NovelToon NovelToon
Pura-pura, Menjadi Istri Tuan Muda Calvino

Pura-pura, Menjadi Istri Tuan Muda Calvino

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Pengganti / Nikah Kontrak / Obsesi / Beda Usia / Identitas Tersembunyi / Tukar Pasangan
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Teriablackwhite

Caroline Damanik Dzansyana, hanya gadis malang berprofesi sebagai koki dessert di sebuah restoran Itali, dia diberatkan hidup karena harus membiayai rumah sakit ibu angkatnya yang koma selama satu tahun terakhir ini karena sebuah kecelakaan tragis.

Lalu, di suatu hari, dia dipertemukan dengan seorang wanita berwajah sama persis dengannya. Dia pikir, pertemuan itu hanyalah kebetulan belaka, tetapi wanita bernama Yuzdeline itu tidak berpikir demikian.

Yuzdeline menawarkan perjanjian gila untuk menggantikan posisinya sebagai istri dari pewaris Harmoine Diamond Group dengan bayaran fantastis—300 Milyar. Namun, Caroline menolak.

Suatu malam, takdir malah mempertemukan Caroline dengan Calvino—suami dari Yuzdeline dan menimbulkan kesalahpahaman, Calvino mengira jika Caroline adalah istrinya, sehingga dia menyeretnya masuk ke hidupnya.

Sejak saat itu, Caroline tidak pernah bisa kembali ke hidupnya. Bagaimanakah kisah selanjutnya? Apa yang akan Caroline lakukan untuk kembali ke hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teriablackwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27—PPMITMC

Dia adalah ..., wanita cantik, berparas lembut, di lehernya selalu terlilit syal merah atau merah muda, senyumnya manis dan matanya ceria, seperti ....

Caroline menurunkan pandangan, menatap mata Dennis. "Sama persis seperti Dennis," celetuknya agak bergumam.

Tidak ada yang mendengarnya, Harmoine sendiri telah melaju ke podium, menempati mimbar yang berdiri tegak di atas panggung tepat di sisinya.

Semua tamu segera berkumpul ke tengah, mencari posisi paling dekat dengan panggung, seketika Caroline melipir ke lokasi paling sudut.

"Dennis, sesak napas, gak, Sayang?" tanya Caroline khawatir anak sekecil itu terhimpit ratusan manusia yang ada di sana.

Dennis terdiam, kaku, wajahnya pucat, tangan dingin bagai es, pun dia bergetar. "Bun-da ..., Bunda ..., Dennis takut," rengeknya dengan suara parau.

Kerlingan mata penuh keceriaan itu mendadak beralih, seolah ada mega menggelap yang berkumpul di sana, dengan panik Caroline memangku Dennis keluar dari lantai pesta.

Dennis ditangkapkan di bahu dan dia mengelus lembut punggung anak itu. Caroline turut merasakan gemetar tubuh Dennis semakin mencuat.

"Dennis, Sayang ..., kamu trauma keramaian?" tanya Caroline berusaha mencari tahu penyebab kondisi Dennis yang semakin tak terkendali.

"Bunda ..., jangan tinggalkan Dennis, Bunda ..., Dennis takut ...." Anak itu terus merengek di pangkuan Caroline.

Sepanjang perjalanan gadis itu menuju ke manor besar, meninggalkan ballroom di belakang Manor, Dennis merekatkan pelukan di leher Caroline.

Tubuh Dennis bukan hanya gemetaran, anak itu suhu tubuhnya perlahan memanas. Kepanikan semakin merajalela menguasai diri Caroline.

"Tenang, ya, Sayang ..., ada Bunda di sini, jangan takut, ada Bunda, oke." Caroline membawa masuk Dennis ke manor utama.

Punggung kecil gadis itu terjamah Calvino yang terus diikuti wanita bernama Kiara seraya Butler yang berperan sebagai penanggungjawab konsumsi dalam acara tersebut.

Mata Calvino menyipit. Hatinya mendadak berdebar. Bukan senang, tapi itu adalah kekhawatiran yang menggila. "Yuzdeline ..., kenapa kelihatan panik? Apa terjadi sesuatu?" duga Calvino semakin penasaran.

Tak menunggu lama lagi, Calvino segera menyusul—tak lagi memedulikan wanita yang sejatinya dia adalah Caddie dari golf course ternama di kota ini.

Dan Harmoine adalah client khususnya di tempat itu, sebagai langganan dari eksklusif private golf club, dengan cara seperti inilah dia diundang dan bertemu langsung dengan kalangan Harmoine.

"Cepat susul, dan dekati terus, jangan biarkan Calvino terus fokus pada istrinya, ini kesempatan besar, kalau bisa ..., bawa dia ke—" Dia bicara dengan nada tegas dan isyarat matanya menunjukkan bahwa dia memerintah wanita itu untuk melucuti dirinya sendiri.

Mengerahkan segalanya pada Calvino. Mungkin dia pikir, hanya dengan cara itu, Tuan muda pewaris itu bisa dikendalikan karena hal tersebut.

"Bagaimana bisa aku sembarangan masuk ke Manor Harmoine, kamu pikir para pelayan di manor ini akan membiarkan orang asing masuk?" protes Kiara menatap tajam pada Mario.

Nyaris saja lupa. Manor itu memang tidak bisa sembarangan dimasuki orang lain, terlebih bukan bagian inti dari keluarga atau menantu Harmoine.

Mario mengangguk, melipat tangan dan nampan di sisinya. "Ikut denganku, kita beralasan mengambil anggur, dan kamu diperintah Tuan besar Harmoine."

Di samping itu, Harmoine telah membuka acara dengan penuturan singkat dan tak begitu banyak bicara, lelaki tua itu perlahan menunjukkan banyak pasien kanker yang masih berusia dini.

Wajah pucat. Tubuh kurus. Tatapan sendu dan beberapa banyak lainnya terbaring dengan selang terhubung di tubuh serta oksigen besar terpasang sempurna.

"Saya dan mendiang menantu saya sering menjadi relawan di rumah sakit rakyat. Kami banyak menemukan kasus anak-anak tak berdaya dengan orangtua yang tidak bisa memenuhi biaya pengobatan anak mereka," ungkap Harmoine bersuara parau.

Sekilas bayangan Karmelita menggenangi ingatan Harmoine. "Tahun ini ..., saya ingin melakukan penggalangan dana untuk membantu mereka melawan penyakit sampai sembuh."

"Saya membuat pesta ini bertujuan untuk mengajak Anda sekalian mengulurkan tangan untuk berpartisipasi dalam rencana besar kami, jika kalian berkenan, silakan datang pada kami dan kita berjalan bersama."

Seketika riuh tepuk tangan memeriahkan acara pesta, tawa kagum, senyum ceria dan binar mata semua tamu berdecak bangga dengan keluarga Harmoine.

Marisa dan Bambam bergerak ke panggung, menggantikan Harmoine yang perlahan mundur, dia tak bisa berdiri terlalu lama di sana.

"Calvino di mana? Kenapa dia gak ada di sini?" tanya Harmoine mencari keberadaan sang cucu tercinta.

Namun ....

Itu bukan pertanyaan untuk siapapun, lelaki tua itu hanya bicara sambil berjalan pelan di antara ratusan tamu undangan, mereka melipir masing-masing untuk memberikan Harmoine jalan.

Di sisi lain, seorang pelayan wanita datang menghampiri. "Malam Tuan besar Harmoine, Anda ingin kembali ke kamar?" tanyanya dengan penuh hati-hati.

Harmoine tak peduli dengan pertanyaan itu, matanya terlalu sibuk mencari dan terus mencari sang cucu serta istri dan cicit yang sejak awal sudah ada di lantai pesta.

Alis mengkerut dan pandangan kian menyipit. "Calvino di mana? Terus ..., istri dan anaknya juga pergi ke mana?" tanya Harmoine.

Pelayan yang tetap menunduk itu menjawab, "Nyonya Yuzdeline lebih awal kembali ke Manor, Dennis sakit," jawabnya belum tuntas.

Ingin melanjutkan penjelasan pun, Harmoine terburu panik. "Dennis sakit? Kenapa? Apa yang dirasakan cucuku?" cecar Harmoine tak memberi celah untuk pelayan itu kembali bersuara.

"Sepertinya ..., Den Dennis gejala trauma, Tuan besar masih ingat 'kan? Keluarga mendiang Nyonya Karmelita sempat datang dan membawa Dennis ke rumah mereka, dan pulangnya Den Dennis bersikap ketakutan," jelas pelayan itu mengingatkan kejadian yang telah berlalu.

Harmoine merungus, dia mengepalkan satu tangan yang menggantung di sisi kiri, sedang tangan lain menguat di kepala serigala emas tongkat penyanggahnya.

Lelaki tua itu terlihat sangat marah, sampai tatapannya memerah, berembun. "Sampai detik ini, saya gak tahu apa yang terjadi di sana," kesalnya bernapas, kasar.

Embusan napas yang keluar seolah digandrungi gumpalan api yang siap melahap apapun di depannya.

"Dennis takut keramaian, dia gak suka dihimpit, takut saat di ruangan sunyi dan sempit, juga dia ketakutan kalau mendengar suara bentakan," sambung Harmoine.

Sejenak dia mendengkus. "Ditambah ..., Yuzdeline sangat cuek dan cenderung gak peduli dengan apapun yang terjadi pada Dennis, dia hanya fokus dengan Calvino."

"Tapi, saya rasa, Nyonya Yuzdeline berbeda jauh dengan sebelumnya. Beliau berlari dengan wajah panik menggendong Dennis, menjauh dari keramaian."

Harmoine memang terkejut. Namun, dia telah mengobrol banyak sebelum acara dimulai, dan dia mengakui jika istri dari cucunya kali ini memang memiliki sisi yang hangat.

Di sisi lain, Caroline telah berhasil menenangkan Dennis bersama dengan Sari—baby sitter dari putra kecil itu. Kini Dennis duduk di pangkuan Sari sambil mengoceh. "Bunda ..., Bunda mau buatkan Dennis pancake? Pake ice cream, ya, Bunda?"

Sedang Caroline telah memanggang beberapa pancake di tiga teflon berbeda, dia melakukan hal itu untuk mempersingkat waktu. "Iya, Sayang ..., tunggu sebentar lagi, ya," jawab Caroline tersenyum manis.

"Hore ...," katanya menggeliat turun dari pangkuan Sari.

"Eh, Den Dennis ...," panggil Sari seraya memantau anak asuhnya dari jauh.

"Gak apa-apa, selama masih di dalam rumah, biarkan Dennis bermain," tegur Caroline.

"Baik, Nyonya." Sari kembali dan ikut membantu Caroline memanggang adonan pancake yang dibuat langsung oleh tangan gadis cantik itu.

Sementara Caroline beralih ke kulkas. "Oh iya, Sari, Dennis ada alergi, gak, sih?" tanya gadis itu, tak ingin kalau apa yang dia buat bisa menjadi sumber penyakit.

"Buah mangga, Nyonya, selain itu gak ada. Dennis suka banget sama pancake, karena suka sama aroma mentega dan susu," jawab Sari seraya memanggang adonan pancake selanjutnya.

Anggukkan paham ditunjukkan Caroline. "Oh gitu ..., baguslah, artinya semua makanan ini aman untuk Dennis."

"Ngomong-ngomong ..., kenapa Dennis bisa seperti tadi, pasti ada penyebabnya 'kan?" sambung Caroline seraya menyiapkan beberapa buah pelengkap.

"I-itu ...."

Drrrtt ....

Sari segera menghentikan ucapan karena ponsel Caroline tiba-tiba saja bergetar. Gadis bertubuh kecil itu segera melipir ke sudut ruangan di dapur. "Ya, halo? Ada apa Han?"

"Oh Tuhan ..., Oline ..., kenapa kamu susah banget dihubungi dari tadi."

"Ada masalah apa? Aku sepertinya akan tinggal beberapa saat di sini sampai ...."

Hanna Luzmanita segera menyela, deru napasnya terpatah-patah, panik. "Ya, memang. Kamu harus tinggal di sana, tapi ..., sekarang cepat keluar sebentar dan datang ke Coffee shop, Nyonya itu ada di sini."

"Hah ...?!"

(Apa yang akan dilakukan Caroline untuk keluar dari manor besar Harmoine? Saat Calvino terus memantau? Saksikan kelanjutannya di bab berikutnya. )

To be continued ....

1
Davika15
Ikatan apa nih
Davika15
Meski ucapannya bener, tapi Yuzdeline terlalu kasar
Queen Alma
kira2 ngambil apa ya Dennis
Queen Alma
weh, untung banyaaakk 😭😭🤧🤧🤧
Teriablackwhite: Lumayannn, daripada gratisan katanya
total 1 replies
Queen Alma
mukegileeee 😅😅😅😅
Queen Alma
timpuk aja sih, nyebelin bgt Calvino 😅😅🤭🤭
Queen Alma
kasian Caroline 🤭🤭🤭
Moga aja Calvino gk kebablasan
Teriablackwhite: Gak kok, amann
total 1 replies
Queen Alma
Jangan Cal, dia bukan istrimu, jgn main sosor karena cemburu ya 🤏🤭
Teriablackwhite: Perasaan cemburu muncul pas Caroline, sebelumnya dia mana peduli 😂
total 1 replies
Queen Alma
ketika istrinya pulang Calvino udah jatuh cinta sama Caroline heheeee
Queen Alma
entahlah, apa yg diinginkan Marisa sebenernya, bkin pusing aja 🤭😅
Queen Alma
disaat Calvino mulai sedikit kasihan eh yg di rumah lain Yuzdeline 😅😅😅

nasib mu yuz, anyep bgt
Queen Alma
apa Calvino bakalan dapat jawabannya dari Marisa?
Queen Alma
kebalik, padahal Marisa sendiri yg kaya bgtu
Queen Alma
nah kan skrg semua org salah sangka, semoga Marisa bisa merestui mereka nntinya saat tau kebenarannya
Teriablackwhite: Semoga, ya /Sob/ soalnya Marisa lumayan serakah
total 1 replies
Queen Alma
ini, bapaknya aja nyaman, apalagi anaknya nnti, makin lengket dh mereka sama Caroline
Teriablackwhite: Anaknya jadi saingan bapaknya 😄
total 1 replies
Queen Alma
Calvino jgn encum dia bukan istrimu weh 😭😅
Teriablackwhite: si Calvino emang agak Laen 🤭 sebelumnya gak pernah mau lirik, yang ini diterobos
total 1 replies
Queen Alma
gagal deh rencana kaburnya 😅😅
Teriablackwhite: Jangan dibayangin, takut jungkir balik 😂
total 3 replies
Queen Alma
enggak mau, aku udah betah di sini 😅😅🤭🤭🤭
Queen Alma
Nahkan, ci uman pertamanya dicuri Calvino 🙈🙈🙈🙈
Teriablackwhite: aw /Facepalm/
total 1 replies
Queen Alma
waahhh, nnti anaknya lngsung lengket nih sama Caroline karena ketulusannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!