Zahra, gadis biasa yang begitu bahagia dengan kehidupan remaja pada umumnya, tiba-tiba harus meminta seorang ustad yang usianya jauh di atas dirinya untuk menikah.
***
"Ustadz Zaki!" panggilnya dengan sedikit ngos-ngosan, terlihat sekali jika gadis itu baru saja berlari.
Dua pria berbeda generasi yang tengah berbicara itu terpaksa menoleh kepadanya.
"Zahra, bisa sedikit sopan kan, kamu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa!?" pria dengan baju putih dengan rambut yang juga sebagian memutih itu terlihat kesal, tapi si gadis tidak mengindahkannya. Tatapannya hanya tertuju pada sang ustadz.
"Ustad, menikahlah denganku!"
Pernyataan gadis itu tentu membuat sang ustadz tercengang, ia menatap pria di depannya bergantian dengan gadis yang baru datang dan tiba-tiba mengajaknya menikah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Batasannya
Sebenarnya Zahra tidak mau menanggapi Bayu, ia masih marah dengan Bayu karena nyatanya Bayu tidak bisa mengerti dengan keadaannya. Di saat ia membutuhkan dukungan, Bayu malah bersikap kekanak-kanakan dengan mendiamkannya bahkan tidak mau menjawab telponnya.
"Ra, aku beneran minta maaf. Aku tahu seharusnya aku tidak bersikap seperti itu sama kamu. Tapi percayalah kemarin pas kamu telpon aku, aku lagi main futsal sama anak-anak. Aku nggak tahu kalau kamu telpon aku sebanyak itu."
"Nggak penting juga." Zahra terus saja berjalan dan bersikap cuek membuat Bayu terus mengikutinya.
"Ayolah sayang, maafkan aku ya. Kita bisa baikan kan? Okey, aku setuju jika kamu melarangku buat datang ke rumah kamu, aku setuju jika kamu nggak bisa pergi, aku juga nggak akan maksa. Gimana?"
"Aku pikir nanti deh, lebih baik untuk beberapa hari ini kita tidak usah saling berhubungan dulu, aku mau sendiri."
"Tapi Ra_!"
"Aku mohon, bisa kan. Bye aku ke kelas dulu."
Zahra tidak mau berlama-lama, ia segera meninggalkan Bayu yang terdiam di tempatnya. Ia benar-benar tidak menyangka jika Zahra akan semarah ini padanya.
...***...
Ustad Zaki sudah siap di depan gerbang sekolah Zahra. Setelah menyelesaikan semua tugasnya ia bergegas menjemput Zahra.
Zahra yang melihat ustad Zaki sudah menunggunya di depan sekolah hanya bisa mendengus kesal.
"Tuh sudah di jemput sama pak ustad!?" ledek Nur. Hanya Nur yang tahu tentang status Zahra dan ustad Zaki di sekolah.
"Hehhhh, aku males pulang."
"Boleh nih aku ambil ustad Zaki nya!?" goda Nur.
"Ambil aja kalau dia mau!?"
"Bener nih, jangan salahkan aku ya kalau ustad Zaki mau!?"
"Sudah ah, aku duluan ya. Sana cepetan ke ruang OSIS, di tunggu sama pak wakil OSIS, lumayan ganteng dia."
"Bye, assalamualaikum!"
"Waalaikum salam!"
Nur pun meninggalkan Zahra, setalah nur tidak terlihat lagi Zahra pun bergegas menghampiri ustad Zaki.
"Seneng banget jemput, aku bisa pulang sendiri kali." cerocos Zahra membuat ustad Zaki tersenyum,
"Assalamualaikum, dek Zahra!" sapanya kemudian.
"Waalaikum salam."
"Nah gitu dong, tapi sayangnya nggak pakek senyum jawabnya. Kalau di tambah senyum pasti makin adem."
"Adem ya di kulkas sana, sudah ah ayo pulang."
Ustad Zaki menyerahkan helm yang akan di kenakan oleh Zahra.
Motor sudah meninggalkan sekolah, tapi masih tetap dengan posisi tadi pagi, Zahra duduk di ujung jok membuat ustad Zaki tidak berani mempercepat laju motornya,
"Bisa cepet dikit nggak sih, aku laper."
"Bisa duduknya lebih deketan dikit?" tanya ustad Zaki balik.
"Jangan modus ya, sudah cepet aku mau cepet sampai rumah."
"Sudah nggak sabar ya sampai rumah baru?"
"Hahh, maksudnya?"
"Jangan pura-pura lupa!"
Jadi dia benar-benar serius? Tapi kalau di pikir bagus juga sih, aku kan bsia tidur di kamar yang berbeda
"Baiklah, aku mengerti!? Tapi aku bisa ngantuk di jalan kalau jalannya kayak gini."
"Sedikit maju bisa kan?"
"Iya, iya!" akhirnya Zahra pun menggeser duduknya tapi masih tetap menyisakan tempat kosong di tengah. Tapi ustad Zaki yang menambah kecepatannya secara mendadak membuat Zahra terkejut dan dengan reflek melingkarkan tangannya di pinggang ustad Zaki.
"Nahhhh, kalau begini kan bagus."
"Isssttttt!?" Zahra hampir menarik tangannya tapi segera di genggam oleh ustad Zaki.
"Biar begini saja."
"Malu di lihat orang!"
"Memang siapa yang akan menyalahkan kita kalau seperti ini, kita kan sepasang suami istri. Asal jangan lakukan Ini sama orang lain aja."
"Belum-belum sudah posesif!?"
"Bukan posesif, tapi memberi batasan untuk istri saya."
"Sama aja."
Ustad Zaki tidak menanggapinya lagi, ia lebih memilih fokus pada tangan yang melingkar di pinggangnya itu, senyumnya semakin lebar saat bahkan ia tidak memeganginya, Zahra tidak melepaskannya lagi.
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya ya
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
mksh kk baik🥰