NovelToon NovelToon
Duda-ku

Duda-ku

Status: tamat
Genre:Duda / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:468.1k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

"hana maaf, rupanya riko hatinya belum tetap, jadi kami disini akan membatalkan pertunangan kamu.. dan kami akan memilih Sinta adik kamu sebagai pengganti kamu" ucap heri dengan nada yang berat

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34 hana tolong aku

“Ayo kembali ke pelaminan.”

Sinta menarik tangan Riko yang masih terpaku di depan pintu ballroom. Wajahnya terlihat gusar, seolah ragu melangkah masuk.

“Aku nggak bisa, Sinta,” Riko menepis perlahan. “Aku belum ketemu Hana. Dia harus bertanggung jawab dengan kekurangan biaya pernikahan ini. Lihat sendiri, sekarang pasti dia punya banyak uang. Dia pasti mau bantu aku.”

Nada suara Riko penuh harap, meski di balik matanya ada rasa panik.

Sinta menghentikan langkah, menatap suaminya dengan tatapan tajam. Ia menahan emosi, tapi nadanya tidak bisa lagi disembunyikan.

“Kenapa kamu begitu yakin kalau Hana bakal selalu bantu kamu? Kenapa kamu nggak pernah belajar untuk berdiri sendiri?”

Riko terdiam sesaat. Nafasnya berat. “Karena biasanya… Hana selalu ada. Dia selalu ngasih solusi waktu aku kesulitan. Dia nggak pernah tega lihat aku jatuh.”

“Bang!” bentak Sinta, suaranya bergetar menahan amarah. “Mulai sekarang jangan lagi ketergantungan sama Hana. Ingat, aku sekarang istri kamu. Bukan dia!”

Riko mendengus, namun ia juga sadar perkataan Sinta ada benarnya. Tapi rasa paniknya masih lebih besar. “Kalau begitu, terus gimana sama konsumsi tamu yang kurang? Kamu sudah atur?”

“Tenang saja, ibu sudah mengatasinya,” jawab Sinta mantap, meski dalam hatinya ia sendiri masih waswas.

Riko mengamati wajah istrinya, mencoba memastikan kebenaran dari ucapannya. “Bagaimana ibumu mengatasinya? Dari mana uangnya?”

“Pokoknya kamu masuk dulu aja,” elak Sinta. “Banyak yang mau salaman sama kita. Nggak enak kalau pengantin malah hilang di saat pesta.”

Dengan berat hati, Riko mengikuti. Mereka melangkah ke dalam ballroom yang kembali ramai. Tadi sempat ricuh, beberapa tamu protes karena makanan kurang, tapi kini meja prasmanan kembali penuh. Tamu-tamu dari kampung Sinta tampak lahap menyendok makanan, tertawa dan bercengkerama. Anak-anak berlarian sambil membawa balon, wajah mereka belepotan kue.

Riko menghela napas lega. Setidaknya untuk sementara, badai reda.

“Hebat kan ibu?” ucap Sinta bangga, seolah menantang keraguan Riko.

“Ya… aku nggak nyangka ibu kamu punya uang banyak,” balas Riko, sedikit lebih tenang.

Mereka berjalan menuju pelaminan, menyalami satu per satu tamu. Musik organ tunggal kembali mengalun, meski agak sumbang. Lampu-lampu kristal di ballroom memantulkan cahaya keemasan, menutupi sisa kepanikan yang tadi terjadi.

Heri, ayah Riko, tiba bersama keluarga besar. Wajahnya masam. “Riko, bapak nggak bisa lama-lama. Perut bapak sakit makan makanan hotel begini. Ikan asin, sayur asem, jengkol… nggak ada semua. Selera bapak ilang.”

“Bertahanlah sebentar, pak. Aku takut kalau ada tambahan biaya,” bisik Riko cemas.

“Tenang saja. Mertua kamu kan bisa mengatasinya,” jawab Heri enteng, seolah masalah segunung bisa dipindahkan ke pundak Mirna.

Akhirnya Heri, Mili, Rika, dan keluarga besarnya pamit pulang. Para tamu lain juga mulai undur diri. Anak-anak yang tadi berlarian kini tertidur di pangkuan ibu-ibu mereka. Jam dinding di ballroom menunjukkan pukul empat sore. Waktu sewa resmi berakhir.

Dekorasi bunga yang tadi tampak megah kini layu, beberapa bahkan tercerabut dan tergeletak di lantai. Potongan pita berserakan. Kain putih penutup meja ternoda kuah dan saus. Beberapa lampu kecil hotel sudah menghilang entah ke mana. Mikrofon yang tadi dipakai untuk akad nikah pun raib.

Riko mengusap wajahnya. “Akhirnya selesai juga….” Ia merasa lega. Kekhawatirannya tentang konsumsi tadi lenyap. Setidaknya begitu yang ia kira.

Namun ketenangan itu tak berlangsung lama.

Seorang wanita berseragam hitam—rok selutut, kemeja putih dengan jas blazer—datang mendekat. Wajahnya dingin, membawa map tebal. “Pak Riko?” tanyanya sopan.

Riko mengangguk hati-hati. “Ya, saya.”

“Mohon waktunya sebentar. Ada administrasi tambahan.”

“Administrasi?” kening Riko berkerut.

Wanita itu membuka map dan menyerahkan selembar kertas. “Tadi kami menambah empat ratus porsi secara mendadak. Satu porsi Rp125.000. Selain itu, ada beberapa barang hotel yang hilang. Ini daftar kerugian yang harus Bapak ganti.”

Mulut Riko ternganga. Matanya menelusuri angka-angka di kertas itu. Tambahan konsumsi, kelebihan jam sewa, dekorasi rusak, barang hilang. Total hampir sembilan puluh delapan juta rupiah.

“Ap… apa?!” suaranya tercekat. “Bu, bukankah tadi mertua saya yang mengurus konsumsi? Kenapa tagihannya ke saya?”

Wanita itu tetap tenang. “Benar, ibu mertua Bapak yang meminta penambahan konsumsi. Tapi semua dilakukan atas nama penyewa ballroom. Dan penyewanya adalah Bapak.”

Riko pucat. “Tapi saya nggak pernah tanda tangan…”

“Menurut catatan kami, ibu Mirna sudah menyetujui, dan otomatis dianggap persetujuan keluarga inti. Kami hanya menjalankan aturan.”

Riko menoleh ke Sinta, wajahnya panik. Sinta terdiam, ikut terkejut. Tadi ibunya hanya bilang masalah sudah selesai, tanpa menyebut soal hutang sebesar itu.

“A… apa bisa dicicil?” suara Riko nyaris berbisik.

Wanita itu menutup mapnya dengan mantap. “Mohon maaf, pembayaran harus dilunasi maksimal tiga hari. Kalau tidak, kami terpaksa menempuh jalur hukum. Ini sudah kebijakan hotel.”

Riko hampir kehilangan keseimbangan. Lututnya gemetar. 98 juta… Angka itu berputar-putar di kepalanya. Ia tidak punya tabungan sebanyak itu. Bahkan untuk biaya pernikahan saja, ia masih berharap bantuan Hana.

“Sinta… mana ibumu?” tanya Riko dengan nada kesal.

“Itu ibu sedang foto-foto.” Sinta menunjuk ke arah Mirna yang sibuk berpose, lalu kembali menunduk menatap ponselnya. Sosmednya dipenuhi pujian: pesta mewah, dekorasi indah, pengantin cantik. Ia tersenyum puas, seolah tak ada masalah besar baru saja menimpa.

Riko melangkah dengan kaki gemetar, dadanya sesak. Ia mendekati Mirna yang tertawa kecil sambil swafoto dengan beberapa kerabat.

“Ibu… kenapa ibu menambah porsi makanan sebanyak itu?” suara Riko bergetar menahan marah.

Mirna menoleh santai. “Apanya yang banyak? Lihat, semua tamu kenyang. Nggak ada makanan tersisa. Artinya pas, kan?”

Riko mengepalkan tangan. “Ibu… hotel menagihnya ke aku! Aku hanya diberi waktu tiga hari untuk melunasi. Jumlahnya hampir seratus juta!”

Mirna mendengus. “Astaga, Riko. Ibu mana ada uang. Masalah begitu ya urusan kamu lah, kepala keluarga.” Dengan enteng ia melangkah pergi, meninggalkan Riko yang terpaku.

Lutut Riko lemas. Matanya panas menahan air mata. Ia teringat sertifikat tanah yang sudah digadaikan, hutang empat ratus juta membelit, kini ditambah tagihan sembilan puluh delapan juta. Total setengah miliar dalam hitungan sebulan.

“Mimpi apa aku sampai punya hutang sebesar ini? Aku bahkan nggak tahu harus mulai dari mana untuk mencicilnya…” gumamnya getir.

Dengan tangan gemetar, ia meraih ponsel di saku jas. Hanya satu nama memenuhi benaknya: Hana. Selama lima tahun berpacaran, Hana selalu menemukan jalan keluar. Hana yang menutup kekurangan, Hana yang menolong saat ia terpuruk.

Bibir Riko bergetar, nyaris berbisik. “Hana… tolong aku….”

...

Sementara itu, Hana mewakili Viona yang sedang sakit untuk bertemu klien. Felix sempat mengizinkan, tapi dengan syarat malam nanti Hana sudah ada di rumah. Anak lima tahun itu begitu protektif padanya.

Selesai urusan, Hana keluar dari ruang VIP sambil menatap ponselnya. Langkahnya tergesa, pikirannya tidak fokus.

“Bruk!”

Ia menabrak seorang pria paruh baya yang masih terlihat tampan dan berwibawa. Hana terkejut, buru-buru mendongak. Pandangan mereka bertemu.

Lelaki itu menatapnya lekat-lekat. Bibirnya bergetar.

“Maharani… kenapa kamu ada di sini?”

1
sisri nurdayanti
sebaik km bersifat tegas hana, buk ky org bodoh kok thor cerita nggk asik lo jd kyk gini
Martha Parhusip
jujut sampai eps ini aku udh muak bgt sama sinta dan mutusin ga lanjutin baca. karakter hana dan ayah terlalu lemah dan mudah ditindas, permasalahan yg berulang dan tidak ada habisnya selalu menindas hana. hana ga ada tegass tegas nya. jadi udh ga mau baca lagi. semangat thor buat karya berikutnya
Ananda Muthaharoh
wah ada udang dibalik kemunafikan ini si vina, roman2nya dia secara langsung mau menghncurkan hubungan yg baru terjalin, dengan dalil penyakit siReni berbahaya, mngkin aja Reni ini cm sakit perut biasa aja, tapi siVina pelakor ini secara langsung ngebohongi si Reni dengan penyakit mematikan, semoga ini ga akan lama kelakuan sivina kebongkar, ayo reni cerita sam temen kamu hana atau suami kamu biar mereka ngasih solusi terbaik versi temen km hana juga versi suami km andri, semoga km cepet sadar dri tingkah si vina ini.
Ananda Muthaharoh
dokter abal2 ini kayanya cuma bisa nakutin pasen ga ada kata serius atau kata menenangkan atau apa kek malah nakutin pasen gitu aja, jangan2 dokternya suka sama suaminya cinta ditolak dendam sama istrinya 🤣🤣🤣🤣🤣🤭🤭🤭🤭
Ananda Muthaharoh
apa hana kakak beradik sama andri iya, gara2 pelakor hana dibawa bapaknya trus tinggal sama siruba tua mirna itu.
Ananda Muthaharoh
apa hana bukan anaknya, masa hana diperlakukan ga adil sama keluarganya, pergi aja hana yg jauh agar semua keluarga km ngerasa gimana susahnya cari uang juga beberes rumah. biar sinta ruba itu ngerasain apa yg km rasain dicampakan jga dipermalukan
𝙸𝚗𝚍𝚊𝚑 𝙵𝚊𝚝𝚒𝚖𝚊𝚑
kyanya Hana adik andri
Amariksa
sinta mirna dan terakhir handoko pemain drama ikan terbang wkwk
Amariksa
handoko dungu
ay Susie
kenapa tokoh dlm cerita ini oon semua . 🙏 ktnya klrg kaya tp kok gak gercep lelet semua
ay Susie
heran , muka dah tau mirip . tp kenapa masih pd diam . betul" menguras emosi
ay Susie
bikin hati sakit aja , nguras emosi . knp juga si hana gak ada greget udah dr kecil kena siksa
Ranny
ya Dia peduli kepadamu lah kan Dia memang anak kandungmu tidak seperti si Sinta anak wanita jalang
Ranny
seharusnya Andri dan mama Maharani harusnya melakukan tes DNA itu yang lebih klop dan akurat
Ranny
dan juga kakakmu tapi lain ayah Hana
Ranny
ya lakukanlah tes DNA supaya lebih konkret mana yang benar anaknya mamamu Sinta atau Hana tapi menurutku sih yang benar-benar anaknya mamamu itu adalah Hana
Ranny
jangan-jangan ibunya Andri adalah orang tuamu Hana
Ranny
Sinta sarjana tapi otak nya kosong melompong 😄😄😄
Ranny
akh ternyata anak dan ibunya sama saja wanita murahan seperti wc umum
Ranny
akh jadi males bacanya orang tua kok goblok semua
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!