Vesper And The Bodyguards
Matahari tepat berada di puncaknya. Begitu terik, begitu menyilaukan. Suara gemercik air yang begitu menghanyutkan. Air yang begitu jernih mengalir diantara bebatuan besar.
Daun-daun di pepohonan yang saling bergesekan memberikan sensasi sejuk ditengah panasnya siang itu.
Sesekali terdengar kicauan burung-burung kecil yang berterbangan di atas tingginya pepohonan di hutan itu. Hinggap dari satu pohon ke pohon lain mencari serangga ataupun biji-bijian yang bisa mereka temukan untuk dimakan.
Dalam derasnya air sungai yang mengalir, tampak seorang gadis berambut panjang kecokelatan berada di tepian sungai.
Tengkurap, tak bergerak, seluruh tubuhnya basah terkena air sungai. Separuh badan bagian bawahnya terombang-ambing terkena riak air sungai.
Dari kejauhan, terdengar derap langkah kaki pria bersepatu kulit boots menghampiri gadis tersebut.
Mereka berbicara dalam bahasa Mandarin.
"Komandan, ada seorang gadis terdampar di sini!" teriak seorang prajurit.
Dengan segera, Komandan dan beberapa prajurit tersebut menghampiri gadis itu. Salah satu prajurit itu mencoba mengangkatnya ke daratan dan merebahkannya.
Terlihat, beberapa luka di bagian kaki, tangan, dan darah di samping kepala sisi kanannya. Bajunya sudah robek-robek dan gadis itu tak sadarkan diri.
"Cepat bawa gadis ini ke Camp!" perintah Komandan.
"Siap, Komandan!" jawab prajurit-prajurit serempak.
Gadis itu pun dibopong dan dibawa ke Camp Militer yang berada di kawasan itu. Ada sekitar 100 orang lebih. 70 tentara baik pria dan wanita. Sisanya warga sipil, ada pria, wanita, dan anak-anak yang bekerja sebagai pembantu umum serta beberapa perawat dan juru medis.
Gadis itu ditempatkan pada salah satu pondok yang dijaga dua prajurit. Pondok kecil yang terbuat dari kombinasi kayu dan bambu dengan atap dari tumpukan rumbia.
Camp itu lebih mirip seperti kawasan padepokan kecil yang berada di tengah hutan di negara antah berantah. Tempat yang begitu terpencil.
Bahkan, untuk penerangan menggunakan genset dan turbin yang energinya berasal dari derasnya air terjun dekat lokasi gadis tadi ditemukan.
Sudah 3 hari dan gadis itu belum siuman. Luka-luka di tubuhnya sudah berangsur pulih dengan obat-obatan yang diberikan para tenaga medis yang bertugas di sana. Pakaian yang robek-robek itupun telah diganti dengan pakaian baru seadanya.
Selang infus tertancap di lengan kirinya agar gadis tersebut tetap mendapatkan nutrisi selama masa penyembuhan.
Hal-hal yang sudah sewajarnya dilakukan telah dilaksanakan dengan baik oleh orang-orang yang berada di sana.
Ia mulai merasakan semilir angin di wajahnya. Mencoba perlahan membuka matanya yang masih silau oleh pancaran sinar matahari yang menyelinap diantara dinding-dinding kayu.
Gadis berwajah Asia itu mulai tersadar, bahwa dia berada di suatu tempat yang tidak dia kenal. Gadis itu melihat ada sesosok wanita sedang merapikan peralatan di atas meja kayu kecil. Perlahan ia mencoba berbicara padanya.
"Hello ... hello ... sorry ... pardon me, Mam ...," panggil gadis itu mencoba menyapa wanita tersebut dengan berbicara menggunakan bahasa Inggris.
Wanita itu terkejut melihat gadis itu sudah siuman. Dia segera menghampirinya dengan senyum ramah di wajahnya.
"Oh, hello. How are you? Do you speak English?" tanya wanita itu memastikan.
Gadis itu hanya menggangguk. Dia masih belum sadar betul dan akhirnya pingsan lagi. Keadaan gadis itu belum sepenuhnya membaik.
'Seharusnya, dia jangan banyak bicara dulu agar kondisinya bisa segera stabil,' batin wanita itu.
Wanita tersebut lalu memanggil tenaga medis dan perawat untuk mengetahui kondisi selanjutnya dari gadis tak dikenalnya.
Akhirnya, selang infus gadis berambut coklat dilepas. Dokter menganjurkan agar gadis itu segera dibangunkan agar bisa menerima asupan optimal dengan makan dan minum secara langsung. Wanita itu akhirnya mencoba membangunkan gadis ini lagi.
"Hei, hei. Hello ... lunch time." Wanita itu menggoyang-goyangkan bahunya mencoba membangunkan.
"Ahh, Ibu ... sebentar lagi! Aku benar-benar lelah. Badanku sakit semua," jawabnya pelan, tapi menggerutu.
Sontak wanita itu kaget. Dia menggunakan bahasa Indonesia.
'Sebenarnya siapa gadis ini?' batin wanita itu penasaran. Dia mencoba membangunkan gadis ini sekali lagi dengan bahasa Indonesia.
"Apa kau sudah sadar? Apa kau tahu kau ada di mana?" tanya wanita itu menggunakan bahasa seperti lawan bicaranya.
Perlahan gadis itu membuka matanya dan terkejut ada seorang wanita di depannya.
"I-Ibu? Apakah Anda Ibuku?" tanyanya memastikan.
Wanita ini semakin bingung dengan gadis ini. Tak tahu harus berkata apa. Dia hanya berspekulasi bahwa gadis ini mengalami amnesia.
"Aku Ibumu atau bukan, harusnya kau yang lebih tahu 'kan?" jawab wanita itu dengan bercanda.
Namun, ia hanya terdiam. Dia menjadi ragu dengan siapa sebenarnya ia berbicara. Diamati dengan seksama wanita itu, tapi tetap tidak bisa mengingatnya.
Perlahan, gadis itu bangun dari tidurnya. Bersandar pada dipan kayu tempat tidurnya itu. Wanita itu masih di sampingnya dan memandanginya dengan senyuman.
"Jadi ... kau bukan ibuku ya? Aku minta maaf," ucapnya tertunduk malu.
Wanita itu hanya terdiam. Dia membelai kepala gadis berwajah manis tersebut dengan lembut dan senyum yang menawan.
Entah kenapa, si gadis cantik begitu nyaman dengan sikap wanita yang memiliki sikap keibuan. Perasaan hangat seperti sebuah keluarga menyelimuti hatinya.
"Oia, siapa namamu? Apakah kau ingat sesuatu?" tanya wanita itu.
"Aku?" Gadis itu bingung.
Gadis itu lupa dengan namanya sendiri. Bahkan, dia tidak ingat apa yang terjadi. Seketika, ia menyadari bahwa tangan kakinya penuh dengan luka dan ada balutan perban di kepalanya. Gadis itu merasakan badannya sakit di semua bagian.
"Mmm ... Ibu? Eh, Nyonya. Maaf, apa yang terjadi denganku? Kenapa badanku penuh dengan luka? Dan kenapa aku tidak ingat siapa diriku? Kenapa aku bisa ada di sini? Anda siapa?" tanyanya tanpa jeda.
Wanita itu terdiam. Dia berfikir sejenak lalu berbicara. "Kau ini bagaimana, masa tidak ingat? Aku Ibumu. Namamu Lily. Kau tadi jatuh di sungai, makanya badanmu lecet semua," jawab wanita itu dengan tenang.
"Benarkah?"
Gadis itu masih ragu dengan jawaban wanita tersebut. Ia terlihat berfikir keras seperti mengingat kembali apa yang terjadi, tapi sia-sia saja. Dia benar-benar tidak ingat apapun.
Wanita itu mengerti bahwa gadis ini masih bingung dengan dirinya. Wanita yang selalu tersenyum itu lalu mengajaknya untuk keluar dari pondok untuk berkeliling, memberikan ingatan baru kepada gadis yang ditemukannya, bahwa sekarang inilah kehidupan barunya.
"Jadi namaku Lily, ya?" gumam gadis itu lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 502 Episodes
Comments
Nopisia Erika
aku ingat2 lupa yg nolong vesper tante ross😂
2024-10-13
1
RJ 💜🐑
aku baca novel ini udah lama banget, jadi kayak lupa" ingat gitu, dulu kan belum bisa like kalau tidak salah 🤔🤔, tapi aku yakin banget bahwa novel ini sudah aku tamatin dari 2019 deh
2024-07-11
1
RINDI INEKE XIE 23
awal yg menarik🧐🙃
2024-01-16
1