"Sssssttt, sssssttt ahh, ahh,aaahh...Aaaahhhk."
Aku terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul 23:25. Sebab Mas Saka tidak ada di sebelahku. Ntah kemana dia, aku tidak tahu. Baru saja aku akan melangkah menuju keluar, namun aku mendengar suara aneh dari kamar mama, yang aku dengar seperti suara desahan dan lenguhan panjang.
Aku sampai bergidik ngeri mendengarnya, suara apakah itu? Aku tidak tahu pasti itu suara apa? Namun aku menebak, itu seperti suara orang yang sedang berhubungan. Apakah mamaku itu sedang menonton film??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAS SAKA TIDAK SETUJU MEMBELI RUMAH
Hingga tibalah hari dimana mas Saka gajian. Aku tidak menyangka jika mas Saka menerima Gaji sebesar ini dari mama. 15 juta? Apa mama tidak salah memberikan gaji untuk mas Saka? Ah tapi ya sudahlah. Lagian selama ini mas Saka sudah bekerja keras untuk perusahaan alm papa. Bahkan Mas Saka sering pulang malam terus.
Kini aku sudah mulai terbiasa dengan mas Saka dan mama yang sering sekali pulang malam. Karena aku tahu, itu semua demi pekerjaan. Dan malam ini aku sedang berada di teras depan bersama dengan mas Saka. Sedangkan mama bersama Kiara di ruang tamu, Mama sedang menemani Kiara belajar.
"Mas," ucapku dengan senyum.
"Hem." ucap mas Saka sambil bermain ponsel.
"Em, boleh gak, jika aku beli mobil?" ucapku dengan pelan.
Dan benar saja. Mas Saka terkejut dan langsung meletakkan ponselnya di atas meja.
"Beli mobil?" ucap mas Saka.
Aku mengangguk.
"Memangnya ada uangnya?" ucap mas Saka.
"Ada dong, uang tabungan kita? kan sudah cukup. Apa kita mau membeli rumah dulu? Ya meskipun kecil dan sederhana. Setidaknya sudah rumah sendiri!" ucapku.
Ya, pasalnya pernikahan kami hampir mau 9 tahun. Masa iya kami belum mempunyai apa-apa. Memang sih harta tidak di bawa mati. Tetapi ingin saja gitu merasakan rumah tangga mempunyai rumah sendiri.
"Tidak. Mas tidak setuju jika membeli rumah dulu." ucap mas Saka dengan cepat.
Aku sampai terkaget. "Memangnya kenapa mas? Rumah kan penting, apa lagi Kiara semakin besar. Masa iya kita belum punya rumah." ucapku lagi.
"Iya, aku tahu, tapi bagaimana dengan mama? Kita akan meninggalkan mama, begitu? Kasihan Rey." ucap mas Saka.
Aku terdiam. Benar juga apa yang mas Saka katakan. Tetapi kan tidak selama nya aku hidup bersama mama. Jika mama akan menikah lagi, aku.risih jika harus serumah dengan papa tiriku. Itu hanya seandainya saja.
"Ya mas. Membeli rumah kan tidak langsung di tempati, nanti jika mama sudah menikah lagi, baru kita pindah ke rumah kita sendiri." ucapku.
"Uhuk uhuk uhuk. Ehem..Uhuk. Uhuk."
Tiba-tiba saja mas Saka langsung terbatuk? Apa aku salah bicara ya! Emm. Memang benar kan?
"Mas, ini minum dulu." ucapku memberikan kopi yang berada di meja.
"Kamu ini bicara apa sih Rey? Menikah? Memangnya kamu sudah pernah tanya mama?" ucap mas Saka.
Aku menunduk. "Aku sih sudah pernah tanya mas. Tetapi mama jawab tidak akan menikah lagi, tapi aku tidak percaya. Sebab mama masih muda, cantik. Masa iya sih, mama mau sendiri terus sampai tua. Lagian jika nanti mama menikah lagi, aku risih mas. Jika harus tinggal dengan papa tiri." ucapku.
"Hah, pokoknya jangan beli rumah. Beli mobil saja dulu, terserah kamu mau mobil apa." ucap mas Saka yang ternyata tidak setuju jika harus membeli rumah dulu.
Suamiku itu langsung masuk ke dalam. Karena memang waktu sudah malam. Aku masuk mengikuti langkah mas Saka, dan berhenti kala melihat Kiara yang sendirian.
"Oma mana sayang? tanyaku.
"Oma masuk kamar ma. Katanya sih kepalanya pusing." ucap Kiara.
Pusing? Aku menatap ke arah dalam.
"Em, kamu sudah selesai belum? Jika sudah ayo cepat bereskan. Habis itu bobo ya." ucapku.
Kiara mengangguk. Aku langsung meninggalkan nya menuju kamar mama. Beliau pusing? Kenapa ya, padahal tadi saat pulang dari kantor baik-baik saja.
Tok tok tok.
"Ma. Ini Reyna. Boleh Reyna masuk?" ucapku sambil mengetuk pintu.
Jika aku langsung masuk, pasti saja mama akan marah.
"Masuk saja Rey." ucapnya.
Dengan perlahan aku membuka pintu kamar mama. Tercium aroma sangat wangi sekali.
"Kata Kiara mama pusing. Pusing kenapa ma?" ucapku mendekat dan duduk di tepi ranjang mama.
Wanita cantik di depanku itu bangkit dan bersender di kepala ranjang.
"Tidak tahu Rey, tiba-tiba saja kepala mama terasa nyut-nyutan." ucap mamaku.
"Mau Reyna pijat ma? Atau ke dokter aja yuk." ucapku sambil tangan ku memijat kakinya.
Mama menggeleng dengan lemah. "Mama hanya ingin beristirahat saja Rey, karena badan mama sakit, pinggang mama pegal sekali. " ucap mamaku itu.
"Mungkin saja mama mau datang bulan. Reyna saja kemarin seperti itu, Reyna ambilkan jamu kiranti ya." ucapku yang akan bangkit.
Namun aku melihat mama terdiam terpaku dengan mata melebar. Entah apa yang mama pikirkan.
"Ma? Mama kenapa! Kok seperti terkejut begitu?" ucapku yang bingung.
"Reyna ambilkan jamu kiranti ya." ucapku lagi.
Namun mama langsung menggeleng dengan mengerjap. "Tidak Rey, mama hanya ingin istirahat saja. Lebih baik kamu keluar ya. Mama benar-benar pusing, ingin tidur saja." ucap mamaku itu.
Tidak mau membuat mama tidak nyaman, akhirnya aku pun mengangguk. Toh yang penting aku sudah menawarkan mama ini dan itu.
"Kalau gitu Reyna keluar ya ma. Jika mama butuh apa-apa telfon Reyna saja. Biar Reyna antar." ucapku.
Mama hanya mengangguk dengan tatapan kosong. Entah lah aku tidak tahu. Padahal aku hanya mengatakan ingin datang bulan saja. Tetapi wajah mama seperti syok dan pias begitu.
Ceklek.
"Dari mana sih Rey, " ucap mas Saka yang sudah terbaring di atas ranjang.
"Itu mama. Katanya Kepala nya pusing. Mau aku ajak ke dokter tidak mau." ucapku sambil duduk di depan kaca rias.
"Apa! Mama mu sakit?" ucap mas Saka yang terkejut.
Aku langsung berbalik badan dan mengangguk.
"Iya. Kenapa sih? Kok syok gitu kamu??" ucapku sambil mengerutkan dahi.
"Ya tidak Rey, masalahnya kan dulu saat aku sakit, mama sangat telaten membuatkan aku ini dan itu, sekarang gantian dong, kamu melayani mama. Mungkin saja beliau kecapekan." ucap mas Saka.
"Ya pasti kecapean mas. Tetapi tidak usah di suruh. Pasti aku juga akan merawat mama dan melayani mama dengan baik kok. Lagian kerja kok pada ngebut. Pulang malam-malam terus. Jam 11, 12. Terkadang jam 1 kamu dan mama baru pulang. Bagaimana tidak akan kena angin malam." ucapku sambil memakai skincare malam.
"Ya kan kamu tahu sendiri Rey, orderan membludak. Tidak hanya para supermarket kecil saja yang menginginkan produk makanan perusahaan mama. Tapi dari kalangan pengusaha besar juga. Jadi ya aku dan mama sangat sibuk." ucap mas Saka.
"Iya aku tahu, tapi kan kesehatan itu juga penting mas. Jika kamu dan mama terus saja pulang malam, lama-lama bisa terkena TBC. Habis terkena embun malam terus." ucapku sambil terus memakai skincare.
"Omongan mu itu lho Rey, jelek sekali." celetuk mas Saka.
Aku langsung membalikkan badan.
msh mndg pelakornya org lain itupun msh atur waktu buat ketemu sesekali lha ini serumah bhkn istri sah mlh sdh d hlngkn perannya. gila memang moga2 kecelakaan gancet kek