WARNING!
INI NOVEL DEWASA!
~banyak kata umpatan
~banyak adegan kekerasan (menyebabkan ngilu, serangan panik, pingsan dan kepikiran author tidak bertanggungjawab)
~banyak adegan percintaan
~harap menanggapi kisah ini dengan bijak
***
Seorang wanita yang lupa ingatan. Lupa akan masa lalunya. Terperangkap dan terjerumus dalam kehidupan barunya sebagai seorang mafia kelas dunia.
Dilatih oleh para orang-orang buangan yang menaruh dendam kepada Pemerintah. Siapa sangka dirinya akan menjadi Ratu di Kerajaan Mafia.
Penyiksaan, penghianatan dan dendam praktis mengubah Lily yang dulunya ceria dan lemah lembut berubah menjadi wanita berdarah dingin yang kejam tanpa belas kasih.
Menyamar menjadi seorang bodyguard boyband terkenal asal Korea Selatan. Lily menemukan jalan ke masa lalunya.
Diburu Polisi dan Pemerintah seluruh dunia serta dianggap sebagai penjahat perang karena aksinya yang selalu melibatkan pihak militer.
Orang-orang dari masa lalunya datang mencoba mengembalikan Lily ke kehidupan lamanya setelah mengetahui dirinya menjadi seorang mafia.
Akankah Lily kembali ke kehidupan masa lalunya ataukah tetap memilih menjadi seorang mafia?
~Dan.. jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kepada penulis ya.
Karena ini masih novel pertama, maafkan jika ceritanya sedikit naif seperti penulisnya, hehe😁
Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan komen postif agar penulis makin semangat dalam berkarya. Terima kasih😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lelevil Lelesan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Retaknya Sebuah Keluarga
Komandan Zeno sudah kembali ke China bersama dengan Sasha dan Drake. Saat mereka akan memasuki The Grey House terlihat Nyonya Rose dan Han menunggu mereka di halaman depan dekat pohon apel pemberian Liu ditanam. Raut wajah Nyonya Rose seperti orang yang menahan amarah. Mereka berbicara bahasa Mandarin.
"Zeno! Kenapa Lily bisa berada di Inggris? Sekarang dimana dia?!" bentak Nyonya Rose yang sudah tidak bisa membendung amarahnya.
Namun Komandan Zeno hanya diam saja. Sasha dan Drake juga memalingkan muka.
"Jangan katakan bahwa Lily berada di Black Castle." ucap Han dengan wajah cemas.
Sasha mengangguk. Han tidak mempercayainya, dia mulai panik. Spontan Nyonya Rose menampar Komandan Zeno.
"Plakkk!" sebuah tamparan keras dilancarkan Nyonya Rose ke wajah suaminya.
"Zeno! Apa yang sudah kau lakukan! Bagaimana bisa Lily berada disana!" emosi Nyonya Rose makin memuncak. Komandan Zeno terpancing dengan emosi isterinya.
"Itu karena kecerobohannya! Dia harus bertanggungjawab atas perbuatannya sendiri!" jawab Komandan Zeno dengan lantang.
"Apa maksudmu? Apa yang kau katakan? Memang apa yang Lily lakukan?!" tanya Nyonya Rose butuh jawaban secepatnya.
Drake angkat bicara.
"Nyonya Rose tenang dulu. Akan aku jelaskan. Saat kami sedang transit di Amerika Serikat untuk mengantarkan pasokan senjata kepada Tuan Mark, entah bagaimana Nona Lily bisa turun dari pesawat dan masuk ke dalam hutan. Ketika Sasha sedang berlatih dengan 10 agen yang akan dikirim kepada Tuan Charles, mereka terlibat pertarungan dan secara tidak sengaja Nona Lily menembak salah 1 agen tersebut." ucap Drake memberikan penjelasan kepada Nyonya Rose dan Han.
"Jadi maksudmu.. Lily.. Lily menggantikan 1 agen yang tewas itu? Untuk bekerja dengan Tuan Ho?" tanya Han mulai khawatir.
Drake mengangguk. Seketika Nyonya Rose rubuh. Dia tak menyangka Lily harus menanggung akibatnya. Komandan Zeno segera mendekati isterinya. Terlihat wajah Nyonya Rose yang begitu sedih. Air matanya mulai menetes.
"Apa kau tidak bisa melakukan sesuatu?" Nyonya Rose memohon kepada Komandan Zeno. "Kau tahu kan.. kau tahu benar seperti apa Tuan Ho.. jika Lily.. jika dia disana.." ucapan Nyonya Rose terpotong. Air mata sudah tidak bisa dibendung lagi, dia menangis terisak membayangkan hal buruk terjadi.
Komandan Zeno tak bisa berkata apa-apa. Dipeluknya isteri yang sangat disayanginya itu dengan penyesalan yang mendalam. Tapi tiba-tiba Nyonya Rose bersikap dingin kepada suaminya. Dia mendorongnya hingga Komandan Zeno terjatuh.
"Aku tahu! Kau sengaja membawa Lily kesini untuk menjadi tumbal kan? Kau sudah merencanakan semua ini! Kau tak pernah menganggapnya sebagai anak! Kau hanya memanfaatkannya!" bentak Nyonya Rose dengan wajah penuh kebencian.
"Aku.. aku tidak bermaksud begitu.." jawab Komandan Zeno lirih. Dia tak menyangka isterinya akan menuduhnya seperti itu.
"Biar aku yang turun tangan. Mulai sekarang. Kau tak usah ikut campur. Kita jalan masing-masing." ucap Nyonya Rose ketus. Dia berdiri dan masuk ke The Grey House.
"Rose..!!" Komandan Zeno memanggilnya tetapi Nyonya Rose sudah tidak bergeming. Kebencian kepada suaminya sudah menyelimuti hatinya. Dipikirannya dia hanya ingin menyelamatkan Lily. Dengan segera Nyonya Rose mengambil telepon genggamnya. Dia menghubungi seseorang. Mereka berbicara bahasa Inggris.
"Hallo.. lama aku tidak mendengar suaramu, Rose sayang." ucap seorang laki-laki dalam telepon itu.
"Aku sedang tidak ingin bercanda Charles." ucap Nyonya Rose ketus.
Tuan Charles tertawa ringan. Dia senang sekali menggoda Nyonya Rose.
"Jadi ada apa sayangku? Tak biasanya kau meneleponku." tanya Tuan Charles dengan santai.
"Benarkah Lily ada disana?" tanya Nyonya Rose pelan.
"Memangnya kenapa? Kau mau ikut tinggal disini, menemaniku?" ledek Tuan Charles.
"Charles! Berhenti bercanda!" teriak Nyonya Rose marah.
"Sebenarnya ada apa. Kelihatannya kau sedang gusar. Apakah Zeno membuatmu marah? Sudah kubilangkan kalau dia itu lelaki berhati dingin. Tapi kau malah memilihnya ketimbang aku. Meskipun begitu, aku masih mencintaimu Rose." ucap Tuan Charles lirih.
"Charles.. aku sedang tidak ingin main-main. Aku mohon. Kembalikan Lily padaku." ucap Nyonya Rose memohon.
"Hehehe.. mana bisa begitu. Kau kan sudah tahu perjanjian kerjasama Kolombia itu. Ini bukan hal yang bisa seenaknya bisa dibatalkan atau direfisi isinya." jawab Tuan Charles menjelaskan. "Selain itu, Lily sekarang sudah menjadi milik Ho, aku tidak bisa berbuat apa-apa." lanjut Tuan Charles.
"Masih bisa. Pasti bisa. Pasti ada yang bisa dilakukan. Aku mohon Charles, akan kulakukan apapun keinginanmu tapi tolong.. tolong kembalikan Lily padaku." Nyonya Rose mulai menangis. Terdengar dari suaranya Nyonya Rose terisak menahan tangisannya.
Hal ini membuat Tuan Charles iba. Hanya saja dia tahu sifat keponakannya. Dia tidak mungkin akan menyerahkan Lily begitu saja. Tuan Charles berfikir sejenak. Dia menemukan sebuah solusi yang mungkin bisa membantu Nyonya Rose.
"Rose.. anggap saja ini balas budiku padamu karena waktu itu kau sudah mengizinkan Ho untuk bekerja di perusahaanmu. Ini penawaranku. Kau bisa menemui Lily tiap 1 bulan 2x selama 2 hari. Tapi kau yang harus kesini. Lily tidak boleh meninggalkan Black Castle dan Inggris. Bagaimana?" tanya Tuan Charles dengan serius.
Nyonya Rose terdiam sejenak. Dia berfikir ini lebih baik daripada tidak bisa bertemu dengan Lily sama sekali. Diapun menyetujuinya.
"Baiklah. Aku akan membicarakan ini dengan Ho. Istirahatlah. Jangan khawatir. Lily akan baik-baik saja." ucap Tuan Charles mencoba menenangkan.
"Terima kasih Charles.. terima kasih.." ucap Nyonya Rose dengan perasaan lega dihatinya.
"Apapun akan kulakukan untuk mantan kekasihku." jawab Tuan Charles dengan senyum diwajahnya. Tuan Charles menutup teleponnya.
Ditatapnya wajah Lily yang sedari tadi memandangnya. Dia tahu Lily mendengar pembicaraan antara dia dengan ibunya. Merekapun berbicara dalam bahasa Inggris.
"Tuan Charles. Apakah.. apakah yang menelepon Anda barusan adalah ibuku? Nyonya Rose?" tanya Lily dengan wajah penuh pertanyaan. Tuan Charles hanya tersenyum sembari meletakkan teleponnya di meja makan.
"Apakah.. kalian dulu pernah bersama? Maksudku sebagai sepasang kekasih?" tanya Lily memastikan. Tapi Tuan Charles hanya tersenyum saja sambil menutup bibirnya dengan kedua tangannya.
Lily tak menyangka ternyata ibunya pernah memiliki hubungan dengan Tuan Charles. Tapi melihat tatapan Tuan Charles dan cara bicaranya melalui telepon, Lily menyadari bahwa Tuan Charles masih mencintai ibunya. Dalam hatinya "Wah ini sebuah skandal hebat! Jika ayah tau, aku penasaran siapa yang akan bonyok duluan." Lily pun tersenyum licik.
Tak lama para pelayan datang membawa beberapa makanan mewah dan meletakkan ke meja makan secara teratur. Mereka menyalakan lilin, menuangkan wine dan memberikan celemek di paha Lily dan Tuan Charles.
Tiba-tiba Tuan Ho kembali ke meja makan. Dia terlihat begitu menawan. Ternyata dia pergi untuk merapikan dirinya. Dipakainya jas berwarna hitam dengan kemeja merah dan dasi berwarna biru mengkilat. Celana kain hitam dan ikat pinggang dari kulit ular. Sepasang sepatu fantovel hitam tanpa memakai kaos kaki. Dia bahkan menyisir rambutnya dan mencuci mukanya. Tercium bau parfum maskulin dari tubuhnya. Lily terpesona akan ketampanan Tuan Ho yang tanpa disadari wajahnya memerah. Tuan Ho menyadarinya.
"Kau tak perlu memandangiku seperti itu. Aku tahu aku tampan dan mempesona. Aku bisa melihat dari wajahmu yang memerah. Kau tak bisa membohongiku." ucap Tuan Ho dengan cuek sembari menarik kursinya untuk duduk di depan Lily.
Lily yang menyadari wajahnya memerah segera memalingkan muka. Dalam hatinya "Aaaa.. sungguh memalukan!! Kenapa ini harus terjadi di saat seperti ini!" Tuan Charles yang melihat sikap mereka berdua hanya tertawa tanpa bersuara. Makan malam pun dimulai dengan suasana tenang dan nyaman. Tuan Charles membuka pembicaraan. Mereka berbicara dalam bahasa Inggris.
"Ho, ada yang ingin kubicarakan padamu." ucap Tuan Charles sembari mengambil gelas wine di depannya.
"Apa itu paman." tanya Tuan Ho tanpa melirik sedikitpun ke wajah pamannya dan tetap sibuk memotong daging steak di depannya.
Mereka berbicara bahasa Spanyol.
"Saat Lily berada disini sebenarnya diluar dugaan. Jadi bisa dibilang dia tidak ada persiapan." ucap Tuan Charles berhati-hati sambil menggoyang-goyangkan gelas wine. Ho yang mendengarnya seketika berhenti memotong daging steknya. Dia melihat ke arah pamannya.
"Apa maksud paman?" tanya Ho dengan tatapan serius.
"Yah.. kau tahu kan. Nyonya Rose sangat menyayangi Lily. Perasaan seorang ibu yang tiba-tiba harus berpisah dengan anaknya tanpa sepengetahuannya, itu membuat perasaannya sedikit sedih." ucap Tuan Charles dengan gaya berbicara layaknya aktor hollywood kelas kakap.
"Jadi.. kita berikan sedikit toleransi. Kita biarkan Nyonya Rose untuk menemui Lily tiap 1 bulan selama 2 hari. Yaa.. hanya untuk melepas rasa rindu." ucap Tuan Charles dengan senyum diwajahnya.
"Tidak bisa. Itu tidak ada dalam perjanjian." jawab Ho tegas dan kembali memotong daging steaknya. Tuan Charles menghela nafas.
"Apakah kau tidak ingat, bagaimana Nyonya Rose memperlakukan mu dengan baik selama ini bahkan saat di perusahaannya?" ucap Tuan Charles sedikit mengingatkan.
"Kau selalu bilang ingin membalas budinya. Aku rasa ini waktu yang tepat Ho." Tuan Charles mencoba memberikan pengertian kepada ponakannya.
Dengan santai diminumnya wine yang sudah ada di tangannya sejak tadi. Dia meletakkan gelas wine di depannya. Tuan Charles menunggu jawaban Ho.
"Hmpf.." Tuan Ho menghembuskan nafas panjang. "Baiklah. Tapi tetap sesuai perjanjian kontrak. Lily harus tetap menjadi agenku selama 3 tahun." ucap Ho menegaskan.
"Tentu saja." senyum Tuan Charles merekah. Dia tak percaya dia bisa berunding dengan keponakannya tanpa harus tarik-tarikan urat dan menghabiskan banyak tenaga. Ho memang orang yang keras kepala, teguh pendirian. Tuan Charles yang bisa membelokkan prinsipnya merasa bangga atas dirinya.
Lily memperhatikan mereka berdua. Dia tidak memahami apa yang mereka katakan. Mereka berbicara bahasa Inggris.
" Maaf, apa yang sedang kalian bicarakan. Aku merasa namaku dan ibuku disebut-sebut. Kalian berbicara dengan bahasa apa? Baru pertama kali aku mendengarnya." tanya Lily penasaran dengan wajah lugunya.
"Spanyol sayang." jawab Tuan Charles singkat.
"Besok kau mulai belajar bahasa Spanyol. Selama di Colombia nanti kau harus menggunakannya. Kau kuberikan waktu 1 bulan untuk menguasainya." tegas Tuan Ho tanpa memandang Lily sedikitpun dan mulai makan dengan lahap.
"What?? 1 month?" jawab Lily dengan panik.
"Kenapa? Kau bisa bahasa Mandarin dan Korea hanya dalam waktu 1 bulan. Jadi untuk kali ini tidak ada pengecualian." jawab Tuan Ho mengintimidasi.
"Tapi.. tapi.." Lily terbata-bata sehingga sulit untuk berbicara.
"Tidak sulit. Nanti aku bisa menemanimu belajar bahasa Spanyol. Sudah lama aku tidak bersama gadis muda dalam waktu yang lama. Sepertinya kita akan cocok." ucap Tuan Charles menggoda.
Tiba-tiba Tuan Ho melemparkan garpu dan pisaunya ke depan piring steak pamannya. Dia terlihat kesal.
"Apa-apaan kau ini. Bikin kaget saja!" ucap Tuan Charles terkejut dengan sikap keponakannya. Dia tahu bahwa Ho cemburu. Tapi dia tak habis pikir bahwa Ho akan cemburu dengan pamannya sendiri. Hal ini membuat Tuan Charles senang dan berfikir untuk melakukannya lagi di lain waktu.
Di kediaman The Grey House, Han terlihat kesal di kamarnya. Dia tak menyangka Lily akan terlibat dalam hal ini. "Baru saja.. barusaja aku akan dekat dengannya.. tapi malah sekarang dia pergi." batin Han dengan persaan campur aduk di hatinya.
Tiba-tiba Komandan Zeno masuk ke kamar Han yang tidak terkunci. Dilihatnya Han sedang berdiri di depan jendela kamarnya memandang lautan luas dengan angin semilir meniup rambut hitamnya. Mereka berbicara bahasa Mandarin.
"Han.." ucap Komandan Zeno memanggil dirinya.
"Paman. Bagaimana bisa kau menyerahkan Lily begitu saja kepada Ho?" Han membalikkan badannya dan menatap tajam ke arah pamannya.
"Aku tahu, kau sama marahnya dengan dengan bibimu. Aku tidak menyalahkanmu." jawab Komandan Zeno penuh penyesalan. "Tapi bisakah kau menolong paman. Bibimu tidak mau bertemu dengan paman, tak mau berbicara dengan paman. Apa yang harus paman lakukan?" tanya Komandan Zeno penuh kebingungan.
Ini pertama kalinya Komandan Zeno meminta nasehat kepada Han. Bahkan pertama kalinya Komandan Zeno terlihat sedih tak berdaya seperti ini. Lelaki yang terlihat garang, berhati dingin dan tak bisa tersenyum ternyata bisa terlihat lemah ketika wanita yang dicintainya berpaling padanya.
"Maaf paman. Tapi kau bertanya pada orang yang salah. Karena sampai sekarang, akupun tidak tahu apa itu cinta." ucap Han lirih.