NovelToon NovelToon
"Blade Of Ashenlight"

"Blade Of Ashenlight"

Status: sedang berlangsung
Genre:Dunia Lain
Popularitas:524
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di tanah Averland, sebuah kerajaan tua yang digerogoti perang saudara, legenda kuno tentang Blade of Ashenlight kembali mengguncang dunia. Pedang itu diyakini ditempa dari api bintang dan hanya bisa diangkat oleh mereka yang berani menanggung beban kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jantung Neraka

Tanah Brighthollow retak saat Cerberith mengaum, tiga kepala berapi melingkupi Edrick. Nafasnya saja sudah cukup untuk melelehkan baja.

Rakyat berlari, tapi sorakan mereka tidak berhenti.

“Pangeran Hale!”

“Api biru!”

Sorakan itu membuat Edrick berdiri tegak, meski darah mengalir di wajahnya. Ashenlight bergetar di tangannya, sinarnya biru-perak, seolah menyatu dengan degup jantungnya.

Cerberith menerjang. Cakar sebesar gerbang menebas, menghancurkan rumah batu seakan jerami.

Edrick melompat, Ashenlight menebas kepala kiri. Nyala biru memotong daging neraka, membuat kepala itu meraung dan tersentak mundur.

Namun dua kepala lain menyemburkan api merah ke arah Edrick.

Selene mengangkat dinding sihir, menahan sebagian, tapi panasnya membuat barikade retak. “Edrick!” teriaknya.

Edrick berguling, api neraka melahap tanah di belakangnya.

Sir Alden memimpin prajurit untuk menarik perhatian makhluk itu, menembakkan panah ke mata dan mulutnya.

Cerberith meraung, ekornya menyapu, membuat belasan prajurit terlempar. Darah berceceran, tapi mereka tetap berdiri, meski gemetar.

“Untuk Brighthollow!” teriak Alden, suaranya parau.

Edrick menancapkan Ashenlight ke tanah. Api biru menyebar seperti jaring, melingkari lapangan, membentuk lingkaran nyala.

“Kalau kau benar jantung neraka…” katanya pada makhluk itu, “…maka aku akan jadi api yang menutupinya!”

Cerberith mengaum, kepalanya menyerbu serempak.

Edrick melompat ke udara, Ashenlight menyala bagaikan bintang jatuh.

Benturan itu membutakan mata semua orang. Api biru dan merah beradu di tengah kota, menciptakan ledakan yang mengguncang bumi.

Rakyat menutup wajah, tapi tetap bersorak, suaranya menembus api.

Di tengah nyala itu, Edrick menghantam dada Cerberith. Ashenlight menusuk dalam, menyalakan api biru dari dalam tubuh monster itu.

Cerberith meraung, tiga kepalanya berputar liar, tubuhnya mengamuk, menghancurkan bangunan di sekitarnya.

Namun api biru menyebar lebih cepat, menelan api merahnya, mengurung setiap bagian tubuhnya.

Dengan teriakan terakhir, Edrick menancapkan pedangnya lebih dalam.

“Brighthollow… tidak akan jadi milik neraka!”

Api biru meledak keluar dari Cerberith, membelah malam.

Makhluk itu menjerit panjang sebelum tubuhnya runtuh, berubah jadi abu hitam yang beterbangan, tertiup angin malam.

Kesunyian jatuh.

Hanya suara nafas Edrick yang terdengar, berat dan patah-patah. Ia berdiri di tengah lingkaran abu, Ashenlight masih bersinar, tapi redup.

Rakyat keluar dari persembunyian, terdiam menatapnya. Lalu, perlahan, sorakan meledak.

“Dia mengalahkan monster neraka!”

“Api biru menyelamatkan kita!”

“Pangeran Hale!”

Sorakan itu mengguncang kota, membuat dinding-dinding tua bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena semangat.

Selene berlari ke sisinya, memegang bahunya. “Kau masih hidup…” katanya dengan suara bergetar.

Edrick tersenyum kecil, meski tubuhnya hampir roboh. “Kita semua masih hidup. Itulah yang penting.”

Sir Alden datang, menatap abu Cerberith dengan wajah berat. “Kalau Malrik berani mengirim makhluk neraka… maka dia pasti punya sesuatu yang lebih buruk menunggu.”

Edrick mengangkat Ashenlight tinggi, meski tangannya gemetar. “Apa pun yang dia kirim… kita akan jadi apinya.”

Dan rakyat bersorak lebih keras lagi, api pemberontakan kini menyala terang di jantung Brighthollow.

Di alun-alun, anak-anak menyalakan obor kecil, menirukan gaya Edrick saat melawan Cerberith. Mereka berlari-lari, tertawa, berteriak, “Api biru! Api biru!”

Pemandangan itu membuat Edrick diam lama, menatap dari menara. Hatinya hangat, tapi sekaligus berat. Ia tahu, di balik tawa itu, perang belum berakhir.

Sir Alden masuk ke ruangan. “Kabar dari utara. Utusan Malrik sudah menyebar.”

Edrick menoleh. “Apa yang mereka katakan?”

Alden menghela napas, wajahnya gelap. “Bahwa kau bukan pahlawan. Bahwa kau memanggil Cerberith sendiri untuk membakar kota ini, lalu berpura-pura mengalahkannya. Mereka menyebutmu anak penyihir, pewaris darah kegelapan.”

Selene yang juga ada di ruangan itu mengepalkan tangan. “Itu fitnah! Rakyat melihat sendiri apa yang terjadi.”

Alden menggeleng. “Rakyat Brighthollow, iya. Tapi kerajaan lain? Mereka tidak melihat. Mereka hanya dengar kabar. Dan kabar lebih tajam daripada pedang.”

Edrick berjalan ke jendela, memandang api obor rakyat. “Jadi Malrik menyerang dengan bayangan. Kalau aku tidak segera bertindak, mereka akan percaya bahwa aku hanya boneka sihir.”

Selene menatapnya. “Kita harus melawan fitnah itu dengan cahaya. Kau harus ke utara, temui sendiri para lord yang ragu. Biar mereka lihat siapa dirimu sebenarnya.”

Alden mengangguk setuju. “Tapi kau harus hati-hati. Kalau pergi, Brighthollow bisa jadi sasaran lagi. Kita harus memilih dengan cermat siapa yang menjaga kota ini.”

Malam itu, Edrick duduk sendirian di kapel tua, Ashenlight disandarkan di sampingnya. Api biru kecil bergetar di bilahnya, seolah ikut resah.

Ia berbisik pada dirinya sendiri, “Ayah… kalau kau di posisiku, apa yang akan kau lakukan? Lawan bayangan dengan pedang, atau dengan kebenaran?”

Tidak ada jawaban, hanya angin malam yang menyusup lewat jendela retak.

Tapi jauh di dalam hatinya, ia tahu: perang pedang hanyalah satu sisi. Perang kata, perang citra, perang kepercayaan itulah ujian berikutnya.

---

Keesokan harinya, dewan kecil Brighthollow berkumpul. Selene, Sir Alden, beberapa kapten milisi, dan rakyat yang dipilih untuk mewakili suara kota.

Edrick berdiri di hadapan mereka.

“Malrik ingin kita tenggelam dalam bayangan. Aku tidak akan membiarkannya. Aku akan berangkat ke utara, untuk menyalakan api di mata mereka yang belum melihat.”

Kapten Rowan, prajurit muda yang kehilangan keluarga saat serangan Cerberith, maju satu langkah. “Dan kami akan menjaga Brighthollow. Kota ini tidak akan padam lagi.”

Suara rakyat di luar menegaskan keputusan itu dengan sorak.

Malam itu, bendera baru dinaikkan di menara Brighthollow: api biru di atas dasar hitam.

Bukan hanya simbol perang, tapi tanda bahwa kota ini telah memilih jalannya.

Edrick bersiap menunggang kuda, rombongan kecil menemaninya. Selene di sisinya, Sir Alden di belakang, dan Ashenlight di pinggangnya.

Saat ia meninggalkan gerbang, rakyat mengangkat obor tinggi-tinggi. Api kecil yang bersinar seperti bintang, membentuk lautan cahaya.

“Pergilah, Pangeran Hale!”

“Kami akan menjaga kota!”

Edrick menunduk hormat, lalu menatap ke utara. “Api ini akan berjalan ke setiap penjuru Averland.”

Perjalanan ke utara membawa rombongan melewati hutan lebat dan desa-desa yang hancur oleh perang.

Di setiap tempat yang mereka lewati, rakyat keluar melihat. Sebagian bersorak, mengenali Ashenlight di pinggang Edrick. Sebagian lagi hanya berbisik, ragu-ragu, menatap dengan tatapan penuh curiga.

Selene berbisik pada Edrick saat mereka melewati desa ketiga. “Kau lihat? Bayangan Malrik sudah sampai ke sini. Mereka tidak yakin apakah kau penyelamat… atau pembawa kutukan.”

Edrick menunduk. “Itulah mengapa kita harus terus berjalan. Aku ingin mereka melihat wajahku, bukan hanya mendengar desas-desus.”

---

Tiga hari kemudian, mereka tiba di kastil Lord Harren di utara. Dindingnya tinggi, benderanya biru tua bergambar serigala putih. Harren dikenal sebagai bangsawan yang licik selalu memilih sisi yang tampak lebih menguntungkan.

Di aula besar, Edrick diterima dengan pesta, namun udara dipenuhi ketegangan. Para lord kecil lain duduk di meja panjang, mata mereka waspada.

Lord Harren tersenyum tipis. “Pangeran Hale. Cerita tentangmu telah sampai lebih cepat daripada langkah kakimu. Katanya kau mengalahkan Cerberith. Tapi katanya juga… kau yang memanggilnya.”

Tawa kecil terdengar dari beberapa bangsawan lain.

Sir Alden berdiri, tangannya di pedang. “Fitnah busuk! Rakyat Brighthollow sendiri yang menyaksikan!”

Tapi Harren hanya mengangkat tangan, menghentikan protes. “Aku tidak bilang aku percaya. Aku hanya bilang… cerita itu beredar.”

Edrick berdiri, menatap mereka satu per satu.

“Kalau aku memang pemanggil neraka, apa aku akan duduk di sini, di hadapan kalian, tanpa melumat kastil ini dengan api?”

Suara ruangan hening. Tatapan mereka beralih, sebagian tertarik dengan keberaniannya, sebagian tetap dingin.

Harren tersenyum lagi, lebih lebar. “Kata-kata bagus. Tapi kata-kata saja tidak cukup. Bagaimana kalau kita buktikan?”

Ia bertepuk tangan. Dari pintu samping, sekelompok prajurit masuk, menyeret sesuatu.

Seekor wyvern kecil sayapnya patah, matanya liar, mulutnya disumpal rantai besi. Hewan itu meraung, berusaha kabur.

Harren berdiri. “Kalau benar kau api biru yang menyelamatkan rakyat, buktikan di sini, di hadapan kami. Tunjukkan kekuatanmu. Atau… kami anggap kau hanya penyihir yang bersembunyi di balik pedang legenda.”

Selene berbisik cepat, cemas. “Edrick, hati-hati. Ini jebakan. Kalau kau gagal, mereka akan menyebutmu penipu. Kalau kau berhasil, mereka bisa menuduhmu menggunakan sihir terlarang.”

Edrick menghela napas, matanya tak lepas dari wyvern yang meraung di rantai.

“Kalau kita menolak?”

Sir Alden berbisik kasar. “Mereka akan bilang kau pengecut.”

Ruangan itu menunggu, semua mata menatapnya.

Edrick maju perlahan, menarik Ashenlight dari sarungnya. Api biru menyala lembut, memantul di mata para bangsawan.

Ia menatap Harren. “Kau ingin bukti? Kau akan mendapatkannya. Tapi ingat: api biru ini bukan untuk pertunjukan. Ini untuk Averland. Kalau kau melihatnya, berarti kau juga terikat dalam sumpahnya.”

Harren menyeringai, tapi matanya sedikit menyipit.

Wyvern meraung lagi, berusaha melepaskan diri. Rantai besi hampir putus.

Edrick mengangkat Ashenlight, api biru mulai bergetar, bersinar makin terang.

Seluruh aula menahan napas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!