"Kamu siapa?" tanya Angel dengan suara lirih pada pria yang tengah berada di atas tubuhnya.
Tapi pria itu tidak mengatakan apapun, hanya terus membuatnya merasa tidak nyaman dengan setiap sentuhannya pada Angel.
Kringggggg Kringggggg
Angel membuka matanya, suara alarm ponselnya membangunkannya. Dengan nafas terengah-engah Angel melihat ke sekeliling kamarnya.
"Hais, mimpi itu lagi. Kenapa aku terus mimpi hal yang sama sejak pindah ke kota ini" gumamnya bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Pembalasan
Kepala pelayan di kediaman Nowela itu perlahan menuju lantai dua, dimana kamar nona muda keluarga Nowela ini berada. Dengan langkah teratur, tidak cepat dan juga tidak lambat. Pelayan itu membawa nampan yang di atasnya terdapat sebuah gelas berisi jus dingin berwarna oranye dengan tatapan kosong.
Tapi, meski tatapan matanya itu kosong. Pelayan itu tetap tahu kemana arah yang harus dia tuju. Dia bahkan tidak terjatuh atau salah langkah saat menaiki anak tangga satu demi satu.
Dan begitu kepala pelayan wanita itu sudah berada di depan pintu kamar Nona muda keluarga Nowela. Pelayan itu bahkan menggerakkan tangannya dah mengetuk pintu.
Tok tok tok
"Nona, jusnya sudah saya bawakan!" katanya.
Suara terdengar tenang, hanya saja memang tidak seperti biasanya yang berintonasi. Suaranya kali ini benar-benar sangat datar dan cenderung terasa dingin, hampa.
Kalau orang-orang yang memang mengerti betul seperti apa pelayan itu biasanya berbicara sehari-hari maka orang itu pasti akan merasa dia aneh dengan pelayan itu.
Akan tetapi, karena memang noda Nona muda keluarga Nowela itu tidak pernah memperdulikan orang lain selain dirinya sendiri. Maka, ya sama sekali tidak merasa ada yang aneh dengan pelayannya itu.
"Masuklah kalau begitu! kenapa masih berdiri di luar!" katanya dari dalam.
Sahutan nona moda keluarga Nowela itu terdengar seperti sedang menegur. Atau lebih tepatnya menanggapi dengan tidak senang. Karena pelayan itu bukan langsung masuk, tapi malah berdiri di luar saja sejak tadi.
Ceklek
Pintu kamar itu terbuka, dan pelayan itu membawa nampan itu masuk ke dalam kamar bersamanya. Tapi, tatapan matanya masih terlihat kosong.
"Bodohh, bawa kemari cepat!" kata Pamela yang sedang sibuk dengan ponselnya.
Pelayan itu menutup pintu. Dan langsung berjalan ke arah Pamela yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya dengan sangat santai. Langkah pelayan itu begitu teratur. Terdengar malah mengerikan sebenarnya.
"Cepatlah bodohh!" pekik Pamela yang tak kunjung mendapatkan jus buahnya.
Pelayan itu pun meletakkan nampan itu itu atas nakas. Setelah itu meraih gelas yang berisi jus buah dan menyodorkannya pada Pamela.
"Ini nona muda...!"
Pamela meraih gelas itu.
"Dasar lamban! kenapa tidak lahir menjadi kura-kura saja, tidak becus..."
Pelayan itu memiringkan kepalanya, ketika Pamela ingin meminum jus dari jelas yang sudah ada di tangannya itu.
Pelayan itu mengangkat tangannya. Pamela yang sibuk dengan ponselnya sambil minum jus tidak menyadari apa yang akan terjadi padanya.
Plakk
Prang
Gelas jus yang ada di tangan Pamela jatuh. Mata Pamela terbelalak marah sambil memegang pipinya yang baru saja di tamparr dengan begitu keras oleh pelayannya itu.
"Pelayan bodohh, kamu sudah bosan hidup..."
Plakk
Plakk
"Agkhh!" pekik Pamela yang mendapatkan dua kali tamparan yang sangat kencang di wajahnya.
Pamela bahkan melompat dari tempat tidurnya dan segera berlari ke arah pintu kamarnya.
"Tolong! pelayan ini sudah gilaa!"
Namun langkah Pamela itu terhenti, karena pelayan itu tiba-tiba saja menghangatkannya di depan pintu.
"Ayah, ibu... tolong!"
Pekik Pamela yang melihat tatapan aneh dari pelayan di depannya itu. Namun sebelum suara itu terdengar oleh orang-orang di luar kamar. Pelayan itu sudah kembali maju mendekati Pamela, dan memukulnya beberapa kali lagi.
Bagh
Bugh
Plakk
Pamela di tamparr, di pukuli sampai tersungkur di lantai. Sudah jatuh tersungkur sekalipun, pelayan itu masih tidak melepaskannya. Mindset pikirannya sudah di kendalikan oleh Kael. Hingga yang ada di kepalanya, yang merangsangg seluruh syarat dan sel motorik pelayan itu adalah tidak akan berhenti menamparr Pamela. Jika gadis itu masih terlihat akan bangkit lagi.
Pamela yang terus berusaha untuk bangkit. Malah terkena pukulan dan tamparann bertubi-tubi dari pelayannya itu.
Sampai kedua orang tua Pamela dan beberapa penjaga datang ke kamar itu.
"Pamela, agkhhh!" nyonya Nowela tampak histeris.
"Singkirkan pelayan kurang ajar itu" pekik ayah Pamela.
Beberapa penjaga segera menangkap pelayan itu dan menariknya ke luar dari kamar.
"Panggil dokter!" pekik ibunya Pamela sudah sangat panik.
Anaknya sudah babak belur, bahkan dia nyaris tidak mengenali Pamela lagi.
"Kita bawa ke rumah sakit!" kata ayah Pamela membantu mengangkat putrinya bersama dengan para penjaga.
**
Di tempatnya berada saat ini, Nelson kembali mengusap keningnya. Dia sudah tahu apa yang terjadi pada Pamela. Karena Kael sendiri yang menceritakannya pada Nelson.
'Jaga dia untukku!' kata Kael dalam telepatinya pada Nelson.
Nelson tidak menanggapi, di sudah kehabisan kata-kata.
Tak lama setelah itu Aline sadar. Angel segera membantu Aline untuk memposisikan dirinya duduk. Supaya bisa minum dari gelas yang sudah dia siapkan minuman sebelumnya.
"Bagaimana? apa yang sakit?" tanya Angel pada Aline.
Aline memegang tengkuknya.
"Tidak nyaman di sebelah sini!" kata Aline.
Nelson yang melihat itu segera berkata.
"Tunggu sebentar, aku akan ambil strip penghilang rasa sakit!" katanya yang langsung keluar dari ruangan itu.
"Berapa lama aku pingsan?" tanya Aline pada Angel.
"Sudah cukup lama. Sekarang sudah jam 8 malam" kata Angel.
Mata Aline melebar.
"Ibu pasti mengkhawatirkan kita!" kata Aline.
"Iya, bibi menghubungi beberapa kali. Tapi tuan Nelson sudah bicara pada bibi. Entahlah, dia membawa ponselku keluar. Aku tidak tahu dia bilang apa pada bibi. Tapi setelah itu bibi tidak menelepon lagi!" jelas Angel.
"Jangan katakan pada ibu tentang apa yang terjadi, ibu pasti khawatir" kata Aline.
"Aline, bukankah sebaiknya kita katakan. Bibi akan lebih tenang kalau tahu apa masalahnya sebenarnya. Lagipula kita baik-baik saja. Dan Pamela itu, dia sudah mendapatkan surat peringatan. Kata tuan Nelson, dia tidak akan mengganggu kita lagi. Juga mahasiswa yang lain" terang Angel pada Aline.
"Begitukah? lalu apa yang mereka lakukan padamu? kamu baik-baik saja kan?" tanya Aline.
Angel mengangguk.
"Iya, aku baik-baik saja. Untungnya tuan Nelson datang tepat waktu. Dia membawa rekaman kamera pengawas, bukan aku yang melakukannya. Lalu tuan Nelson membawamu ke sini. Nanti, tuan Nelson juga yang akan mengantarkan kita pulang" kata Angel.
Dia sebenarnya mengatakan itu untuk membuat Aline merasa tenang. Tapi, sepertinya yang Aline pikirkan malah hal lain.
"Angel, apa tuan Nelson itu akan menjadi saingan kak Darryl?" tanya Aline. Dia benar-benar sedikit over thinking.
Angel mengernyitkan keningnya.
"Apa maksudmu?" tanya nya bingung.
"Ingat tidak, bukankah boneka beruang di kamarmu itu hadiah dari tuan Nelson. Apa kamu tidak berpikir kalau dia menyukaimu, makanya dia membantu kita?" tanya Aline.
Angel mendesah pelan.
"Pikiranmu berlebihan Aline. Itu tidak mungkin!" bantah Angel.
"Kenapa tidak mungkin? siapa yang tidak akan tertarik padamu, Angel?" tanya Aline lagi.
Angel menggelengkan kepalanya.
"Tidak mungkin!" katanya tegas.
"Apa yang tidak mungkin?" tanya Nelson yang baru masuk kembali ke ruangan itu.
Angel dan Aline langsung terdiam.
"Tidak apa-apa, tuan" kata Angel.
Nelson hanya mengangguk perlahan. Dia membuka strip di tangannya dan menempelkannya perlahan di tengkuk Aline.
"Bagaimana? sudah lebih baik kan?" tanya Nelson memastikan.
Aline menyentuh belakang lehernya itu.
"Wah, tidak sakit lagi. Sesuatu yang sangat mahal memang ajaib!" kata Aline takjub.
***
Bersambung...
jager apa ya kok lupa 🤭
apa ajaib karena mahal 🤭