Dara anak seorang pembantu di jodohkan dengan seorang pewaris tunggal sebuah perusahaan karena sebuah rahasia yang tertulis dalam surat dari surga.
Dara telah memilih, menerima pernikahannya dengan Windu, menangkup sejumput cinta tanpa berharap balasannya.
Mampukah Dara bertahan dalam pernikahannya yang seperti neraka?
Rahasia apa yang ada di balik pernikahan ini?
Mampukah Dara bertahan dalam kesabaran?
Bisakah Windu belajar mencintai istrinya dengan benar? Benarkah ada pelangi setelah hujan?
Ikuti kisah ini, dalam novel " Di Antara Dua Hati"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25 MELAWAN
Dara berjalan menuju kamar Windu, dia tahu hari ini Windu belum berangkat ke mana-mana, semua mobil di garasi tidak ada yang keluar kecuali mobil papa Windu.
TOK! TOK! TOK!
Dara mengetuk pintu dengan keras, lalu menunggu beberapa saat pintu itu di buka.
Tapi tak ada jawaban, pintu itu masih tertutup rapat.
TOK! TOK! TOK! TOK! TOK!
ketukan pintu itu lebih panjang dan lebih keras.
Dara semakin tidak sabar, tidak mungkin Windu masih tidur sesiang ini, dan lagi menurut mbak Parmi dia sempat turun sarapan tadi dengan papanya.
Dara mengangkat tangannya, bersiap mengetok lagi saat pintu itu terbuka mendadak, buku jarinya yang terkepal hampir mengenai hidung pemilik kamar.
"Ada apa? berisik sekali? " Windu bersiap akan menghardik tapi melihat siapa yang ada di muka pintu kamarnya, wajahnya melunak.
"Ada apa?" Windu membuka lebih lebar pintu itu, menampakkan seluruh badannya yang hanya mengenakan kaos tipis dan celana chino pendek.
"Aku yang seharusnya bertanya, ada apa?" Dara brtanya dingin dengan kepala setengah mendonggak pada laki-laki yang tingginya dua kilan lebih tinggi dari dirinya itu.
Alis Windu naik, tanpa menjawab apa-apa.
"Ada apa dengan Fitri? kenapa kamu menolak dia mengurus semua keperluanmu?" cecar Dara dengan wajah masam. Dia tahu, Windu hanya pura-pura tak mengerti apa yang dimaksudkan olehnya.
"Aku hanya tak mau dia keluar masuk kamarku." Jawab Windu acuh, dua tangannya bersilang di depan dadanya, bahunya bersandar di pinggir pintu.
"Memangnya kenapa dengan dia?" Dara melotot pada Windu
Fitri hanya kusuruh membersihkan kamarmu saja, mengantarkan semua baju dan sepatumu, menyiapkan segala sesuatu keperluanmu seperti biasa!" Volume suara Dara meninggi, gaya cuek Windu membuatnya semakin kesal saja.
"Aku tak suka dia. tidak perlu alasankan untuk tidak suka dengan seseorang."
Wajah Dara menjadi merona mendengar jawaban Windu yang tidak berperasaan itu.
Mentang-mentang dia adalah majikan, sesukanya saja terhadap pelayannya.
"Mau tuan muda yang terhormat ini apa sekarang? pelayan baru yang lebih cantik, yang lebih seksi mungkin? katakan saja..."Dara berucap dengan rasa jengkel yang sampai ke ubun-ubunnya.
"Aku mau istriku saja yang mengurusku." Jawab Windu kemudian, sambil menatap tajam pada Dara.
"Istri? istrimu yang mana?" Sembur Dara.
"Memangnya aku punya istri yang lain?" Windu balik bertanya dengan acuh.
"Jangan memancing permasalahan yang baru, yang kemarin saja belum selesai...!" Dara menyahut ketus.
"Masuklah, kita bisa bicarakan di dalam dari pada kamu berteriak-teriak di depan pintu seperti orang kesurupan begini. Kamu tidak malu di dengar para pelayan?" Windu membuka pintu kamarnya lebar-lebar.
"Malu kenapa? Semua orang sudah tahu, aku juga bagian dari mereka, hanya pelayanmu tuan muda...tak ada yang perlu disembunyikan." Dara berucap dengan nada tak perduli.
"Dan lagi, bukankah aku sudah berjanji untuk tidak melangkah sejengkalpun ke dalam kamar tuan muda...?"
"Aku tidak ingat kita punya perjanjian seperti itu." Sahut Windu sambil mengernyit dahinya.
Dara melotot sampai biji matanya rasanya mau keluar, tidak pernah dia tahu ada laki-laki semacam Windu yang begitu plin plan dan tak punya hati.
"Masuklah..." Windu menarik pergelangan tangan Dara.
"Aku tidak mau." Tolak Dara, sambil menepis tangan Windu.
"Jangan keras kepala, Dara..."Windu menatap gadis di depannya itu dengan takjub, dia sungguh terpesona dengan sikap dan keberanian Dara dalam menentangnya.
Yang dia tahu, gadis itu sangat lemah dan tak punya Daya untuk menatap bola matanya, tapi dalam beberapa menit ini sejak dia berdiri di muka pintu kamarnya, Dara tak pernah berhenti membalas tatapannya dengan tajam di balut amarah.
"Bukankah kita sudah menyepakati hal ini?" Dara memicingkan matanya.
"Kesepakatan yang mana?"
Pertanyaan Windu yang tanpa dosa itu rasanya semakin membakar emosi Dara.
"Tidak perlu terlalu banyak tingkah, sebentar lagi kita akan bercerai..."Tiba-tiba tangan kekar Windu menutup mulutnya lalu dalam sekejap tubuh Dara di tariknya ke dalam kamar.
Suara Pintu yang ditutup dengan keras membuat Dara memejamkan matanya kuat-kuat, sikap Windu yang tiba-tiba itu benar-benar membuatnya sangat terkejut.
"Berhentilah berbicara tentang perceraian! Aku tidak akan menceraikanmu." Kedua pundak Dara di cengkeram oleh jemari Windu, badannya yang tinggi besar itu menjadi sedikit bergetar.
Dara meringis sambil menggeliat.
"Kenapa kamu tidak mau menceraikan aku? bukankah kamu tidak sabar untuk segera menikahi kekasihmu itu? Jangan berpura-pura lagi, aku tahu kamu hanya ingin mempermainkanku." Dara menggigit bibirnya, pundaknya terasa sangat ngilu karena cengkeraman Windu.
"Aku tidak akan menceraikanmu." Windu mengulang kata-katanya tanpa menjawab pertanyaan Dara.
"Lepaskan...ini sakit..."Dara meringis saat Windu semakin menekan pundaknya, seolah itu dilakukannya diluar kesadarannya.
Windu melepaskan cengkeramannya dengan raut salah tingkah, mulutnya hampir melontarkan permintaan maaf karena telah membuat Dara kesakitan tapi ucapan itu hanya sampai ujung lidahnya, kemudian ditelannya lagi.
"Pokoknya, aku tak akan menceraikanmu. Titik." Windu berdiri di depan pintu kamarnya yang tertutup seperti patung manequin, menatap lurus pada Dara yang mundur beberapa langkah menjauh darinya.
"Apa yang kamu inginkan...?" Akhirnya pertanyaan Dara keluar dengan suara gemetar, kedua tangannya memeluk lengannya sendiri, dia merasa bingung dn kehilangan akal dengan sikap Windu yang tiba-tiba sangat aneh ini.
Dia menjadi kuatir dengan perubahan keputusan Windu mengingat dirinya sedang mengandung.
"Aku ingin kamu mengurusku seperti biasa kembali, seperti kita belum menikah." Jawab Windu lugas, tanpa beban sama sekali.
"Kalau aku tidak mau?" Dara melengos, dia harus lebih kurang ajar lagi pada Windu, supaya laki-laki itu tahu dirinya tidak suka dipermainkan.
"Kamu adalah istriku sekarang." sahut Windu, sambil menggedikkan bahunya.
"Hanya istri di atas kertas, tuan muda. Saya hanya adalah anak pembantu, saya bukanlah istri yang diinginkan tuan muda." Dara terkekeh dengan tawa yang mengejek, sungguh sekarang dia kehilangan rasa hormat lagi pada mantan majikan yang telah menjadi suaminya itu dan sebentar lagi akan menjadi mantan suami baginya.
"Berhentilah menjebakku, aku tahu benar ada maksud terselubung dari semua perubahan ini. Sayangnya, tuan muda...aku tidak akan masuk ke dalam perangkap yang sama. Cukup mencari celah untuk menghinaku lagi." Dara memejamkan matanya, menguatkan hatinya.
Lalu dengan sekuat tenaga dia mendorong tubuh Windu yang menutup pintu ke arah samping.
"Maaf tuan muda, aku mau keluar sekarang. Aku masih banyak pekerjaan." Kata Dara dengan dingin lalu menarik gagang pintu bersiap keluar dari kamar Windu.
"Oh, ya tuan muda, suka atau tidak suka Fitri akan tetap mengurusmu. Titik!" Dara berkata dengan suara tegas, tanpa menoleh lagi sebelum melangkah keluar kamar, meninggalkan Windu yang termangu di tempatnya. Dia seakan tak percaya jika perempuan yang baru saja keluar tadi adalah Dara.
( Maafken Dara pemirsah, sekarang galakan Dara dari Windu😂😂😂)
...Terimakasih sudah membaca novel ini❤️...
...VOTE, LIKE dan KOMEN kalian selalu author nantikan😊...
...I love you all❤️...
Terimakasih
Rangkaian katanya indah tapi mudah dimengerti.
Karakternya tokoh2nya kuat,
Alurnya jelas, jadi tidak melewatkan 1 kalimatpun,
Sekali lagi Terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
author pandai merangkai kata.
tapi tak pandai memilih visual windu, ga cocok tor sama dara haha maap ya tor 🙏