NovelToon NovelToon
Harem Sang Putri

Harem Sang Putri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa / Cinta Istana/Kuno / Satu wanita banyak pria
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: miaomiao26

Seharusnya, dengan seorang Kakak Kaisar sebagai pendukung dan empat suami yang melayani, Chunhua menjadi pemenang dalam hidup. Namun, kenyataannya berbanding terbalik.

Tubuh barunya ini telah dirusak oleh racun sejak bertahun-tahun lalu dan telah ditakdirkan mati di bawah pedang salah satu suaminya, An Changyi.

Mati lagi?

Tidak, terima kasih!

Dia sudah pernah mati dua kali dan tidak ingin mati lagi!
Tapi, oh!

Kenapa An Changyi ini memiliki penampilan yang sama dengan orang yang membunuhnya di kehidupan lalu?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miaomiao26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Benang Halus Takdir

Langkah Chunhua terasa ringan ketika ia meninggalkan halaman Qingfeng. Percakapan singkat dengan Jing Zimo masih bergaung di kepalanya, seperti gema qin yang belum selesai dipetik.

Senyum licik pria itu, balasan ucapannya yang penuh perhitungan, membuat Chunhua semakin yakin, kesetiaan Jing Zimo tidak bisa diraih dengan kata-kata manis.

Ia menurunkan pandangan, ujung bibirnya terangkat tipis.

Untuk mengikat orang seperti Jing Zimo, yang dibutuhkan bukan janji, melainkan bukti. Dan bukti itu, dalam cerita, kelak diperoleh An Changyi.

Kalau An Changyi bisa mendapatkannya, mengapa dia tidak?

Wajah Chunhua yang cantik memantulkan cahaya mentari pagi yang menembus sela dedaunan. Ia berhenti sejenak, menoleh ke arah Su Yin yang setia mengikutinya. “Su Yin,” suaranya terdengar santai, seolah tak memikirkan hal besar. “Hari ini aku bosan. Aku ingin keluar berjalan-jalan.”

Su Yin menunduk hormat. “Baik, Putri. Hamba akan menyiapkan kereta," ujarnya kemudian beranjak pergi.

"Su Yin," panggilnya, "jangan gunakan kereta berlambang Istana Putri Agung." Chunhua masih ingat kejadian kemarin dan dia tidak ingin dituduh merampok pria.

Kemudian, tidak perlu waktu lama, kereta mewah lain tanpa lambang Istana Putri melaju di jalan utama ibukota Daliang.

Kereta itu tidak sebesar kereta kemarin, tetapi masih cukup luas. Di dalamnya hanya memiliki kompartemen tunggal yang bisa menampung lima orang dan satu meja kecil.

"Adakah tempat yang ingin dikunjungi, Yang Mulia?" tanya Su Yin sembari menuang secangkir teh.

Chunhua menerima cangkir itu dan menyesapnya. "Tidak ada yang spesifik."

"Bagaimana dengan Jinxiufang?"

"Jinxiufang?"

Dari balik tirai, Chunhua melihat hiruk-pikuk pasar, pedagang kain berteriak menawarkan barang, aroma daging panggang bercampur rempah menari di udara, anak-anak kecil berlarian membawa mainan kayu.

Bagi rakyat, itu rutinitas. Bagi seorang putri agung, pemandangan ini seperti dunia lain yang penuh warna.

Su Yin mengangguk. "Itu adalah toko kain terbesar di Ibu kota. Pakaian yang digunakan Yang Mulia saat ini dibuat mereka?"

Chunhua melihat gaun merah anggur berpadu bordir emas berbentuk peoni yang dia kenakan. Potongannya sederhana, tetapi elegan dan terasa ringan dikenakan.

"Kalau begitu ke sana saja."

Tidal lama kemudian, kereta berhenti di depan Jinxiufang, toko pakaian terkenal. Chunhua turun dengan bantuan Su Yin.

Begitu melangkah masuk, aroma kain baru bercampur dengan wangi bunga kering yang digantung di sudut ruangan. Cahaya matahari menyelinap melalui jendela kertas, menimpa gulungan kain yang berkilau seperti permata.

Suara pelayan yang sibuk melipat kain berpadu dengan tawa para Nyonya.

Seorang pelayan toko segera menghampiri. Dengan cepat dia memindai pelanggan baru itu dan segera bersikap lebih hormat

Pakaian merah yang dikenakan pelanggan itu dilapisi mantel dari bahan sutra kabut.

Di seluruh Ibu kota hanya dua tempat yang memilikinya. Yang pertama adalah Istana kekaisaran dan yang kedua adalah Jinxiufang mereka.

Intinya, dari manapun pelanggan ini mendapatkan pakaiannya, dia tidak dapat disinggung.

"Su Yin, pergi dan pilihlah sendiri, Putri ini sedikit lelah." ujarnya.

Mendengar itu, tubuh pelayan toko menegang. Dia melirik ragu, kemudian tertegun. "Sangat cantik," bisiknya.

"Lancang!" tegur Su Yin.

Pelayan toko itu segera berlutut. "Mohon ampuni, Yang Mulia. Hamba ... pelayan ...."

"Berdiri." Chunhua memberi perintah. "Su Yin, tidak perlu banyak keributan."

"Terima kasih, Yang Mulia." Pelayan toko itu segera berdiri. Dia menunduk dengan tubuh gemetar dan bahu melengkung, seperti burung puyuh basah.

"Aku akan menunggu disini, kamu pergilah dan pilih beberapa untukmu sendiri,"katanya kemudian duduk di kursi tamu tidak jauh dari pintu masuk.

"Itu ... Yang Mulia," Pelayan itu berkata ragu, "kami memiliki tunggu eksklusif. Jika tidak keberatan, Yang Mulia bisa menunggu di sana."

Chunhua menggeleng. "Di sini saja."

Di temani Mo Fei yang berdiri seperti tiang di belakangnya, Chunhua melihat Su Yin dipandu menuju rak-rak penuh sutra berkilau, brokat bermotif bunga dan awan, serta kain tipis sehalus kabut.

Beberapa Nyonya dan Nona muda keluarga pejabat sibuk memilih gaun ditemani pelayan mereka.

Akan tetapi, sebuah kerumunan kecil di sisi lain toko segera menarik perhatian Chunhua.

Di sana berdiri seorang gadis berwajah cantik berpakaian merah muda. Kurang lebih berusia lima belas tahun, alis tipis, mata almond yang jernih, kulit putih segar. Jemarinya tampak mengepal halus di balik lengan bajunya.

Rautnya terlihat kesal bercampur canggung.

"Siapa mereka?" tanya Chunhua.

"Menjawab Yang Mulia. Yang berpakaian merah muda adalah Putri sah Menteri Ritus, Li Kang, Li Qianqian. Yang berpakaian putih adalah putri kedua dari selir Menteri Li, Li Qiaoqiao dan pria di tengah adalah Putra Menteri perang, Chen Zhaoxun," jelas Mo Fei.

Protagonis wanita di dalam novel?

Li Qianqian, sepupunya dari pihak ibu.

"Beberapa hari lalu Nona Li Qianqian baru sadar setelah jatuh ke danau. Dikatakan, setelah itu perilakunya sedikit berbeda."

Tentu saja berbeda, jiwa seorang dokter dari dunia lain saat ini menempati tubuh Li Qianqian, memberinya pengetahuan yang tak dimiliki siapapun dan semangat wanita modern.

Chunhua mengangkat alis tipis ketika mendengar percakapan mereka.

“Kakak.” Suara Li Qiaoqiao dibuat memelas, “tolong jangan salahkan Kakak Zhaoxun. Dia hanya membantuku yang hampir jatuh. Bisa kan kakak tidak marah?”

Li Qianqian menatapnya, dingin.

Melihat itu, Qiaoqiao buru-buru mengangkat gaun sutra biru muda. “Lihat gaun ini, bukankah Kakak menyukainya? Aku akan memberikannya padamu.”

Akan tetapi, seorang pemuda gagah bersuara jernih segera menegur, “Qiaoqiao, bukankah kamu mengatakan sangat menyukai gaun itu?”

Li Qiaoqiao tersenyum kikuk. “Hanya sehelai gaun. Tidak masalah kehilangannya kalau bisa meredakan amarah Kakak.”

Bisik-bisik segera bertebaran.

“Nona Pertama Li lagi-lagi membuat masalah.”

“Kasihan Nona Kedua Li, punya Kakak seperti itu…”

Wajah Li Qianqian memerah. Bukan karena marah, melainkan karena tak pandai membela diri. Ia terpojok, menunduk.

Apakah orang-orang ini buta? Trik murahan seperti itu bahkan tidak bisa melihatnya.

Li Qiaoqiao jelas-jelas sengaja memeluk Chen Zhaoxun!

"Dan apa-apaan Chen Zhaoxun ini, bukankah dia tunangan tubuh asli?" batin Li Qianqian, kesal.

Chunhua yang duduk di kursi tamu tersenyum samar. Dia kira-kira tahu apa yang saat ini dipikirkan Li Qianqian.

Dengan gerakan lembut, Chunhua menegakkan duduknya. "Bukankah itu sepupuku?" tanya Chunhua, "dan gaun itu terlihat bagus." Dia menunjuk gaun di tangan Li Qiaoqiao.

Su Yin yang baru saja kembali mendengarnya, kemudian tanpa banyak kata, dia menghampiri kelompok kecil itu.

“Putri Agung Fangsu menginginkan gaun ini,” ucap Su Yin datar, tegas dan lugas.

Ruangan mendadak hening.

“Putri Agung Fangsu?”

“Apakah Putri yang itu…?”

Bisikan tertahan, tak ada yang berani bersuara lantang.

Bahkan saat gaun itu diambil oleh penjaga toko dari tangan Li Qiaoqiao.

Su Yin kemudian menoleh ke Li Qianqian. “Sang Putri berkata beliau sudah lama tak bertemu dengan Nyonya Chu dan sedikit merindukannya. Jika Nona Li tidak sibuk, Yang Mulia mengundangmu untuk berbicara.”

Li Qianqian terperangah. Ia menatap Chunhua yang duduk anggun, senyum samar di bibirnya membuatnya tanpa sadar menunduk dalam-dalam.

“Saya… mengerti.”

Dengan langkah pelan, ia mengikuti Su Yin menuju Chunhua.

Li Qiaoqiao pucat. Dia melihat wanita cantik berpakaian merah itu.

Ia mencoba ikut, namun Su Yin menghadang dengan tatapan dingin. Nona kedua itu terpaksa berhenti, bibirnya menggigit gusar. "Yang Mulia hanya mengundang Nona Pertama."

"Saya ...." Bibir Li Qiaoqiao gemetar. Kemarahan dan iri berkilat di matanya.

Chunhua meneguk teh yang baru disajikan, tenang bagaikan ratu di papan catur.

Sebagai protagonis, dimasa depan Li Qianqian akan aset An Changyi dalam novel. Baik kemampuan kedokteran, maupun keterbukaan pikirannya akan menguntungkan An Changyi.

Jadi, bagaimana jika aset ini dia kuasi terlebih dahulu?

Bisakah alur hidupnya bisa diubah?

Ketika Li Qianqian mendekat, Chunhua tersenyum tipis. “Qianqian, sudah lama kita tak bertemu. Kau masih sama seperti dulu.”

Li Qianqian menunduk. “Hormat kepada Putri Agung.”

Nada suaranya lembut, tak dibuat-buat. Dari sorot matanya, Chunhua bisa melihat kecerdasan asing yang tersembunyi—cahaya jiwa lain yang kini menempati tubuh ini.

Percakapan ringan dimulai, kabar keluarga, kesehatan sang bibi. Namun, Chunhua menimbang setiap kata, mencari celah untuk memahami gadis ini lebih jauh.

Ya… dia berbeda. Jika diberi kail yang tepat, Li Qianqian akan bisa ditarik ke sisiku.

Dalam hatinya, Chunhua mengingat dengan jelas. Kurang dari setahun mendatang, banjir besar di perfektur Yunhe, lalu wabah penyakit. Semua dokter gagal, hanya Li Qianqian yang punya resep tepat.

Dalam novel, tak ada yang percaya padanya kecuali An Changyi. Meski melewati beberapa tikungan dan belokan, dukungan itu membuat Li Qianqian bisa ikut konvoi bantuan bencana dan menyelamatkan ribuan jiwa. Karena itulah kaisar menghargainya.

"Kalau begitu, mari kita lihat, apa yang terjadi jika aku menggantikan posisi An Changyi," batinnya.

Apa yang tak disadari Chunhua, dari ruang dalam toko, seseorang memperhatikannya.

An Changyi.

Ia duduk santai, menyeruput arak bersama seorang sahabatnya. Tatapannya tajam menilai Chunhua yang anggun dan lembut, tetapi matanya penuh perhitungan.

Senyum samar terlukis di bibir An Changyi.

“Menarik…” gumamnya lirih.

Sahabatnya yang duduk di seberang meja mencondongkan tubuh. “Kamu sudah dengar gosip? Pagi ini seorang pria setengah mati dibawa keluar dari kamar Putri Agung. Belum punya suami sah saja sudah seperti itu… entah siapa pria sial yang nanti menikahinya.”

An Changyi tak menanggapi. Namun, matanya seperti elang yang melihat mangsa, semakin tajam menatap Chunhua.

Sahabatnya masih berceloteh tentang gosip pagi. Namun, An Changyi hanya menatap Chunhua.

Intuisinya mengatakan, dia tidak bisa menilai wanita itu dengan omong kosong pasar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!