NovelToon NovelToon
Pesona Dokter Duda Anak Satu

Pesona Dokter Duda Anak Satu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta setelah menikah / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: My Starlight

"Itu hukuman buat kamu! Jangan sampai kau melanggar lagi aturan sudah yang aku buat. Kalau tidak …." Kalimatnya menggantung.

"Kalau tidak apa, Kak?" tanya Lyana mulai berani.

"Sesuatu yang lebih buruk dari ini akan terjadi." Anggara berlalu dari hadapan Lyana. Aliran darahnya mulai memanas.

"Hah, sesuatu yang buruk? Bahkan kakak sudah mencuri ciuman pertamaku, menyebalkan." Kini giliran Lyana yang marah. Dia membuka dan menutup pintu kamar dengan keras. Sirkuasi udara di dalam kamar seolah berhenti seketika.

"Ciuman Pertama? Hah, pandai sekali dia berbohong."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon My Starlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Surat Kontrak

Di siang hari yang sangat terik itu, seorang pria turun dari mobil mewahnya sambil melepas kaca mata hitam. Setelan jas dan jam tangan yang melingkar ditanganya itu mungkin harganya sudah sama dengan satu unit mobil SUV milik Anggara.

Berpawakan tinggi besar, hidung mancung dengan kumis tipis di bawahnya, serta rahang yang kokoh membuat Atmojo tetap berkharisma di usia yang sudah menginjak kepala lima.

Rambutnya di sisir belah pinggir, walaupun sudah beruban model potongan rambutnya masih seperti anak muda. Kali ini dia memakai sepatu ofxord berwarna coklat tua dengan susuan tali yang lebih rapat.

Baru mendengar suara deru mobil Atmojo, satpam di pintu gerbang depan rumah Anggara sudah bergidik ngeri. Pasalnya laki-laki itu pernah sekali melihat Atmojo marah, salah satunya waktu mantan istri Anggara ketahuan selingkuh. Dia bahkan melihatnya langsung Tuan Atmojo menarik paksa rambut Mbak Merlin Ibunya Reno sampai keluar rumah.

Satpam itu mengangguk hormat ketika mata mereka bertemu, Atmojo turun dari mobil. Kedatangan Tuan besar yang medadak itu membuat sesisi rumah kewalahan tak terkecuali Lyana, yang dari tadi mengunci diri di kamar.

Lyana tahu betul posisinya sekarang yang cuma jadi tawanan Anggara. Perasaan sesak kini menjalar lagi di dadanya. Lyana mengusap wajah Anggara di layar ponsel yang dia pegang. Video Anggara yang sedang klarifikasi itu juga viral, memenuhi beranda media sosial.

Ketukan pintu membuat Lyana langsung menaruh ponsel yang tadi dia pegang.

"Mbak, Tuan besar datang. Beliau menuggu anda di saung dekat kolam renang." kata Bi Mirna.

"Tuan besar disini? Sejak kapan?" tanya Lyana penasaran.

"Belum Mbak," jawab Bi Marni segera berlalu .

"Kak Anggara kan sedang di Rumah Sakit, kenapa beliau tiba-tiba datang ke rumah?" gumam Lyana sambil menuruni tangga setelah menyisir ulang rambutnya yang berantakan.

Baru sampai di lantai bawah, Reno mendekat menyambut Lyana dengan senyuman yang menggemaskan.

"Reno kenapa enggak tidur siang?" tanya Lyana sambil mengusap pipi bocah 6 tahun itu.

"Aku mau di bacain dongeng sama Tante Ly," ujar Reno sambil bergelayut manja di tangan Lyana.

"Kakek sedang di sini, tante mau nemuin kakek dulu ya, " kata Lyana masih sambil tersenyum.

"Ada apa tant? kok kakek ke sini. Reno takut. " wajah Reno terlihat menciut, tanganya sedikit bergetar saat berpegangan pada Lyana.

"Entahlah, makanya tante harus kesana."Lyana menunjuk saung di dekat kolam renang.

"Reno tidur siang ya di temenin Bi Nina." Lyana mengusap rambut Reno dan berlalu meninggalkan Reno yang berdiri mematung melihat pemandangan di depanya yang hanya dibatasi kaca jendela itu. Kakeknya masih terlihat menyeramkan. Bocah cilik itu kemudian berlari menuju kamarnya.

Lyana sudah melihat Atmojo mengambil es jeruk dari nampan yang di pegang Bi Mirna. Setelah menaruh satu gelas es jeruk satu lagi dan sepiring buah semangka yang sudah dipotong rapih, Bi Mirna berlalu, dia juga berpapasan dan menundukan kepala sebentar kepada Lyana.

"Maaf, membuat tuan menunggu." Lyana membungkukan badan memberi salam.

"Haha, dulu kau memanggilku om kenapa sekarang berubah?" ragu, Lyana duduk di sebelah bapak mertuanya itu.

"Panggil saja saya seperti Anggara memanggil saya," ujar laki-laki itu melepaskan kaca mata, melipat dan memasukanya ke kantong jas bagian dalam. Kedua mata mereka bersitatap.

"Apa Anggara memperlakukanmu dengan baik?" tanya Atmojo sambil meneguk es jeruk perlahan, menimang gelas kaca itu sambil mendengar Lyana berbicara.

"Kak Anggara memperlakukan saya dengan baik tuan," Lyana berbicara jujur, karena akhir-akhir ini sikap Anggara memang sudah berubah.

"Kau sudah lihat beritanya?" tanya Atmojo memastikan , Lyana mengangguk.

Angin menerpa sekitar mereka, pohon mangga yang ada disamping saung itu menggugurkan daun keringnya. Matahari yang tadi terasa saat dekat itu, kini seolah menjauh berganti gumpalan awan yang mulai menghitam. Langit mulai mendung.

"Kau percaya?" Atmojo butuh jawaban Lyana.

"Sa, ya tidak percaya tuan," ucap Lyana terbata.

"Mau percaya tapi takut itu hanya fitnah, tapi kalau tidak percaya Kak Gara kan emang keras orangnya." Lyana gundah dengan jawabanya sendiri.

"Haha, kau ini, sudah ku bilang panggil aku Ayah sama seperti Anggara memanggilku begitu," Atmojo sedikit tergelak menantunya terus-terusan memanggilnya tuan.

"Apa Ayahmu yang melarangmu ?" suara Atmojo kali ini terdengar agak sinis.

"Bukan begitu tuan, eh Ayah," Lyana memberanikan diri kali ini.

"Baguslah, panggil aku Ayah mulai sekarang ya," nada bicaranya sudah melunak, dia bahkan menepuk pundak Lyana. Tentu yang ditepuk sekarang jadi tergagap, canggung.

"Baik Ayah,"

"oh ia, Ayah sudah bertemu Reno?" tanya Lyana polos, dia bahkan tidak tahu bahwa mertuanya itu sama sekali tidak tertarik dengan Reno.

"Hmm ..., Reno ya? tadi sudah lihat sebentar kok," ujar Atmojo setelah selesai kunyah-kunyah semangka dan menelanya.

Sling, raut wajah Atmojo berubah seketika. Lyana bisa menangkap itu, mimik wajah tidak suka mertuanya itu tidak bisa disembunyikan lagi.

"Kak Gara tahu Ayah di sini?" es jeruk tangan Lyana sudah habis separuh gelas.

"Ah, sepertinya dia tidak tahu." Atmojo mengusap leher belakangnya.

"Kalau begitu sebentar, saya hubungi dulu ya," Lyana mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.

"Eh, tidak usah. Ayah cuma mau ketemu sama kamu kok." mata keduanya bertemu lagi, senyum di bibir itu palsu.

"Ada apa?" tanya Lyana langsung pada intinya.

"Jangan-jangan beliau cuma mau membenarkan apa yang kak gara ucapkan kepada ayah , bahwa aku emang cuma tawananya saja? Hah." baru memikirkanya saja sudah membuat mood Lyana berantakan lagi.

"Kau sudah baca surat kontraknya?" Lyana masih larut dengan pikiranya sendiri.

"Kau sudah baca surat kontraknya belum?" Atmojo memperjelas lagi kalimatnya, suara laki-laki itu mulai mengeras.

"Surat kontrak? Kontrak apa yah?" tanya Lyana bingung.

"Kontrak pranikah yang sudah kau tanda tangani Lyana putri Haridanto." kata Atmojo penuh penekanan.

Surat kontrak apa yang dia maksud? pertanyaan itu tidak langsung keluar dari mulut Lyana, reka adegan saat hari pernikahanya pun berputar di otaknya seolah sedang mengingatkan Lyana, namun dia tetap tidak mengingat tentang surat kontrak.

"Sebentar tuan, eh Ayah, saya tidak paham dengan ucapan anda. " ucap Lyana canggung, laki-laki di hadapanya sepertinya sudah mulai kesal.

"Hah, baiklah, kalau kau tidak mengingat biar saya ingatkan sekali lagi ya," Atmojo membuang nafasnya kasar, jengah dengan jawaban Lyana. Apa-apaan dia bahkan pura-pura lupa sama surat kontrak itu. Padahal, seingat Lyana tidak ada surat kontrak pranikah.

"Ly, kau tahu kan alasan kenapa aku mengirimu ada di rumah ini?" seperti sedang mengingatkan posisinya, Atmojo mulai menekan Lyana. Angin seperti berhenti berbisik, suara kicauan burung yang biasa meramaikan ranting pohon mangga itu entah lenyap kemana.

"Aa, ku tahu tuan," ancaman anak buah Atmojo saat memaksanya untuk menyetujui perjodohan kala itu menari di atas kepalanya.

"Jadi, jangan lupakan isi kontrak itu juga." Atmojo menghubungi seseorang yang ada di mobilnya, tak selang lama surat itu sudah ada di depan Lyana.

Surat pranikah Anggara Dwi Atmojo dengan Lyana Putri Hardianto. Pasal pertama, jika dalam satu tahun pihak mempelai perempuan tidak hamil maka pihak laki-laki harus menggugat cerai . Pasal kedua, jika pihak perempuan itu hamil, maka setelah tiga tahun pernikahan ini batal, dan pihak perempuan harus melepaskan hak asuh anak kepada pihak laki-laki. Pasal ketiga, jika semua pasal di langgar dan pernikahan tetap berjalan ditahun ke empat maka sanksi sudah terlampir.

Pihak laki-laki tidak akan mendapatkan warisan, baik berupa aset ataupun saham perusahaan BSA Group.

Ganti rugi senilai 20 Milyar atas dasar kelalain di masa lalu untuk kedua belah pihak terdakwa pencemaran nama baik dan terdakwa yang memanupulasi data perusahaan secara sadar. Sehingga keduanya harus sama-sama di hukum dan membayar ganti rugi tersebut.

Pihak 1, Anggara Dwi

Pihak 2, Hardianto

Menyetujui , Lyana Putri Hardianto.

Kertas itu langsung terjatuh di paha Lyana, kaget. Lyana segera tersadar setelah membaca semua peenyataan itu. Surat kontak macam apa itu, Lyana menatap Atmojo jijik tak percaya.

.

.

.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!