kita semua kemarin mabuk" ucap Gabriella pura lura lupa dengan apa yang terjadi.
Akin menganggukkan kepalanya.
"Kau benar juga,Nona"
Gabriella tersenyum agar Akin tidak curiga.
"Yasudah,kau boleh pergi,aku cuma mau menanyakan hal itu saja" ucapnya mengusir Akin.
Akin memasang raut heran.
"Itu saja..."
"Yang anda tanyakan??" Gabriella balas dengan anggukannya.
Akin mendengus kesal,dia kira ada hal yang penting.
"Baiklah,saya permisi" Akin berjalan keluar meninggalkan Gabriella yang bernapas lega.
"Untung saja dia lupa" gumamnya pada diri sendiri.
Gabriella merasa tenang karena Akin tidak mengingat ciuman itu sama sekali.