NovelToon NovelToon
DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahasia)

DIBELI TAKDIR (Pemuja Rahasia)

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Cintapertama / One Night Stand / Beda Usia / Identitas Tersembunyi / Dark Romance
Popularitas:23.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Kevia tak pernah membayangkan hidupnya berubah jadi neraka setelah ayahnya menikah lagi demi biaya pengobatan ibunya yang sakit. Diperlakukan bak pembantu, diinjak bak debu oleh ibu dan saudara tiri, ia terjebak dalam pusaran gelap yang kian menyesakkan. Saat hampir dijual, seseorang muncul dan menyelamatkannya. Namun, Kevia bahkan tak sempat mengenal siapa penolong itu.

Ketika keputusasaan membuatnya rela menjual diri, malam kelam kembali menghadirkan sosok asing yang membeli sekaligus mengambil sesuatu yang tak pernah ia rela berikan. Wajah pria itu tak pernah ia lihat, hanya bayangan samar yang tertinggal dalam ingatan. Anehnya, sejak malam itu, ia selalu merasa ada sosok yang diam-diam melindungi, mengusir bahaya yang datang tanpa jejak.

Siapa pria misterius yang terus mengikuti langkahnya? Apakah ia pelindung dalam senyap… atau takdir baru yang akan membelenggu selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

17. Sulit Menghindar

Kevia menghela napas, mencoba bersikap lembut. “Aku takut orang-orang salah paham dengan hubungan kita.”

Takut karena orang-orang salah paham… atau karena hatinya sendiri sudah lebih dulu memilih?

Dan pilihan itu, bukan Kevin.

Melainkan seseorang yang baru kemarin menyalakan kembali hangat di dalam dirinya.

Seulas senyum samar muncul di bibir Kevin, tatapannya tak bergeser sedikit pun. “Biar saja.”

Lalu ia kembali melangkah, masih menggenggam tangan Kevia di antara tatapan mahasiswa yang sibuk berbisik.

“Itu pacar Kevia?”

“Pantes… cocok banget.”

“Aku iri lihatnya…”

Kevia menunduk, tak nyaman dengan perhatian itu. Ada perasaan asing yang mengusik hatinya, antara masa lalu yang tiba-tiba hadir dan kenyataan baru yang mulai ia jalani.

Bayangan masa lalu berkelebat di kepalanya.

Kevia teringat momen sederhana yang selalu ia simpan rapat-rapat. Kevin, dengan wajah datarnya, sering menariknya ke belakang kelas setelah bel pulang. Di sana, di sudut sekolah yang sepi, pemuda itu selalu menyodorkan sebotol air mineral dan sebungkus cemilan. Mereka duduk berdampingan, berbincang dalam bisikan.

Hampir tiga tahun lamanya tempat itu menjadi saksi rahasia mereka. Dari tawa kecil yang tak pernah diketahui siapa pun, hingga keluh kesah yang hanya berani mereka bagi satu sama lain.

Kevin yang dingin di depan teman-temannya, yang jarang bicara apalagi terbuka, menjelma sosok berbeda di hadapan Kevia. Perhatian-perhatian kecil itu, rasa ingin tahunya yang tulus, membuat gadis itu merasa selalu dijaga.

Namun, Kevia mencoba menghindarinya sejak pemuda itu menyatakan perasaannya.

Kevia menghela napas pelan, tersadar dari lamunan.

Kini, tatapan Kevin di hadapannya masih sama seperti dulu. Hangat, menyelusup masuk tanpa permisi, seakan menuntut kembali ruang yang pernah ia tempati di hati Kevia.

Dan justru itulah yang membuat gadis itu semakin gelisah.

Tak terasa, kelas tinggal beberapa langkah lagi.

“Vin, udah mau masuk kelas… jangan kayak gini,” ucap Kevia pelan, mencoba melepaskan genggaman Kevin.

Namun pemuda itu hanya melirik singkat, bibirnya tetap terkatup rapat. Tak ada niat sedikit pun untuk melepaskan. Pegangannya tetap hangat, tapi membuat Kevia semakin kaku. Gadis itu hanya bisa menghela napas berat sebelum akhirnya pasrah.

Begitu mereka melangkah masuk, riuh kelas sontak mereda beberapa detik.

Seolah magnet, tatapan mahasiswa lain langsung tertuju pada keduanya. Beberapa berbisik dengan wajah penasaran.

“Kevia sama siapa tuh?”

“Ganteng banget.”

“Pasti cowoknya.”

“Lihat deh, masuk aja gandengan begitu…”

“Tapi kok bisa ikut ke kelas kita"

"Anak baru, kali.”

Bisik-bisik itu menusuk telinga Kevia, membuat wajahnya merona. Ia menunduk cepat. Buru-buru duduk, pura-pura sibuk menyiapkan buku dan pulpen. Tangannya sedikit gemetar, jelas sekali kalau ia gugup.

Sementara Kevin seolah tak terusik. Dengan langkah tenang, ia menarik kursi kosong di samping Kevia.

Kreeek. Kursi berderit keras, terdengar jelas di tengah riuh rendah suara kelas.

Pemuda itu duduk begitu saja, santai, seakan semua tatapan hanyalah angin lalu.

Kevia bisa merasakan mata-mata yang menyorotinya dari berbagai arah, membuatnya semakin terhimpit.

"Kenapa dia jadi kayak gini, sih? Semua orang jadi salah paham…"

Ia mencuri pandang sekilas. Kevin duduk tegak, wajahnya datar, tapi sorot matanya hangat, seperti ingin mengatakan ia tak peduli dengan dunia luar selama ada Kevia di sampingnya.

Kevia buru-buru menunduk lebih dalam. Napasnya tercekat.

"Apa aku harus bilang padanya? Haruskah aku jujur… bahwa aku sudah punya orang yang kusukai?"

Jantungnya berdegup kencang, menolak tenang. Ia tak ingin melukai Kevin, tapi juga tak mau memberi harapan.

"Aku tak ingin dia terus mengejarku… karena aku tak mungkin bisa membalas perasaannya."

Suara kursi lain bergeser, tanda ada mahasiswa lain yang ikut menoleh. Namun bagi Kevia, dunia sudah menyempit hanya pada dirinya… dan Kevin yang duduk di sisinya.

Lima puluh menit kemudian, kelas telah usai. Suara kursi berderit dan langkah kaki mahasiswa beradu memenuhi ruangan, riuh rendah bercampur tawa dan obrolan. Satu per satu mereka keluar hingga ruang kuliah perlahan lengang.

Kevia baru saja selesai memasukkan buku ke dalam tas ketika seseorang menggenggam pergelangan tangannya lembut. Ia menoleh, mendapati Kevin berdiri di sampingnya, wajahnya serius. Tanpa kata menarik Kevia.

“Eh, ke mana?” tanya Kevia, berusaha menahan langkah sambil menatap tangannya yang masih dalam genggaman.

“Ngobrol.” Suara Kevin singkat, datar, tapi tegas. Ia kembali menarik Kevia ke luar kelas.

“Eh, tunggu. Aku mau ke toilet dulu,” potong Kevia cepat, mencoba melepaskan diri.

Kevin berhenti. Matanya menatap Kevia beberapa detik sebelum akhirnya ia melepaskan genggaman tangannya. “Aku tunggu di sini.”

Kevia mengangguk, buru-buru melangkah ke arah toilet. Suara hak sepatunya bergema di lorong yang mulai sepi.

Di toilet, Kevia berdiri di depan wastafel, menghela napas kasar. "Dulu Kevin selalu menjauh dariku di depan teman-teman kami. Tapi bersikap hangat saat kami hanya berdua. Sekarang... dia menggenggam tanganku di depan umum tanpa ragu. Apa maksudnya?"

Ia menatap wajahnya yang terpantul di cermin. Jemarinya gemetar saat meraih keran, air dingin ia cipratkan ke wajah, tapi rasa panas di dadanya tak juga reda.

Matanya perlahan terpejam. Ingatan itu datang tanpa diundang…

 

Di belakang sekolah.

Kevin menatapnya dalam-dalam, tatapannya tajam namun sarat ketulusan.

“Aku sudah suka sama kamu sejak pertama kali kita bertemu. Dua setengah tahun ini kita selalu bersama. Aku nggak pernah dekat sama gadis lain selain kamu.”

Suaranya mantap, seolah setiap kata dipahat dari dalam hatinya sendiri.

“Maukah kamu jadi pacarku, Via?”

Ia mencondongkan tubuh, nada suaranya melembut namun penuh tekad.

“Aku akan mengeluarkan kamu dan keluargamu dari rumah itu. Aku bakal kerja sambil kuliah, nggak akan pakai uang orang tuaku. Aku janji, Via… aku akan berjuang dengan tanganku sendiri. Asal kamu mau nunggu aku.”

Hening panjang. Kevia menunduk, hatinya dilanda badai. Hingga akhirnya ia menarik napas dalam, suaranya bergetar tapi jelas.

“Vin… sejak awal aku menganggapmu temanku. Sahabatku. Aku tak punya perasaan lebih sama kamu.”

Ia menatap lurus ke depan, penuh tekad. “Lagipula, sekarang aku nggak mau mikirin hubungan asmara. Aku hanya ingin fokus belajar.”

Kevin terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. Namun keteguhan dalam suaranya tak surut sedikit pun.

“Kalau begitu… aku akan menunggumu. Sampai kamu mau menerima perasaanku.”

 

Kelopak mata Kevia bergetar sebelum akhirnya terbuka kembali. Napasnya tersendat. Ia kembali menatap pantulan dirinya di cermin. Mata yang tampak lelah, hati yang penuh rahasia.

Bibirnya bergerak, menggumam lirih, nyaris berbisik.

“Sudah ada nama lain di hatiku…”

Suaranya tenggelam dalam deru kipas exhaust toilet, tapi gema kalimat itu menusuk telinganya sendiri.

Beberapa menit kemudian, Kevia keluar dari toilet. Ia menelusuri koridor kampus, langkahnya ringan. Namun baru beberapa meter meninggalkan pintu, sebuah suara samar terdengar dari belakang.

“Oh… anak pencuri ternyata kuliah di sini juga.”

Kevia langsung mengenali suara itu. Napasnya tercekat, tangannya mengepal di sisi tubuh. Tapi ia tetap melangkah, pura-pura tak mendengar.

Namun langkah kaki lain mendekat cepat.

Sreet! Tangannya ditarik kasar hingga tubuhnya terhuyung, hampir jatuh.

“Ak—h!” seru Kevia refleks. Ia menoleh, wajahnya tegang.

“Apa-apaan kau!”

Di hadapannya berdiri seorang gadis dengan tatapan remeh penuh kebencian.

Riri. Saudara tirinya. Anak bawaan ibu tirinya.

Riri menyeringai, matanya meneliti Kevia dari atas ke bawah. “Oh, sekarang sudah pakai pakaian branded, ya? Pasti hasil jual diri 'kan? Orang miskin sepertimu… yang bahkan tak mampu membiayai cuci darah ibumu… mana mungkin bisa punya uang buat beli baju mahal? Bahkan ayahmu berlutut di selangkangan ibuku agar ibumu bisa berobat.”

Suaranya dibuat keras, cukup untuk mengundang perhatian.

Beberapa mahasiswa yang lewat spontan menoleh. Ada yang melambatkan langkah, ada yang sengaja berhenti, bahkan sebagian lain sudah mulai berbisik-bisik sambil menatap penuh rasa ingin tahu.

“Tutup mulutmu!” geram Kevia. Matanya menyala tajam, seperti bilah belati siap menikam.

Namun Riri justru tersenyum sinis, puas melihat ekspresi Kevia. “Kenapa? Malu? Bukankah itu kenyataan? Ayahmu yang tak berguna itu rela jadi gigolo agar ibumu—”

PLAK!

...🌸❤️🌸...

To be continued

1
Siti Jumiati
jangan diam aja kevia kalau kamu benar2 cinta dan engak mau kehilangan pria misterius itu,
ayo semangat kejar cintamu sebelum ia diambil orang lain ntar nyesel Lo...
walaupun kamu belum tau wajahnya tapi kamu kan tau ketulusan cintanya itu benar2 nyata,
dia rela memberikan apapun yang ia miliki kalau kamu mau menikah dengannya,tunggu apalagi kevia...
selama kamu bersama ia terasa nyaman dan terlindungi itu sudah cukup.
semangat lanjut kak Nana sehat selalu 🤲
Cicih Sophiana
karena kamu sdh merasa nyaman dengan dia... maka kamu sekarang sdh mencintai nya Kevia tanpa sadar kamu takut kehilangan dia..
abimasta
begitulah disaat dekat di tolak setelah pergi baru mikir,semangat kevia..yoga pasti datang lagi
Cicih Sophiana
SINTING tunjukan wajah ganteng mu yg paripurna nya dong... biar Kevia meleleh seperti coklat kena panas
Hanipah Fitri
Kevia ternyata cinta nya sama sinting bukan yoga, walaupun dgn org yg sama
love_me🧡
kalau kamu dipecat lamar aja di bos Yoga kalian itu sebenarnya orang baik cuma salah tempat kerja aja
Endang Sulistiyowati
pahamilah perasaan dan mantabkan hatimu dulu Via. setelah yakin kejarlah. kamu memang masih muda, tp ga ada salahnya kalo kamu kejar impian kamu setelah menikah. Toh kamu nikahnya sama orang kaya, ga perlu masak,cuci baju, beresin rmh, wkwkwkkk 😂
anonim
Belum ada dua puluh empat jam setelah ketemu Sinting hari ini kamu gelisah sendiri Kevia.
Takut kehilangan - salah kamu sendiri selalu bicara tidak mengenakkan Sinting. Sinting cinta sama kamu - sepertinya kamupun sudah ada rasa terhadap Sinting. Kamu masih bocah jadi belum bisa berfikir jernih - marah-marah mulu bawaanmu.
Siti Jumiati
kalian itu sebenarnya sama2 cinta dan juga sama2 bucin...
knapa kamu gk rela kehilangan pria misterius karena dia sebenarnya yoga orang yang selama ini kamu sukai
kalau cinta yang bilang aja cinta jangan kamu bohongi dirimu sendiri.
anonim
Posesif banget nih Sinting - Kevia tak boleh bersama pria lain.
Menyuruh Kevia keluar dari Kafe dengan mengirimi foto intim Kevia bersamanya - bikin emosi saja nih orang 😁.

Akhirnya Kevia masuk ke mobil Sinting - terjadi pembicaraan yang bikin Kevia marah. Benar nih Kevia tidak mau menikah sama Sinting - ntar kecewa lho kalau sudah melihat wajahnya.
Kevia menolak menikah - disuruh keluar dari mobil.
Apa benar Sinting mulai hari ini tidak akan menghubungi atau menemui Kevia lagi. Bagaiman Kevia ??? Menyesal tidak ? Hatimu sakit ya...sepertinya kamu sudah ada rasa sama Sinting - nyatanya kamu tidak rela kehilangan dia kan ??
Dek Sri
semoga Rima tidak menemukan kevia
Anitha Ramto
Yoga anak buah si Rima ajak kerja sama saja sama kamu...untuk menjebak si Rima
Anitha Ramto
sekarang kamu baru tahu rasanya kehilangan kan Via...,kamu jangan egois jadi orang,di ajak hidup bersamanya kamu selalu meolak,,,

biarkan Yoga menjauhi Kevia dulu biar Kevia sadar bahwa Pria misterius itulah yang selalu melindunginya dan menginginkannya dengan sepenuh hati,,dengan tulus
Hanima
ya rugi lah kalau di lepas Viaaa 🤭
Felycia R. Fernandez
naaah kan,makanya tahan emosi,kontrol omongan...
klo sekarang jadi serba salah kan...
sabar aja dulu,Selami hati mu.ntar juga ayank mu balik lagi kok Via...
setelah itu jangan sering marah marah lagi ya,hati dan tubuh mu butuh dia.
Felycia R. Fernandez
ingat dulu mau makan aja mereka sulit...
sekarang udah bisa pesan...
hidup seperti roda,dulu dibawah, sekarang diatas...🥰🥰🥰🥰
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
Felycia R. Fernandez
😆😆😆😆😆😆
abimasta
hatimu sudah terpaut dalam di hati yoga jadi sakit jika ditinggalkan
Puji Hastuti
Kevia kenapa kamu membohongi diri sendiri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!