"Sejak kapan kamu selingkuh sama adikku mas? JAWAB!!!" Bentaknya pada sang suami
"Dua bulan ini." Jawab nya lirih.
Kayla baru saja mengetahui fakta mengejutkan, suaminya selingkuh dengan adiknya sendiri. Orang yang dia tampung di rumahnya, menjadi benalu bagi rumah tangganya.
Anaknya yang baru berumur 4 tahun harus tiada akibat keracunan dan membuat Kayla sangat depresi hingga berakhir dirinya meninggal akibat tertabrak mobil.
Namun siapa sangka, Kayla kembali terbangun 6 bulan sebelum dirinya mengetahui sang suami selingkuh.
"Aku akan mengubah semuanya, masih ada waktu 4 bulan sebelum hal itu terjadi," (- Kayla Meishana Dominique)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Arvian
Peringatan❗❗❗ setiap adegan yang ada jangan di tiru!!!
"Sayang! pasangkan dasiku!"
Kayla yang sedang membersihkan tempat tidur pun menghentikan kegiatannya, dia berbalik dan mendelik menatap Aksa.
"Biasanya juga kamu pasangnya sama Vania, sana ke dia aja!" Ketus Kayla dan kembali melanjutkan aktifitasnya.
"Kamu tuh kenapa sih kempar aku ke Vania terus? kamu capek ngurus aku? ke Arvian sekarang kamu perhatian, kenapa aku gak? lagian yang istriku itu kamu atau Vania si?!" Gerutu Aksa.
Kayla menghentikan kegiatannya, dia terdiam mencerna protesan sang suami. Benar juga, di kehidupan nya dulu karena sering nya Kayla melempar tugasnya sebagai istri. Suaminya malah balik mencintai wanita itu.
Seketika mata Kayla berkaca-kaca kala mengingat kejadian menyakitkan itu. Dimana dirinya kehilangan suami beserta putranya. Sungguh Kayla tak ingin hak itu terjadi. Namun, Aksa dan Vania sudah tunangan. Kayla pikir, jika dia tak dapat menyelamatkan suaminya maka biarkan putranya hidup bersamanya.
"Hiks ... hiks ...,"
Aksa yang sedang memakai dasi dengan perasaan kesal pun seketika terkesiap mendengar suara tangisan istrinya. Segera ia beranjak mendekati KAyla yang memunggunginya.
Terlihat, bahu sang istri bergetar hebat. Dia pun segera membalikkan tubuh sang istri dengan lembut.
"Hei, kenapa? maaf, aku tadi sedikit membentakmu. Maaf, aku salah. Jangan menangis, kasihan anak kita ikut sedih nanti." Khawatir Aksa.
Aksa membawa Kayla ke pelukannya, berkali-kali dia menciumi kening Kayla dan menggumamkan kata maaf.
"Maafkan suami bodohmu ini sayang " Gumam Aksa.
Tadinya Kayla tak membalas pelukan Aksa, tetapi kali ini dia membalas pelukan Aksa dengan sangat erat.
"Jangan sama Vania, tinggalkan dia. Jika bukan untukku aku, pikirkan lah Arvian dan calon anak kita." ISak Kayla.
Aksa memejamkan matanya, dia ingin sekali bercerita tentang hal ini pada Kayla. Namun, istrinya itu mudah terbawa emosi. Takutnya, Kayla akan membocorkan pada Vania tentang Arsya yang ternyata masih hidup.
Ya! Vania tak tahu jika Arsya masih berjuang untuk kembali sadar, seharusnya Arsya telah tiada dan berita itu pun di kabarkan langsung oleh Aksa.
"Aku harus pastikan Arsya bangun, jangan sampai Vania tahu jika Arsya masih hidup. Dia bisa saja membunuh Arsya demi mencapai keinginannya. KArena Arsya lah penghalang terbesarnya." Batin Aksa.
Setelah Kayla puas menangis, dia menarik diri dari pelukan Aksa. Dirinya menatap dasi Aksa yang belum terpasang, ia segera memasang dasi sang suami tanpa di minta.
Aksa hanya melihatnya saja, kedua sudut bibirnya sedikit tertarik melihat kepedulian istrinya.
"Sudah," ujar Kayla dengan suara seraknya.
"Terima kasih cantik." Ujar Aksa sembari tersenyum.
Deghh
Jantung Kayla berdetak kencang, dirinya seperti tidak asing dengan panggilan itu. Kepalanya tiba-tiba sakit, muncul lah bayangan Aksa yang selalu tersenyum dan memanggilnya cantik.
"Aww!!"
Aksa panik saat melihat istrinya kesakitan, segera ia membawa Kayla untuk duduk di tepi kasur.
"Masih sakit?" Tanya Aksa sembari memijat lembut pelipis Kayla.
Aksa mengamati Kayla yang sepertinya memaksa memikirkan sesuatu, dia curiga akan satu hal.
"Apa ingatanmu sudah kembali?" Tanya Aksa dengan raut wajah cemasnya.
Kayla masih terdiam, sungguh dia bingung harus percaya atau tidak dengan omongan suaminya.
"Kay, jawab aku! Kamu ada ingat sesuatu?" Tanya Aksa dengan wajah panik.
"Iya! aku ingat, cuman hanya sekelebat saja." Jujur Kayla.
Aksa mengangguk, dia segera duduk di samping sang istri dan menatapnya dengan serius.
"Apa kau sudah ingat siapa yang mendorongmu?" Tanya Aksa.
Kayla lagi-lagi menggeleng, saat itu dirinya hanya mengingat orang yang berteriak padanya dan memarahinya. Saat itu dia tengah ketakutan, dan dia seperti berusaha untuk menjauhi nya.
"Mas, jika benar aku amnesia ... pasti kau tahu dengan apa yang terjadi padaku." Ujar Kayla sambil menyentuh tangan Aksa.
AKsa terdiam sejenak, kejadian itu adalah masa paling menyakitkan untuknya. Dimana dirinya gagal menyelamatkan istrinya, dia tak tahu harus mengatakan apa dengan istrinya itu.
"Jelaskan ... aku akan menerima apapun itu." Jelas Kayla.
"Hanya kamu yang tahu, saat tiba di sana kamu sudah terkapar bersimbah darah. Bahkan aku sampai hampir pingsan saat itu, apalagi melihat darahmu yang terus menerus keluar dari kepalamu." Terang Aksa.
***
Jika kalian pikir Arvian adalah anak yang di senangi teman-temannya, kalian salah. Justru Arvian terkucilkan sebab dirinya lah yang paling kecil. Teman-temannya tidak tahu jika Arvian masih berumur 4 tahun kurang, sehingga mereka merudungnya.
Aksa menyekolahkannya di umurnya yang ke tiga tahun karena ia melihat bakat yang anaknya itu miliki.
Di saat teman-temannya berumur 4-5 tahun saat memasuki tk, berbeda dengan Arvian. Kekuasaan yang Aksa miliki membuat Arvian bisa masuk walau umurnya tak cukup. Kepala sekolah juga menerima Arvian sebab anak itu sangat pintar menuruni bakat sang ayah.
Seperti hari ini, Arvian kembali di rudung akibat dia yang tak pernah berangkat dengan kedua orang tuanya.
"Arvian kan gak punya orang tua,"
"Iya, sok pintar. Buktinya, orang tuanya tidak sayang dia." Bisik yang lain.
Arvian yang sedang duduk di bangku sambil melipat tangannya di atas meja segera menunduk. Dia bukan tak berani, hanya saja Arvian selalu di beri nasihat agar tak bertindak sesuka hati.
"Hei Arvian! Pasti ibumu tak menyayangimu kan? ya iya lah! dia kan anak gak di sayang hahaha dasar kecil!" Ejek seorang anak yang bertubuh gempal.
"Ayahnya saja selalu mengantarnya hanya sampai gerbang, tak pernah ikut masuk. Oh atau, ayahnya itu seorang supir yah!" julit seorang anak perempuan.
Arvian semakin menundukkan kepalanya, bukan merendah tetapi menahan amarahnya. Anak-anak sekolahnya walau umur mereka.masih kecil tetapi bahasa mereka sangat lancar dalam mengejek orang.
"Hei kalian, berhenti mengejeknya! atau dia akan menangis," ujar seorang anak lain.
"Eh Reyhan! lihat, ibumu datang menjemputmu!" Teriak seorang anak dari luar kelas.
Anak yang terakhir meledeknya segera berlari keluar, sementara anak lain menunggu jemputan.
"Lihat, ibunya Reyhan seorang model dan sangat cantik. Pantas saja Reyhan selalu mengajaknya untuk masuk ke dalam sekolah," Celetuk teman sebangku Arvian.
"Iya, Arvian ... apakah ibumu jelek jadi kau tak pernah mengajaknya masuk?" Tanya anak bertubuh gempal.
Arvian memejamkan matanya, dia sungguh ingin marah saat ini juga. Dia biasa terima temannya menjelekkan dirinya, tetapi untuk sang mommy Arvian tidak bisa tinggal diam.
"Iya, dia kan ibunya ...,"
"DIAM KALIAN!" Teriak Arvian.
Seketika kelas menjadi hening, mereka semua menatap pada Arvian yang menatap mereka semua dengan tajam.
"Hei cadel! berani kau menteriaki kami!" Teriak siswa gendut itu.
Arvian menatapnya tajam, dia berdiri dari kursinya sehingga menimbulkan suara decitan kursi bergeser.
"Kenapa kau menatapku seperti itu heh? benarkan kalau mamamu jelek!" Ucapnya sambil menunjuk Arvian tepat di wajahnya.
Tanpa ba bi bu lagi, Arvian langsung menangkap jari anak gendut itu dan memelintirnya.
"AAAAAA!!!"
Semakin jeritan itu terdengar keras, semakin Arvian membuatnya kesakitan. Netranya datar dengan sudut bibir terangkat.
"Tadi kamu bilang mommy Al jelek kan? bial ku buat kau lebih jelek dali mommy Al!" Gumam Arvian yang hanya di dengan oleh anak gendut itu.
krek!
"AAAAAA!!!"
Arvian menarik kembali tangannya saat terdengar bunyi patahan, dia menatap anak gendut itu dengan senyum mengembang.
"Bunyi na indah bukan?" Tanya Arvian sambil tersenyum.
Seketika anak sekelas histeris melihat anak gendut itu histeris kesakitan. Arvian hanya menatapnya datar, bahkan pada saat semua siswa berlari keluar karena ketakutan.
"Dali kemalin kau menunjukkan telus, aku patahkan bial nda telun menunjuk olang!" Ketus Arvian.
Olaaaaa!!!
Adegan disini jangan di tiru yah gaes, nanti ada penjelasan nya di lanjutan chapter.
AKu buat satu lagi, tapi kalau gak up up sampe besok pagi berarti review nya lama🥲
Like nya jangan lupa lohhh, Arvian dah hadir nih!!!
🙏👍❤