Aldi remaja yang masih menyimpan kepedihan atas meninggalnya sang bapak beberapa tahun lalu. Dirinya merasa bapaknya meninggal dengan cara yang janggal.
Kepingan memori saat bapaknya masih hidup menguatkan tekadnya, mengorek kepedihannya semakin dalam. Mimpi-mimpi aneh yang melibatkan bapaknya terus mengganggu pikirannya hingga dirinya memutuskan untuk mendalami hal ghaib untuk mencari tahu kebenarannya.
Dari mimpi itu dirinya yakin bahwa bapaknya telah dibunuh, ia bertekad mencari siapapun yang menjadi dalang pembunuhan bapaknya.
Apakah benar bapaknya dibunuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.J Roby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelakukan Setan Random
Aldi langsung berlari keluar untuk menghadapi gerombolan setan iseng tersebut. Aldi menangani beberapa makhluk yang di bawah sedangkan Suro dan Melati menangani makhluk-makhluk yang bisa terbang.
Di depannya kini terdapat banyak sosok dengan tubuh yang sudah hancur seperti korban kecelakaan, darahnya mengucur kemana-mana menimbulkan bau anyir yang amat pekat. Jumlah mereka juga tak sedikit, tapi untungnya mereka sangat lambat.
“Kayaknya ini bakal gampang deh” Ujarnya
Aldi memulai dengan sosok paling dekat dengannya, ia menyapu kaki sosok tersebut lalu memisahkan kepala dengan tubuhnya. Ia melakukannya dengan sangat mudah, karena di lehernya terdapat kaca besar yang tertancap.
Berlanjut kepada sosok-sosok lain, memang mereka mudah dilenyapkan tapi jumlahnya lumayan banyak. Ini cukup menguras tenaganya, saat Aldi mulai kelelahan tiba-tiba ada sebuah sabetan ekor melayang ke dadanya.
“Arghhh”
Aldi meringis sambil memegangi dadanya yang panas. Rupanya sosok biawak tersebut mengibaskan ekornya. Rasanya seperti dicambuk dengan amat keras. Biawak itu berdiri dengan memberi tatapan meremehkan ke Aldi.
Berusaha bangkit, namun kakinya kembali dicambuk oleh ekor biawak tersebut hingga Aldi kembali tersungkur.
“Hahahaha”
Biawak tersebut tertawa mengejek Aldi, merasa dirinya sudah di atas angin. Cambukannya kini ia luncurkan lagi, namun Aldi dengan cepat menangkap ekornya. Aldi langsung menarik ekor tersebut lalu membantingnya dengan sekuat tenaga.
Bugh.
Suara benturan tubuh biawak itu dengan tanah. Aldi segera berlari menghampiri sosok tersebut lalu memberikan pukulan layaknya atlet MMA. Sudah tak terhitung berapa banyak pukulan yang ia lesatkan, namun wajah biawak tersebut kini sudah tak terbentuk.
Sementara Melati dan Suro menghadapi banyak makhluk yang dapat terbang salah satunya kunti yang kemarin dijambak Melati. Ada berbagai macam sosok di sana salah satunya sosok lelaki gemuk berbadan seluruhnya hijau. Wajahnya keriput namun dihiasi dengan taring.
“Kamu saja yang hadapi mereka!” Ujar Suro kepada Melati
“Lah om gimanasi? Bukannya dilawan berdua juga” Dengus Melati
“Kamu aja dulu sana, aku masih mager” Lanjut Suro
“Ishh curang”
Melati langsung melesat menghabisi rombongan kunti yang memang levelnya jauh di bawahnya. Amat mudah untuk Melati. Dirinya menebas leher satu per satu para kunti putih itu. Hingga darahnya muncrat ke udara menimbulkan bau anyir yang menguar dibawa oleh angin.
Suro sendiri mundur ke atas genteng kosan Nara lalu duduk santai di sana sambil menonton pertarungan Melati. Suro masih sempat-sempatnya meminta rokok kepada Aldi lalu kembali ke genteng. Ia menyalakan rokok dengan mengeluarkan bara api kecil dari jarinya lalu menghisapnya dengan santai.
Melati sendiri sibuk melesat kesana kemari menghabisi sisa sosok yang ada. Kini tersisa pertarungan satu lawan satu melawan buto ijo tersebut. Melati meninju perut buncit buto ijo lumayan keras. Namun seperti tak ada respon, perut itu hanya kembang kempis normal.
Melati mencoba sekali lagi tapi hasilnya nihil. Kini buto ijo itu balik menyerang, dirinya berhasil menangkap rambut Melati yang panjang lalu dibantingnya Melati hingga ke tanah.
Melati jatuh dengan posisi telungkup. Dirinya segera bangkit. Melati tertawa terbahak-bahak. Suaranya menggelegar.
“Hihihihi”
Sang buto ijo kembali mengambil kuda-kuda bersiap menerima serangan Melati.
“Lumayan juga” Ujar Melati
Melati langsug melesat kembali ke atas, lesatannya langsung mengarah ke si buto ijo. Melati hanya melewatinya saja kemudian kembali melesat menjauh.
Buto ijo itu hanya tersenyum bengis. Namun tak lama perutnya mengeluarkan darah hitam pekat, bentuk lukanya persis seperti bekas cakaran. Yap Melati berhasil mencakar perut si buto sambil melesat, kecepatannya mustahil untuk diikuti oleh bola mata.
Melati kembali melesat ke arah si buto ijo. Namun kini tangannya mencengkram kuat leher si buto ijo. Melati meremas-remas leher tersebut hingga kerongkongannya hancur. Darahnya mengaliri tangannya yang semula putih pucat kini sebagian menjadi hitam.
Si buto ijo sempat melawan dengan menyemburkan lendir tepat mengenai wajah Melati. Namun serangan tersebut tak berefek apapun. Dengan sekali tebasan, lehernya kini hancur. Kepalanya jatuh ke tanah lumayan keras. Sosok ini tumbang cepat di tangan Melati.
Pertarungan kedua pihak ini tak berlangsung lama, Aldi dan Melati juga tak mengalami luka serius. Melati menghampiri Suro dengan wajah yang berlendir.
Jelas, Suro mentertawakannya dengan puas melihat kondisi Melati
“Ihhh jijik banget” Dengus Melati
Melihat Suro yang hanya tertawa Melati semakin jengkel hingga muncul ide buruk di otaknya. Melati langsung mendekati Suro lalu menggunakan pakaian Suro sebagai lap. Sontak Suro naik pitam, namun Melati dengan cepat kabur. Terjadilah kejar-kejaran antara mereka berdua.
Sementara Aldi yang melihat kelakuan dua hantu random tersebut hanya bisa menghembuskan napas berat.
“Woi aku baliknya gimana ini?” Teriak Aldi
Aldi sadar bahwa ia meraga sukma dengan bantuan Suro, dan ia bingung kini cara kembalinya. Namun teriakan Aldi sama sekali tak digubris oleh Suro yang fokus mengejar Melati. Akhirnya Aldi berjalan lesu kembali ke parkiran. Dirinya duduk bersila lalu berkonsentrasi. Saat membuka mata untungnya ia sudah kembali ke badannya.
Namun kondisi tubuhnya begitu lemas sehingga tak sadar ia tertidur pulas di parkiran.
Pagi harinya Aldi dibangunkan oleh Vanesa, ia melihat tatapan Vanesa yang keheranan melihat dirinya tertidur di parkiran.
“Kamu ngapain tidur sini Al?” Tanya Vanesa Heran
“Ndak tau kak, ketiduran aja tiba-tiba hehe” Balas Aldi bohong
Tak lama Nara keluar dari kamarnya, matanya yang masih berat langsung terbelalak saat melihat Aldi berbaring di parkiran
“ASTAGA ADEK! NGAPAIN TIDUR DI SITU?”
Aldi dengan sigap merubah posisinya yang kini duduk.
“Ketiduran kak” Balas Aldi sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal
“Cepet masuk! Mandi”
“Iya kak”
“Bentar lagi kita keluar” Lanjut Nara
“Kemana?”
“Udah gausah banyak tanya, cepet mandi!” Ujar Nara yang bola matanya hampir keluar
Aldi lalu kabur, saat mendekati Nara di depan pintu. Tabokan Nara sukses mendarat di lengan Aldi, namun Aldi langsung kabur masuk ke dalam kamar mandi.
Kini Aldi sudah setelan rapi menggunakan kaos hitam dan celana abu-abu.
“Ayo kak”
“Bentar”
“Nyantai aja dulu”
“Terus kenapa aku disuruh buru-buru tadi?!” Dengus Aldi
Nara melotot ke arahnya membuat Aldi terdiam.
“Nih minum!” Ucap Nara sambil menyodorkan secangkir kopi hitam dengan asap yang masih mengepul
“Hehehe makasih kakakku yang cantik”
“Dasar, kalau ada maunya aja bilang cantik”
Aldi mengambil gelas itu lalu pergi ke gerbang untuk menikmati segelas kopi dengan sebatang rokok. Tak lama sebuah motor matic berwarna putih masuk ke dalam area kos. Aldi merasa taka sing dengan motor ini.
Setelah si pengendara melepaskan helm dan masker ternyata benar, Nila datang berkunjung dengan setelan yang rapi.
“Kak Nila?” Ujar Aldi sedikit terkejut
“Halo Al”
Tak lama Nara keluar dari kamarnya.
“Ayo dek berangkat” Ucap NAra
“Kemana ini?”
“Udah ikut aja” Sahut Vanesa
Kini Aldi yang bingung melihat ketiga wanita ini sudah menggunakan setelan rapi. Akhirnya Aldi menurut, Aldi membonceng Nara sementara Vanesa bersama Nila. Motor mereka melaju membelah padatnya jalan raya.
Sesampainya di sebuah tempat wisata Aldi sedikit tertegun. Pasalnya tempat inilah yang ia lihat di dalam mimpinya. Padahal dirinya seumur hidup baru sekarang pergi ke sini. Mereka mengantri untuk masuk. Tempat ini lumayan ramai karena berbarengan dengan libur sekolah jadi wajar saja mereka sedikit antri unuk masuk.
Setelah mendapat tiket mereka masuk. Aldi lagi-lagi kembali tertegun, pasalnya visual mimpinya sangat akurat. Mulai dari penempatan rumah kaca, museum hingga food court yang sebelumnya ia kunjungi di mimpi.
Kini mereka berada di food court untuk membeli sarapan, kios yang sebelumnya ia sepi saat di mimpinya kini menjadi ramai. Mereka membeli nasi kuning untuk sarapan pagi ini. Matahari tak begitu menyengat karena tertutup awan sehingga menambah suasana sejuk di tempat ini.
Bahkan penempatan meja-meja sangat akurat dengan mimpinya. Saat Aldi melihat jalan kecil memorinya langsung memutar momen saat ia dikejar oleh kuntilanak. Vanesa sedari tadi memperhatikan Aldi yang fokus memperhatikan area sekeliling.
“Bagus tempatnya ya Al” Ujar Vanesa
Nila langsung melirik tajam ke arah Vanesa
“Hehe iya kak, enak adem di sini” Balas Aldi
Setelah sarapan kini mereka berjalan-jalan menelusiri keseluruhan area wisata.
“Ke rumah hantu yuk” Seru Nila
“Kamu kan penakut Nil” Balas Nara
“Berani aku kalau rumah hantu doang” Ujar Nila sombong
Akhirnya mereka menyetujui ajakan Nila. Aldi kini cukup menjadi tim hore yang tugasnya mengiyakan setiap ajakan. Kini mereka mengantri untuk masuk ke dalam rumah hantu yang konsepnya seperti sebuah rumah sakit terbengkalai.
Saat baru memasuki rumah hantu, mereka dikejutkan oleh banyak sound efek menyeramkan. Itu saja sudah menciutkan nyali mereka. Aldi sebenarnya tidak takut, namun suara-suara yang keras kerap kali mengagetkannya.
Saat mereka memasuki sebuah ruangan yang didesain seperti ruang mayat. Aldi melihat banyak ranjang-ranjang yang diisi oleh boneka, dan sepertinya ada manusia yang ikut tidur di ranjang tersebut. Namun, ada juga sosok hantu asli yang ikut tiduran di salah satu ranjang.
“AAAAAAA” Teriak Nila sambil menutupi wajahnya
Kritik, saran dan masukan dari para readers sekalian sangat berarti bagi author, mengingat ini adalah karya pertama dari author. Happy reading😁