Rumah yang baru dibangun diujung desa kini menjadi kosong setelah beberapa tahun yang lalu menjadi tempat meninggalnya seorang ibu dan anak laki-laki nya..
meninggal tanpa sakit dan tiba-tiba menjadi perbincangan masyarakat setempat karna mereka meninggalnya ditahun yang sama
tapi, ini bukan tentang seorang ibu dan anak laki-laki nya,
namun, ini tentang sepasang pengantin baru yang lebih memilih untuk menempati rumah tersebut.. dan disitulah awal malapetaka bagi sepasang pengantin baru itu terjadi terus menerus...
penasaran..?
yukk ikuti kisahnya..
ini karya perdana author ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NauraAini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana
Nabil menghela nafas berat dengan pikiran berkecamuk. bingung untuk memulai dari mana menyelesaikan masalah-masalah yang ada.
"Apa mas!??"
Niah terkejut mendengar penjelasan Nabil.
"Seharus nya kamu pikirkan lebih dulu mas, sebelum kamu mengambil keputusan, kalau sudah seperti ini bingung kan kamu" Niah pun menghela nafas panjang. Benar-benar membuat kepala hampir pecah.
"Iyah mas nyesel, seharus nya mas tidak ambil kerjaan sales kemarin, mas enggak bisa buat nunggu 3 bulan." ucap Nabil nelangsa.
Kedua nya sama-sama diam tenggelam dengan pikiran masing-masing.
Ijazah Nabil tertahan oleh pihak sales di tempat kerja yang kemarin. Karena sesuai perjanjian kontrak ijazah yang di tahan bisa di ambil kalau sudah bekerja selama 3 bulan.
Tapi kalau sebelum 3 bulan ada yang resend maka akan di kenakan denda senilai satu bulan kerja, kira-kira sebesar Rp.3 juta untuk mendapatkan kembali ijazah tersebut.
Nelangsa sudah Nabil rasakan, karena bagaimana mau kerja selama 3 bulan agar tidak di kenakan denda, ini baru kerja beberapa hari sudah ada masalah. Nabil harus melunasi tunggakan pembayaran produk yang di jual oleh sales sebelum nya. Karena mereka curang cara penjualan nya, main kirim saja produk-produk kepada customer tanpa di minta, untuk memenuhi target penjualan nya.
Nah, di situlah masalah nya, dari pihak customer tidak merasa memesan produk sebanyak itu hingga tidak mau membayar nya.
Mau tak mau pihak customer harus membayar nya karena diri nya sudah terdata.
Dan dari pihak sales sebelum nya main kirim saja, agar target penjualan nya tercapai.
Disini lah hari apes nya Nabil, masuk dalam permasalahan dua pihak yang sama sekali tidak ada sangkut paut dengan diri nya.
Sangat tidak masuk di akal memang, dan itu lah kenapa Nabil pusing sekali memikirkan nya, bertahun-tahun ia sekolah dengan biaya orang tua untuk mendapatkan ijazah, kini ijazah itu malah di tahan dan harus ada denda nya pula untuk mendapatkan nya kembali.
Bagaimana reaksi orang tua nya Nabil jika tau akan hal ini, itu yang lebih Nabil takut kan. Sungguh egois Nabil ini yang lebih memikirkan masalah reaksi orang tua nya, ketimbang memikirkan masalah istri nya di rumah ini.
"Seharus nya saat kamu mengambil keputusan itu, kamu harus siap juga dengan segala resiko nya mas, kamu yang lebih tau dan banyak pengalaman dengan dunia sales seperti itu". Niah bersidekap tangan menatap Nabil tajam.
"Pantes kamu tidak menghiraukan aku yang setiap hari pontang panting oleh rasa cemas dan was-was, aku sudah tidak betah juga disini. Ternyata ada hal lain yang menurut mu jauh lebih penting. Heh" Niah membuang muka sebal, tidak habis pikir dengan cara jalan pikiran nya Nabil ini. kok bisa dia mendapatkan suami seperti ini.
"Bukan seperti itu, aku takut kalau orang tua sampai tahu masalah ijazah ini. Biar bagaimanapun mereka yang membiayai sekolah ku sampai mendapatkan ijazah." ujar Nabil resah.
"Kalau kamu takut akan reaksi orang tua kamu, YA JANGAN CERITA!! JANGAN BILANG APA-APA SAMA MEREKA!!" Niah berani membentak Nabil karena saking kesal nya. Kalau bisa di lihat mungkin kepala Niah ini sudah mengepul asap seperti cerobong kereta.
"Kaya gitu aja harus di bilangin, lagian orang tua kamu itu tau nya yang enak-enak saja, aku menderita disini juga yang di khawatirkan ya kamu anak nya yang harus membayar sewa rumah ini setiap bulan nya , bukan aku." Niah merasakan sangat sesak di dada. Masalah datang bertubi-tubi tanpa henti.
"Belum selesai masalah di rumah ini malah kamu menambah pula Masalah lain mas, kalau kamu cuma mau memikirkan orang tua mu saja tanpa mau memikirkan kondisi aku, silahkan kamu pergi mas..
silahkan kamu tinggal bersama orang tua mu sana, aku tidak mau bersama dengan orang yang tidak sejalan."
"Kalau kamu masih apa-apa lebih membela orang tua kamu jangan nikah mas. Jangan pernah menikah. Aku kalau orang tua aku salah aku bilang itu salah, tidak seperti kamu yang selalu membenarkan orang tua sekali pun mereka salah. Aku enggak mau hidup menderita dengan semua tekanan mas. Aku bisa untuk hidup aku sendiri.!" tegas Niah dengan keputusan nya karena sudah amat sangat lelah jiwa nya.
"Kenapa kamu berbicara seperti itu Niah, aku juga pusing memikirkan ini semua, aku juga bingung harus bagaimana. Bukan nya aku enggak mau bekerja keras untuk mu, tapi aku juga udah banyak mencoba berbagai pekerjaan. Aku pikir aku bisa melewati masa 3 bulan itu, aku akan bisa kalau tidak ada masalah tunggakan customer itu.
kalau jumlah nya sedikit aku juga mau Niah untuk melunasi nya, ini jumlah nya juga sangat besar, dan kalaupun aku teruskan bekerja jadi sales itu, aku akan di potong gaji setiap bulan nya sampai lunas.
Tenaga dan waktu ku akan sia-sia saja kalau seperti itu" jelas Nabil dengan prustasi.
"Kamu juga harus ngerti keadaan aku Niah, aku bukan diam saja, aku sebenar nya tidak ingin kamu bekerja. Cukup aku saja yang bekerja kamu di rumah saja, aku malu karena keinginan itu belum tercapai sampai sekarang." Nabil mengusap wajah kasar
"Besok kita ke rumah orang tua aku untuk membicarakan rencana kak Ani untuk emperan rumah. Kamu harus ikut juga untuk melihat keadaan nya, aku juga bukan tidak memikirkan kamu, hanya saja aku kasihan orang tua aku sudah pada tua." jelas Nabil panik lebar membujuk Niah.
Niah bergeming tanpa membalas ucapan Nabil karena malas sudah untuk terus meladeni sikap Nabil.